🕊Bagian 22🕊

48 4 0
                                    

Don't be silent readers!

________

Sinar mentari perlahan menghilang begitu malam menjelang. Hingga cahaya berwarna jingga itu sudah berganti warna menjadi hitam.

Aku dan mama tengah duduk santai di sofa ruang keluarga dengan ditemani sinetron favorit dan juga beberapa makanan camilan.

Hingga tiba-tiba Arka datang merebut camilanku dan membuat suasana yang mulanya tenang menjadi ricuh karena ulahnya.

"Udah kenyang? Sini, buat gue aja!" seru Arka sembari merebut snack yang sedang ku makan.

Dia terus berlari menghindari ku sambil memakan snack milikku dengan lahap.

"Dih, apaan sih lo! Balikin, Arka!" teriakku geram.

"Nggak mau! Emm... enak banget snack nya."

"Arka! Balikin nggak?! Itu punya gue!"

"Katanya tadi udah kenyang, ya udah buat gue aja."

"Kapan gue bilang udah kenyang?! Itu akal-akalan lo aja!"

"Emm... Enak!" Arka menjilati setiap jari yang dipenuhi oleh bumbu snack itu.

"ARKAAA!!! BALIKIN!" Aku berteriak kencang sembari terus mengejar Arka yang juga terus berlari. Hingga saat Arka lengah, aku pun menarik lengan bajunya dengan sangat kuat hingga baju itu melorot dan mengekspos pundak Arka yang putih.

"Ah! Iya, iya, ini gue balikin! Tapi, lo lepasin baju gue! Entar sobek!"

"Bodo amat." Aku pun melepaskan cengkraman ku pada bajunya.

"Nih! Makasih!"

Dengan secepat kilat, aku langsung menyambar snack tersebut. Namun, aku langsung membulatkan mata begitu melihat isi dari snack itu yang tinggal beberapa keping saja.

"Dasar adik laknat!" umpat ku kesal.

Sementara itu, Arka yang mendengar umpatan ku hanya bersikap acuh tak acuh.

"Kalian ini, udah pada gede masih aja suka ribut," kata Mama.

"Arka duluan tuh yang mulai, Ma."

"Emang gue peduli? Wle!"

"Ish! Punya adik ngeselin banget sih! Ma, kenapa coba adik aku itu harus cowok? Kenapa nggak cewek aja? Dia ngeselin banget sumpah."

"Ya mau gimana lagi? Itu udah jadi kehendak Yang Maha Kuasa, Sayang. Ngeselin-ngeselin gini juga dia tetap adik kamu," jawab Mama seadanya.

"Nasib-nasib."

"Kesayangannya Papa lagi pada ngapain nih?" tanya Papa yang baru saja tiba di ruang keluarga.

"Kerjaan kamu udah beres, Pa?" tanya Mama pada Papa.

"Beres, kok."

"Emangnya, Papa lagi banyak kerjaan ya?" tanyaku. Aku hanya merasa heran saja tumben-tumbenan Papa beresin kerjaannya di rumah.

"Nggak terlalu banyak kok, Sa."

Aku hanya berdeham seraya manggut-manggut sebagai tanda bahwa aku mengerti.

ALTHARISA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang