🕊Bagian 14🕊

48 4 0
                                    

Budayakan vote terlebih dahulu sebelum membaca, dan tinggalkan komentar setelah membaca.

Don't be silent readers.

_______

Akhirnya aku bisa bernapas dengan lega setelah keluar dari ruang teater. Film yang baru saja ku tonton benar-benar membuat senam jantung. Bahkan, aku masih merasakan jantungku yang berdetak kencang hingga saat ini.

Aku menoleh ke sisi kanan dimana terdapat Alan yang sedang berjalan beriringan denganku. Aku jadi penasaran, emangnya dia nggak ngerasain hal yang sama kayak aku? Padahal, film horor yang tadi kami tonton serem dan menegangkan banget.

"Lan?" Aku memanggilnya.

Alan pun menoleh kemudian menjawab, "Iya, kenapa, Sa?"

"Menurut lo, film horor tadi gimana? Nyeremin ga sih?" tanyaku penasaran dengan pendapat Alan.

Alan tampak berpikir sejenak, sebelum akhirnya dia bilang, "lumayan sih."

"Tapi kok kayaknya reaksi lo biasa aja. Tenang aja gitu. Lo nggak ngerasa takut?" Aku bertanya lagi.

"Nggak. Lagian, udah biasa gue nonton film horor. Nonton sendirian malah," katanya.

Aku melongo setelah mendengar perkataan nya. Emang dia nggak takut apa nonton sendirian? Kalau aku pasti takut sih.

"Seriusan nggak takut?"

"Nggak lah. Ngapain takut coba? Itu cuma cerita fiktif belaka, Tharisa."

"Iya sih. Tapi kan, kadang ada juga kejadian di dunia nyata nya."

"Iya, tapi jarang-jarang. Udahlah kok jadi bahas film sih?" ujar Alan.

"Hehehe, habisnya nggak tau mau bahas apalagi." Aku menggaruk tengkuk yang sama sekali tak terasa gatal.

"Gimana kalo kita bahas masa depan kita aja?" tawar Alan diakhiri dengan kekehan kecilnya.

Aku mengerutkan dahi bingung.

"Maksudnya?"

"Ya bahas masa depan. Emang lo mau hubungan kita kayak gini terus? Ga jelas, nggak tahu status nya apa," jelas Alan sembari menyenderkan diri pada motornya.

Mendengar ucapan Alan, justru malah membuatku semakin bingung. Maksudnya apa sih dia bilang kayak gitu? Apa dia mau ubah status antara aku sama dia? Ya ampun, please deh jangan berpikir terlalu jauh. Eh, tapi kalau bener gimana?

Aku hanya menatap cowok di hadapanku ini dalam diam sembari menunggu kata-kata yang akan dilontarkan Alan selanjutnya.

Sontak aku terkejut saat Alan tiba-tiba saja meraih kedua tanganku dan menggenggamnya. Perasaanku benar-benar dibuat tak karuan. Bahkan, kini jantungku pun rasanya ingin copot.

"Sa, sejak pertama kali gue ngeliat lo gue udah tertarik sama lo. Dan setelah kita saling kenal satu sama lain, rasa ketertarikan itu berubah jadi rasa yang lebih besar daripada itu. Gue suka sama lo. Lo mau nggak jadi pacar gue?" ungkap Alan.

Aku menatap manik hitam milik Alan dengan serius guna mencari sebuah kebohongan di sana. Tapi, nihil. Aku tak menemukan kebohongan dari sorot matanya. Yang kutemukan adalah sebuah kejujuran. Sepertinya, dia memang mengatakan yang sejujurnya dari lubuk hatinya yang paling dalam.

Jika memang benar seperti itu, aku sangat bahagia mendengarnya. Karena ternyata, perasaanku akhirnya terbalaskan. Akan tetapi, rasanya aku masih belum percaya jika hal ini benar-benar terjadi.

"Risa, hey!" Alan menjentikkan jarinya tepat di depan wajahku.

Refleks, aku pun tersadar dari lamunanku dan kembali menatap Alan.

ALTHARISA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang