12.Cry On the Hell

9 3 1
                                    

Seorang manusia akan mengalami beberapa fase. Kehidupan sendiri berjalan seperti roda. Manusia hanya mengikuti arus menjadi yang paling "sesuai". Tapi aku(Bagaskara) lelah dengan faseku. Inilah neraka "bumi" bagi manusia.

***

[Sudut pandang Bagaskara]

Aku bukanlah seorang pembaca yang serba tahu akan dunia ini. Aku ini hanyalah orang yang berpura pura,aku bukanlah aku,tapi aku tidak tau siapa aku. Satu satunya yang aku ketahui tentang aku adalah rasa asing.

Dengan sangat naif aku menolong Rahmi yang terkekang. Sekarang aku bertanya dengan diri sendiri,bagaimana caranya seorang burung yang terkurung menolong burung lain yang sama sama terkurung?

"Mereka" mengenalku atas apa yang mereka lihat saja. Mereka hanya mencari sisi lain Bagaskara,dan aku sadar akan itu. Aku muak menjadi Bagaskara. Jika bukan karena kedua orang tua,mungkin tempatku ada di neraka. Walau saat ini adalah neraka juga.

[Sudut pandang serba tahu]

"Tapi,orang tuamu belum tiada bukan?" Ucap sisi lain Bagaskara yang berusaha positif

Tapi,itu hanyalah kebohongan. Kebohongan semata yang memiliki nama lain penghiburan. Bagaskara tahu betul dengan keadaan keluarganya saat ini. Dunia terasa begitu monokrom bagi mereka yang berada di neraka.

Di sisi lain,hubungan antara Bagaskara dengan Rahmi semakin rusak. Bagaskara mulai terasa "berubah" semakin buruk di mata Rahmi. Dengan janji Bagaskara akan kebebasan Rahmi atas yang terjadi,kebebasan hanyalah omong kosong belaka.

26 April 2031

Apa yang telah Bagaskara pikirkan terjadi. Ayahanda Bagaskara perlu pergi sebelum apa yang ia inginkan tercapai. Pesan pesan dari ayahanda teringat di pikiran Bagaskara. Kebetulan karena saat akhir minggu,Bagaskara sengaja takkan memberitahu orang lain atas kematian ayahnya itu.

Bagaskara telah menyiapkan diri akan kejadian ini. Dia sudah sadar akan keberadaannya di neraka. Satu satunya yang ia rasakan sekarang hanyalah tanggung jawab. Terlintas dengan jelas dalam pikiran perasaan akan ketakutan mencapai masa depan.

[Seluruh teman sekelas Bagaskara datang ke pemakaman ayah Bagaskara]

Disaat pemakaman,Bagaskara terlihat cukup tegar dihadapan teman temannya. Ia menatapi wajah teman temannya yang datang terlihat begitu canggung.

[Acara pemakaman selesai]

"Angga,senin depan gua mau ngobrolin sesuatu" sembari menghisap rokok

"Bahas?"

"Udah,nanti aja lu tau"

Disana Bagaskara sadar akan tatapan Rahmi dari jauh akan rokok yang isap. Ada tatapan kecewa dalam matanya,tetapi rokok itu bukanlah sekedar teman bagi Bagaskara. Ada sebagian jiwa yang ia buang di asap tersebut.

"Kamu pasti kecewa bukan Rahmi? Tapi maaf sepertinya sulit bagi seorang burung di dalam sangkar menolong burung lain yang terkurung di sangkarnya" ucap Bagaskara kepada Rahmi yang sedari tadi terlihat sedang menunggunya dari jauh.

"Bagas,sejak kapan kamu gini? Kenapa aku ngerasa asing denganmu?" Tanya Rahmi yang campur aduk akan rasa kesal dan sedih

"Sejak kapan? Sejak aku mengasingkan diri dengan diriku sendiri. Yang kamu kenal bukanlah 'Bagaskara' tetapi hanya topeng semata" sembari tersenyum tipis.

Bagaskara segera pergi menuju ibundanya dan kehidupan baru miliknya dimulai.

Nebula tidak jadi datang akibat urusan khusus dia dengan pekerjaan yang dimilikinya. Sehingga hanya bisa menitipkan sejumlah uang yang dapat dikatakan cukup besar.

Kondisi mental ibu Bagaskara sedang tidak baik baik saja,dan Bagaskara memiliki kondisi mental yang jauh lebih baik dari kondisi seharusnya. Bagaskara menyuruh ibunya untuk memakai uang warisan untuk berdagang dan lebih memperhatikan dirinya sendiri dibanding anaknya. Ibunda Bagaskara semakin merasakan bahwa hidupnya cukup kesepian tanpa suaminya. Tetapi ibu Bagaskara sadar ia tidak bisa menuntut banyak perhatian dari anaknya.

Senin,28 April 2031

"Angga,sesuai yang gua omongin hari sabtu jadi kita ngumpul dan suruh seluruh anggota berkumpul sore ini di tempat biasa" ucap Bagaskara tanpa ada rasa ragu

"Oke,gua percaya sama lu buat sekarang. Nanti yang lu kasih tau aja gua harus ngomong apa,pasti mereka bakal lakuin"

Bagaskara segera pergi membeli kopi dan menyiapkan apa yang akan ia lakukan. Sedangkan Angga memanggil seluruh anggota geng nya untuk menghadiri rapat sore hari. Tentunya ini adalah awal baru bagi Bagaskara,tetapi ia yakin akan pilihannya.

"Untuk seluruh anggota yang hadir di tempat ini,saya memiliki sebuah pengumuman penting. Ini perihal harga diri kita yang sempat direndahkan dan juga tentang uang... Kita akan menjadi penguasa di daerah daerah yang telah saya tentukan dan kita juga akan menunjukan seberapa besar harga diri kita dengan melawan mereka yang pernah meremehkan kita..." Ucap Angga yang berdiri lebih tinggi dari yang lain dan berbicara begitu lantang.

"Tak perlu khawatir yang berlebihan,hanya ada satu aturan yang kita pegang untuk melawan musuh. Jangan membunuh karena jejak kriminalitas kita bukan untuk mengambil nyawa. Serta jadilah orang pertama yang ada untuk mengambil hati dan perhatian warga yang ada. Hingga akhirnya mereka akan sadar bahwa polisi sudah tidak lagi berguna dan kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan" lalu Angga menutup pengumuman tersebut dan mengabarkan untuk pertarungan esok hari.

Dan dengan hal demikianlah hal hal anarkis di kehidupan Bagaskara dimulai.

[Sosok Bagaskara yang sesungguhnya akan segera hadir]

"Satu satunya cara bagiku menikmati neraka adalah menjadi api di neraka tersebut."

FlowersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang