11.His Life

11 3 1
                                    

7 April 2031

Raka
| Bagas,kelompok sebelah ngajak tawuran
| Tolak lagi?

Bagaskara
| Ya,ga ada urusan juga

Angga
| Kayaknya lu ga cocok deh di grup ini,lu kurang anarkisme

Bagaskara
| ... Menurut gua sih gitu

Keesokan harinya

Sejak apa yang terjadi minggu kemarin terhadap Rahmi membuat senyumnya mulai kembali. Bagaskara sendiri masih sibuk membaca buku yang Dara berikan. Ada sedikit kejanggalan dalam hatinya,tapi ia tau jika hal tersebut tak bisa dibuktikan dengan apapun.

"Cuaca hari ini cukup buruk kurasa?" Ucap Bagaskara mengajak Rahmi mengobrol

"Mungkin? Setidaknya hari ini hujan tidak turun" balasnya

Tak lama kemudian hujan pun turun. Rahmi terlihat terkejut dan mukanya memerah. Bagaskara yang duduk di sampingnya tersenyum tipis sembari menatapi wajah Rahmi.

"Ya,aku bingung apakah kamu bisa dikatakan beruntung atau sial" ejek Bagaskara

"Diem deh kamu! Dasar,tumben banget sih tiba tiba ujan gini"

Bagaskara mengajak Rahmi untuk keluar kelas dan menikmati hujan dari teras kelas. Rahmi menatapi langit yang terlihat akan cerah kembali,sedangkan Bagaskara terpaku dengan butiran hujan yang begitu indah baginya. Bagaskara melamun menatapi hujan yang sebenarnya tidaklah begitu spesial.

[Jantung Bagaskara merasa sedikit rasa sakit mendadak]

Bagaskara memegangi dadanya dan Rahmi memegangi Bagaskara yang sempat kehilangan keseimbangan. Hal tersebut terjadi begitu saja. Bagaskara tidak tau karena apa sebab hal tersebut terjadi.

"Aku,duduk dulu ya" ucap Bagaskara lalu berjalan ke kursi miliknya.

[Sepulang sekolah]

"Bu,aku pulang!" Bagaskara teriak cukup kencang,tetapi tidak ada respon apapun

Bagaskara memutuskan masuk saja karena kebetulan ia sendiri memiliki kunci rumah cadangan.

"Bu!" Tak ada balasan sama sekali

Bagaskara berjalan menuju dapur dan ia menemukan selembar surat berisikan pesan dari ibunya.

Nak,ibu sepertinya hari ini tak bisa pulang ke Rumah. Ibu perlu merawat ayahmu di Rumah sakit. Ia tiba tiba ambruk setelah pulang dari sekolah. Makanlah makanan yang ada terlebih dahulu,tenang saja ayahmu akan baik baik saja. Ibu juga sudah berpesan kepada Bibi Nebula untuk menemanimu sementara waktu. Tapi ibu tidak bisa menjamin bibimu datang hari ini,ia adalah orang yang sibuk. Jadi,jadilah anak baik. Ibu bersama ayahmu di Rumah sakit,doakan ia.

Jantung Bagaskara kembali merasakan rasa sakit seperti tadi di sekolah. Ia merasakan hal buruk akan terjadi,sebuah firasat kuat merasuki pikirannya. Ia menatapi dirinya sendiri di cermin dan berpikir kesepian.

Tangisan yang tak sempat ia tahan menetes begitu saja. Rasa sesak di dada nya begitu menyakitkan hingga ia kebingungan sendiri dalam sunyi Rumah. Hari esok akan tiada,itulah yang ia pikirkan.

"Cukup aneh,mendengar ayahku masuk ke Rumah sakit seakan akan mendengar ia tiada." Itulah pikiran buruknya

Keesokan harinya Bagaskara terlihat murung dan tidak bergairah untuk sekolah. Pikirannya hanya terpaku akan ibunya dan ayahnya di Rumah sakit. Tidak peduli mengenai mimpi,orang lain,pelajaran dan apapun itu. Segalanya begitu berpusat kepada mereka(orang tuanya).

Tatapan Bagaskara terasa kosong saat menatap perempuan,dan tatapannya begitu kesal saat menatap laki laki.

"Sekarang,kamu kenapa Bagas?" Tanya Rahmi

"Emangnya kenapa? Perasaan gini gini aja"

"Bohong,sekarang aku tau bahwa kamu sedang berbohong"

"Maaf,tapi sepertinya ada hal lain yang tidak bisa aku katakan sekarang"

Ketika pulang sekolah,Bagaskara merokok di stasiun meskipun hanya satu batang. Tentunya beberapa perempuan terkejut melihatnya,termasuk Rahmi. Rahmi segera mendatangi Bagaskara dan memarahinya.

"Heh! Gua baru tau lu ngerokok?!" Ucap Rahmi dengan nada menyentak

"Maaf,tapi ini urusanku,lagian tidak ada salahnya bukan?" Balasnya dengan mencoba bersabar.

"Ga salah?! Itu ga sehat Bagas buat kamu!"

"Emangnya kamu siapa aku? Hingga segitu marahnya ke aku? Tak ada 'Rumah' saat ini"

"Lu ngomong apasih Bagaskara Baswara? Kok lu jadi kasar gini,jadi setelah apa yang lu lakuin ke gua jadi gua harus lakuin lu kasar?"

"Maaf,tapi aku perlu waktu sendiri dahulu"

"Gua GABAKAL PEDULI LAGI SAMA LU KALO GUA NEMU LU NGEROKOK LAGI! Ngerti ga lu?"

"..." Bagaskara terdiam dengan pikirannya yang sedang kalang kabut

*Apa yang bisa kamu berikan? Bahkan saat ini sebatang Rokok jauh terasa lebih hangat dibanding tatapanmu. Karena aku rindu Rumah.

[Sebuah perjalanan menuju neraka baru saja dimulai]

FlowersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang