🕊Bagian 13🕊

54 6 0
                                    

Demi kenyamanan, budayakan vote terlebih dahulu sebelum membaca. Dan tinggalkan komentar setelah membaca.

Don't be silent readers.

______

Dua bulan berlalu.

Tanpa terasa waktu berlalu dengan begitu cepat. Selama ini, hari-hari ku berjalan seperti biasanya. Namun, aku merasa sekarang ada sedikit kemajuan antara hubunganku dengan Alan. Dari hari ke hari hubungan kami terasa semakin dekat dan lebih dekat lagi.

Seperti saat ini, aku sedang mematut diri di depan sebuah cermin untuk memastikan bahwa penampilanku sudah terlihat rapi atau belum. Merasa ada yang kurang, aku pun mengambil sebuah lip balm dan mengoleskannya ke area bibir. Aku pun menggerakkan bibir agar lip balm itu merata ke seluruh bibir. Setelah selesai, aku langsung menyimpan lip balm itu ke tempatnya.

Tiba-tiba aku mendengar ponselku berdenting pertanda ada notifikasi yang masuk. Dengan segera aku pun melihatnya.

Alan
Gue nungguin lo di ruang tamu

Tharisa
Oke, gue ke sana sekarang

Usai membalas pesan, aku pun segera keluar dari kamar dan menemui Alan yang sudah menunggu di ruang tamu.

Sejak beberapa hari lalu, Alan bilang jika dia ingin mengajakku jalan. Namun, dia belum memiliki waktu senggang karena sibuk bekerja. Hingga akhirnya, baru hari inilah dia bisa libur dan memiliki waktu senggang.

Meski begitu, namun status kami masih berteman. Tetapi, cukup dekat. Tak jarang juga orang-orang menganggap bahwa kami adalah sepasang kekasih. Mungkin, karena saking seringnya mereka melihat kebersamaan antara aku dengan Alan, yang akhirnya membuat mereka berpikir seperti itu. Tapi pada kenyataannya, status kami hanya teman. Tidak lebih. Tapi, aku berharap semoga secepatnya status kami berubah menjadi sepasang kekasih.

"Kelamaan nggak nunggunya?" tanyaku begitu aku tiba di ruang tamu.

Alan menghela napas pelan, "lumayan," ucapnya.

"Sorry."

"It's okay. No problem," jawab Alan, "Sa, nyokap sama bokap lo mana?" lanjutnya.

"Nggak tau. Bentar gue cari dulu."

Baru saja aku akan melangkahkan kaki, niatku seketika terurung saat melihat papa dan mama yang baru saja tiba di ruang tamu.

"Mama, Papa."

"Sayang, kamu mau ke mana?" Mama bertanya.

"Aku mau jalan sama Alan, Ma. Keluar cari angin, sekalian refresh- in otak," balas ku.

"Oh, ya udah. Hati-hati ya, jangan pulang terlalu malam," ujar Mama memperingati.

"Iya, Ma."

Usai mendapat izin dari Mama, sekarang aku harus berhadapan dengan Papa untuk meminta izin. Aku mencoba untuk mengumpulkan keberanian ku meski rasanya cukup sulit.

"Pah, aku mau izin keluar sebentar ya," ucapku dengan sedikit was-was.

Tak ada jawaban dari Papa. Papa hanya diam sembari menatapku dengan tatapan yang sulit ku artikan. Situasi ini benar-benar membuatku gugup.

Beberapa detik berlalu, namun Papa masih belum mengatakan sepatah kata pun. Namun, kini aku melihat Papa yang berjalan mendekati Alan. Semoga saja, Papa nggak akan melakukan sesuatu yang aneh pada Alan. Jujur, aku sedikit takut.

"Selamat malam, Om," ucap Alan menyapa.

"Malam," jawab Papa singkat.

"Em ... perkenalkan, Om. Saya, Alan. Temannya Tharisa." Alan berkata sembari mengulurkan satu tangannya pada Papa.

ALTHARISA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang