Demi kenyamanan budayakan vote terlebih dahulu sebelum membaca. Lalu tinggalkan komentar setelah membaca.
Don't be silent readers.
______
Pagi ini, aku kembali menjalani aktifitas seperti biasa. Setelah dirasa penampilanku rapi, aku pun lantas keluar dari kamar dan menuruni anak-anak tangga menuju lantai satu.
Aku melangkah ke ruang makan, dimana di sana sudah ada Papa, Arka dan Mama yang sedang menunggu kedatanganku. Kuletakkan tas sekolah di kursi, kemudian duduk di sana.
Dapat kusadari jika keluargaku sedang menatapku bingung. Mungkin, karena pagi ini aku tidak mengeluarkan kata-kata meski hanya satu kata saja. Entahlah, rasanya aku sedang tidak berenergi untuk melontarkan kata.
"Tharisa, makan yang banyak, ya," ucap Mama.
Aku menganggukkan kepala seraya berdehem sebagai jawaban. Tanpa babibu lagi, aku lantas memasukkan sesuap demi sesuap nasi itu ke dalam mulut.
Hingga tanpa terasa, sarapan ku sudah habis. Aku pun berpamitan dan segera bergegas ke sekolah.
Begitu tiba di teras rumah, aku melihat seorang laki-laki memakai seragam yang sama tengah bersandar di mobil sambil melihat ke arah ku dari kejauhan. Aku menghela napas gusar dan berjalan menghampiri laki-laki itu yang tak lain adalah Nathan.
"Dia ngapain ke sini, sih?" Aku menggumam.
"Lo ngapain di sini?" tanyaku begitu tiba di hadapan Nathan.
"Jemput lo, lah. Kita berangkat bareng," jawab Nathan tak lupa dengan senyuman manisnya.
"Siapa juga yang mau berangkat sama lo? Gue mau dianterin sama Pak Aryo!"
"Pak! Tharisa berangkat sama saya aja ya, Pak!" teriak Nathan.
"Emangnya nggak ngerepotin Den Nathan?" kata Pak Aryo.
"Nggak kok. Santai aja, Pak. Lagian kan kami satu sekolah, satu tujuan juga."
"Pak, Tharisa dianter sama Pak Aryo aja, ya?" ucapku.
"Udah, Tharisa. Kamu biar sama aku aja. Ayo cepet naik! Entar kita telat."
Nathan menarikku pelan dan memaksaku untuk masuk ke dalam mobil. Dengan terpaksa, mau tak mau aku pun menurut saja. Daripada kami terlambat masuk sekolah hanya gara-gara hal sesepele ini.
===
Sepanjang perjalanan, sama seperti sebelumnya tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibirku. Aku hanya diam dengan perasaan yang sangat kesal. Bagaimana tidak? Aku dipaksa harus menuruti kemauan orang lain padahal aku sendiri tidak mau melakukannya. Oh, itu sangat membuatku kesal.
"Lo masih pacaran sama si Alan?" tanya Nathan memecahkan keheningan di dalam mobil.
"Gue rasa, itu bukan urusan lo deh," jawabku dengan ketus.
Nathan hanya terkekeh dan kembali fokus dengan kegiatannya.
Setelah itu, aku kembali terdiam dan menatap ke jendela mobil. Aku sama sekali tidak berminat untuk memperpanjang percakapan kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTHARISA [Selesai]
Ficção Adolescente𝐂𝐄𝐑𝐈𝐓𝐀 𝐒𝐔𝐃𝐀𝐇 𝐋𝐄𝐍𝐆𝐊𝐀𝐏 𝐀𝐭𝐭𝐞𝐧𝐭𝐢𝐨𝐧! 𝐈𝐧𝐢 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐤𝐨𝐧𝐟𝐥𝐢𝐤 𝐫𝐢𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐠𝐞𝐧𝐫𝐞 𝐟𝐢𝐤𝐬𝐢 𝐫𝐞𝐦𝐚𝐣𝐚. 𝐒𝐨, 𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐮𝐤𝐚 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐨𝐧𝐟...