🕊Bagian 8🕊

76 8 2
                                    

Demi kenyamanan, vote dulu sebelum baca ya. Setelah baca, tinggalkan komentarnya juga😚🤗

_______

Jarum jam menunjuk pada pukul 8 malam. Saat ini, aku tengah disibukkan dengan tugas mencatat yang belum aku selesaikan di sekolah siang tadi. Ditemani dengan sebuah alunan lagu Simpan Rasa oleh Vadel Nasir yang kuputar di ponsel.

Tok tok tok!

Aku mem-pause lagu yang saat ini sedang kuputar, kemudian menoleh ke arah pintu kamar yang baru saja diketuk dari luar.

"Tharisa, boleh mama masuk?" tanya Nikita dari balik pintu.

"Masuk aja, Ma. Pintunya nggak dikunci, kok!" ucapku dengan suara keras.

Tak lama kemudian, pintu pun terbuka dan menampilkan mama di sana. Dia berjalan menghampiriku yang kembali melanjutkan aktifitas mencatat.

"Kamu lagi ngerjain pelajaran apa itu?" Nikita bertanya.

"Ini Ma, aku lagi nyatet pelajaran PKN yang belum sempat aku selesain tadi."

"Oh, gitu."

"Ngomong-ngomong, Mama mau ngapain ke sini?"

"Lho, emangnya nggak boleh ya mama ke kamar kamu?"

Aku menghela napas pelan. Sepertinya, Mama sudah salah tangkap maksud dari perkataanku tadi.

"Ya ... bukan gitu, Ma. Maksud aku itu, ya aku heran aja karena nggak biasanya mama ke sini. Atau ada sesuatu yang mau mama bicarain ke aku?"

"Nggak juga, sih. Sebenernya, mama cuma bosen aja kalo nonton TV terus. Jadi, mama ke sini deh," kata Nikita terus terang.

"Oh, gitu."

Aku menutup buku karena tugas mencatat ku sudah selesai.

"Oh, iya. Ma, aku mau nanyain sesuatu, boleh?"

"Boleh dong, Sayang. Masa ga boleh sih," balas Nikita.

Aku tersenyum, lantas mengajak Mama untuk duduk di pinggiran kasur.

"Menurut mama ... Alan itu orangnya gimana?" tanyaku malu-malu. Karena nggak biasanya, aku menanyakan sesuatu tentang cowok sama Mama. Apalagi sama Papa.

Nikita menyunggingkan senyuman dengan tatapan penuh curiga.

"Ada apa nih, kamu tiba-tiba nanyain Alan? Kamu suka sama dia? Iya 'kan? Hayo... Ngaku," ujar Nikita menggoda putrinya.

"Ih, Mama mah tahu aja, deh!" kataku sedikit kesal. Mama kok bisa tahu sih sebelum aku kasih tahu.

"Tau dong, Sayang. Apa sih yang mama nggak tahu tentang kamu?"

"Iya juga, sih. Jadi gimana, Ma?"

"Menurut mama sih... dia kayaknya orangnya baik. Cuma, kalo dilihat dari segi penampilannya, dia itu kayak anak bandel aja. Tapi, hatinya baik kok, Sa. Terus, sopan juga sih," kata Nikita.

"Ada lagi nggak selain itu?" tanyaku lagi.

"Em ... dia juga orangnya sederhana dan ganteng tentunya."

"Hmm, gitu. Terus, kalo misalkan aku sama Alan sampe jadian, mama setuju nggak?"

Nikita berpikir sejenak, sebelum akhirnya berkata, "mama setuju-setuju aja sih. Selagi orangnya sayang sama kamu, mama setuju."

"Beneran, Ma?" tanyaku dengan raut bahagia.

Nikita mengangguk tanpa ragu.

"Makasi, Mamaku yang paling cantik!" aku memekik kegirangan seraya memeluk mama erat.

ALTHARISA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang