[sudut pandang Bagaskara]
Mungkin kisah ini tidak sesedih yang lain dengan segala ke tidak harmonisannya. Kisah ini hanya mengenaiku yang dengan rumit hidup.
"Saya Bagaskara" itulah ucapanku setiap kali berkenalan
Hidup sebagai anak tunggal dari kedua orang tua yang cukup harmonis. Bukankah itu terasa bagai mimpi untuk sebagian besar orang?
Aku Bagaskara Baswara,terlahir dari keluarga lintas budaya dan sebagai anak tunggal. Sejak kecil aku lebih sering menghabiskan waktu di Rumah. Teman teman masa kecil yang kumiliki lebih sering bermain di Rumahku,dibandingkan bermain di luar Rumah. Lalu ia(Ayahku) ada untuk mengenalkanku dengan dunia luar yang begitu asing denganku. Dunia ini begitu luas,begitulah sekiranya yang ingin dia sampaikan kepadaku.
Di umurku yang kurang dari 10 tahun,ayahku tidak pernah lelah mengajakku berjalan jalan mengelilingi tempat yang ia sendiri tempat apa itu. Ayahku menjadi teman bermainku ketika seluruh temanku sibuk dengan yang lain. Ia selalu ada ketika aku susah untuk tertidur. Waktu demi waktu terus berjalan fase pubertasku tiba. Perasaan perasaan "bodoh" timbul di hatiku kepada para gadis gadis yang aku kenal.
Sudah sewajarnya untuk seorang anak laki laki yang pubertas mulai menyendiri dan lebih menyimpan "privasi". Dengan hal tersebutlah aku mulai hidup dengan segala perkataan cinta tanpa mengurangi rasa perhatianku kepada orang tuaku. Bagaimana pun ayahku tak pernah lelah mendengarkanku dan bercerita kepadaku.
Aku mengenalinya. Seorang gadis yang bisa dikatakan membuatku jatuh hati untuk pertama kalinya. Cinta pertamaku yang telah menjadi pelangi di kala sang surya begitu terang di hidupku. Ia berhasil menjadi senja di hidupku untuk menyambut malam hari di dunia yang begitu asing bagiku.
Ia adalah orang pertama yang membuatku sadar akan standar sebuah cinta tidak dapat dilihat dari sekedar penampilan. Kurasa dia bukanlah yang paling pintar,kurasa dia juga bukan yang tercantik,tetapi dia adalah sosok yang aku butuhkan.
Diluar alasannya memutuskan hubungan,kurasa dia tetaplah gadis yang memiliki tempat di hatiku. Hingga tiba saatnya di saat SMA dengan orang orang baru. Ada beberapa orang yang begitu tenang melewati batas hubungan hingga melarang hak hak pribadi. Ada mereka yang terobsesi akan indahnya dunia SMA dengan keasmaraannya. Lalu bagaimana denganku?
Aku menjadi sosok pengecut ketika menjadi diriku sendiri. Aku bukanlah sosok yang patut digemari gadis gadis dengan segala sifat malasku. Aku hanyalah seorang laki laki yang mengharapkan perhatian lebih dari mereka. Aku benci dengan diriku sendiri karena aku begitu ingin menuntut orang lain untuk tunduk di hadapanku.
Banyak hal yang telah terjadi di hidupku. Ayahku pernah berkata,"mereka yang merokok adalah orang jahat,saat mendengar itu pertama kali kurasa itu hanya nasehat semata tetapi sekarang aku paham maksudnya sehingga aku mulai merokok". Topeng topeng baru yang aku siapkan semalam untuk hari baru hanya membuat perhatian saja.
Sejak Ayahku tiada,kurasa hidupku tidak lagi berharga. Hanya mencari sisa warna di kegelapan hidupku. Hidupku sudah terlalu tercampur warna warna palsu hingga aku sulit membedakan hal palsu dan kenyataan. Dengan otak yang aku miliki,aku sadar bahwa banyak hal dapat kulakukan dengan keadaan yang terjadi.
"Aku terlalu rumit dengan diriku sendiri" itulah yang aku pikirkan. Kurasa sedikit melakukan kejahatan tidak akan berdampak apa apa,tetapi itu salah. Sedikit sentuhan kasar terasa lebih baik untuk keadaan ini.
[Latar waktu kembali ke cerita utama]
"Bu,saya Bagaskara dengan ini izin untuk pamit dari hidup ibu. Maafkan Bagaskara karena gagal menjadi seseorang yang ayah dan ibu harapkan" ditulis dengan jelas olehku menggunakan kertas di depan pintu kulkas rumah.
Aku simpan sebagian uang untuk ibuku pakai dan aku membawa beberapa pakaian,makanan dan peralatan untuk diriku sendiri. Aku siap menjadikan geng Angga menjadi rumah baruku dengan segala pertaruhan yang ada. Aku hanya tidak ingin ibuku terkena dampak dari keegoisan anaknya.
Nebula
| Halo dek Bagaskara,saya Nebula
| Jika membutuhkan apa apa katakan sajaBagaskara
| Iya bibi,Bagaskara butuh bantuan
| Beritahu Bagaskara caranya menjadi Galaksi(Adik bibi)Aku melihatnya dengan jelas jika polisi sedang gencar melakukan pendataan ke setiap sekolah. Waktuku tidak banyak,aku memerlukan informasi tentang pusat kekuatan yang pemerintah miliki.
Hidup ini sudah terlalu hambar untukku.
[Sebagian pasukan pemerintahan mulai bergerak mengincar siswa yang dipimpin oleh Angga]
[Bagaskara siap melakukan pertahanan untuk melawan pemerintah]
"Tes" bunyi bisikan dari seorang pria yang asing di telingaku terdengar ketika aku tertidur.
"Kenalkan saya Alden,seorang ilmuwan yang siap mengguncang dunia bersama rekanku" lalu aku terbangun dengan jantung yang berdebar begitu kencang.
Aku segera pergi keluar ruangan tempat kumpul Geng(sesuai yang sudah aku dan Angga bicarakan). Sedangkan Angga tidak ada disana karena sedang bersembunyi di kediaman Raka. Ketika tiba diluar aku sadar bahwa ada sedikit kejanggalan dengan sinar bulan di malam itu.
"Siapa Alden? Ilmuwan sepintar apa yang bisa mengatur pikiran orang lain? Apakah yang lain merasakan juga? Atau... Hanya aku?" Hatiku kebingungan dengan apa yang telah terjadi.
[Perjalanan menuju mimpi abadi segera dimulai]

KAMU SEDANG MEMBACA
Flowers
Teen Fiction"hai,aku Bagaskara" ucapan mengawali awal masa SMA ku di sekolah yang konon dahulu seorang pembunuh bersekolah disini. Dengan beberapa rasa muak dan trauma milik Bagaskara ia berambisi merubah dirinya untuk mendapatkan apa yang ia inginkan di masa S...