🕊Bagian 6🕊

112 7 0
                                    

Utamakan vote sebelum membaca dan komentar setelah membaca.

Vote sama komen itu gratis lho, guys☺

_______

Kini, aku dan Nathan tiba di depan pintu gerbang kediaman ku. Aku mengucapkan terima kasih kepada Nathan sebelum akhirnya keluar dari mobil cowok itu. Kemudian, aku melihat kaca pintu mobil Nathan yang turun secara perlahan.

"Tharisa, aku titip salamnya ya buat papa sama mama kamu," kata Nathan.

"Iya, Nath. Nanti gue sampe-in ke mereka. Lo nggak mau mampir dulu?" tawar ku.

"Lain kali aja deh, ya. Gue masih ada urusan soalnya."

"Oh, ya udah. Kalau gitu hati-hati."

Nathan mengangguk, lalu menyalakan mesin mobil hingga akhirnya mobil pun melaju meninggalkan pekarangan rumah keluargaku.

Setelah Nathan benar-benar pergi, aku pun segera memasuki rumah dan beristirahat.

===

Matahari kini telah bertukar posisi dengan bulan. Aku kini tengah mematut diri di depan sebuah cermin yang berukuran cukup besar. Bersiap untuk pergi ke sebuah mall untuk membeli parfum. Kebetulan, parfum yang di rumah tinggal sedikit lagi.

Setelah dirasa penampilanku rapi, aku langsung bergegas keluar dari dalam kamar. Aku menuruni anak-anak tangga yang memang jalan satu-satunya penghubung antara lantai atas dan bawah.

Setibanya di lantai bawah, aku langsung menghampiri keluargaku yang sedang bersantai menonton sebuah tayangan di TV.

"Pah, mah, aku ... izin keluar dulu sebentar, ya," ucapku meminta izin.

"Kamu mau keluar sama siapa?" Papa bertanya sambil menatapku dengan tatapan curiga.

Sepertinya dia curiga karena khawatir kalau aku akan pergi bersama dengan seorang laki-laki. Apalagi, papa itu orangnya sangat selektif dalam memilih orang yang nantinya akan menjadi pendamping hidup anaknya. Iya, aku tahu kok setiap orang tua juga pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya, 'kan?

"Sendiri, pah. Bentar aja kok, nggak akan lama juga."

"Ya udah, tapi dianter sama pak Aryo, ya," ucap Mario.

"Hm... Ya udah, deh. Aku berangkat dulu ya, pah, mah. Assalamualaikum," ucapku berpamitan.

"Jangan pulang terlalu malam, Ris," ujar Nikita memperingati.

"Iya, mah."

===

"Pak, bapak pulang dulu aja, ya. Nanti saya hubungin lagi kalau saya udah mau pulang," ucapku pada pak Aryo.

"Tapi, Non, pak Mario udah nyuruh saya supaya tungguin Non sampe selesai," balas pak Aryo.

"Udah gapapa, pak. Kayaknya saya bakalan agak lama juga. Ya, pak? Please." Aku menyatukan kedua tanganku memohon.

Saat ini, aku pengen jalan-jalan nikmatin me time dulu. Tanpa diawasi atau dijaga oleh pak Aryo tentunya. Sudah lama aku nggak pernah me time lagi. Soalnya, setiap ke mana-mana itu papa selalu nyuruh pak Aryo buat ngawasin aku.

Aku melihat pak Aryo yang tampak menimang-nimang. Kemudian, dia pun mengangguk tanda setuju. Aku langsung tersenyum senang.

"Baiklah. Tapi, ingat ya, Non. Pulangnya jangan kemaleman. Nanti pak Mario khawatir sama Non Tharisa."

ALTHARISA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang