🕊Bagian 7🕊

92 6 0
                                    

Vote nya dulu mana? Entar baru lanjut baca. Setelah baca, jangan lupa komentar juga ya😅

Readers bilek : ck! Banyak maunya bgt ni author

Author bilek : oh iya dong harus! Kalian tuh jangan pada pelit bintang napa sih😪

Vote ya!

______

Waktu demi waktu telah berlalu. Tak terasa, sebulan sudah aku bersekolah di SMA Karang Taruna ini. Selama sebulan ini pun, telah cukup banyak waktu yang aku lalui bersama teman-teman baru. Pertemanan kami juga sekarang semakin akrab.

Tak terkecuali hubungan antara aku dan juga Alan. Sejak pertemuan kami di cafe tempat Alan bekerja waktu itu, pertemanan kami kini semakin dekat saja. Namun, status nya masih sebagai teman. Tidak lebih.

"Jadi, lo mau tetep pesen ojol aja nih?" tanya Tasya meyakinkan.

Aku refleks mengangguk tanpa ragu.

"Kenapa nggak nebeng aja, Ris? Lagian kita juga bawa kendaraan masing-masing, lo tinggal milih aja mau nebeng sama siapa," tutur Salsa.

"Nggak, deh. Lagian, kita nggak ada yang searah 'kan? Mending gue naik ojol aja deh, ya. Bye!" pamit ku pada mereka berempat.

"Ya udah, hati-hati. Bye!" Keempatnya menjawab dengan serempak.

Setelah berpamitan, aku pun segera bergegas ke halte. Kebetulan, hari ini pak Aryo nggak bisa jemput karena mobilnya sedang perbaikan di bengkel. Jadi, terpaksa aku harus pulang naik ojol.

Namun, saat aku sedang mengotak-atik ponsel berniat memesan ojek online, tiba-tiba seseorang menghentikan motor tua klasik yang dikendarainya di depan halte yang saat ini ku tempati.

"Alan? Lo ngapain di sini?" tanyaku pada seseorang pengendara motor tua itu.

Alan menyunggingkan senyuman, "lo lagi nunggu jemputan?" tanyanya.

"Iya, ini gue baru mau pesen ojol," jawabku. Lalu, kembali memainkan ponsel.

"Jangan!" larang Alan.

Aku refleks mengernyitkan dahi bingung, "lho, kenapa emang?"

"Mending, gue yang anterin lo pulang aja," kata Alan.

"Nggak deh, Lan. Makasih. Gue nggak mau ngerepotin."

"Lo nggak ngerepotin sama sekali, Tharisa. Udah, yuk lah gue anterin lo sampe rumah. Ini gratis, lo nggak perlu bayar. Sepeser pun!"

"Tapi--"

"Udah buruan naik, elah!" potong Alan.

"Ya udah, deh."

Akhirnya, aku pun menurut dan naik ke motor Alan.

"Udah, siap?" tanya Alan.

"Udah, dong."

Kemudian, motor pun melaju membelah setiap jalan yang dilalui dengan kecepatan sedang.

===

"Perasaan dari tadi lo bawa motor pelan banget, sih. Ga bisa cepetan dikit apa?" protes ku dengan nada suara tinggi. Mana tahu Alan nggak bakalan denger ucapanku karena suara angin dan kendaraan yang lebih mendominasi.

"Udah nggak bisa dicepetin lagi, Sa. Kecepatan motornya udah habis segini," sahut Alan sambil sesekali menengok ke samping kiri.

"Masa, sih?"

"Iya. Namanya juga motor kolot. Tenaga nya kurang."

ALTHARISA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang