the realization

233 58 6
                                    

"Kamu gak perlu check in lagi ya. Asisten tante sudah urusin semuanya. Jadi ntar kamu dan Chaewon tinggal ke receptionist dan minta room key-nya aja." ujar Jia dari telepon.

"Waah, makasih banyak ya tante. Aku sama Chaewon bener-bener seneng banget deh." seru Yiren dengan semangat.

"Sama-sama anak cantik. Oh iya, mumpung nanti tante gak sempet ke hotel karena ada arisan, jadinya anak tante ya yang ngewakilin. Langsung di venue aja ketemuannya biar gak pusing," ujar Jia.

"Oke, baik tante. Anak tante datengnya tetep jam 1 siang kan ya?" tanya Yiren.

"Iya, ntar tante suruh dia cari kamu aja, biar kerjaan kamu juga gak terganggu." seru Jia.

"Baik tante, makasih banyak ya sekali lagi." ujar Yiren.

"Okay, cantik. Semangat ya," seru Jia sebelum akhirnya menutup telepon.

Yiren kemudian melirik jam yang ada di dindingnya, menunjukkan pukul 11 siang. Karyawannya sudah mulai bekerja di venue sejak jam 9 pagi tadi, Yiren dan Chaewon akan berangkat jam 12, sekalian menunggu waktu yang pas untuk bertemu anak tante Jia.

Setelah menjemput Chaewon, Yiren mengatakan kalau bukan Jia-lah yang akan datang nantinya tapi anaknya.

"Omg, serius? Anaknya yang cowok itu?" tanya Chaewon.

"Emang anaknya ada berapa sih?" tanya Yiren balik.

"Dua gak sih?" Chaewon menjawab dengan ragu.

"Tau dari mana?" tanya Yiren.

"Asal nebak aja, tapi kalau dari ceritanya kemarin sih kayaknya dua deh, apa tiga ya? Yang jelas bukan cuma satu anaknya." seru Chaewon, fully invested.

"Kenapa kok lo jadi semangat gitu deh?" tanya Yiren, terkekeh pelan.

"GUE MAU LO PUNYA PACAR YIYI," jelas Chaewon, dengan sedikit ngegas.

"Gimana kalau anaknya yang cewek yang dateng ntar?" seru Yiren.

"Yaudah, nasib lo dah jomblo." ujar Chaewon dengan pasrah, Yiren malah tertawa.

Entah kenapa, jalanan di hari Selasa itu tidak macet sama sekali, hanya perlu waktu setengah jam dan Yiren sudah memarkirkan mobilnya di basement hotel.

Yiren membuka bagasi untuk mengambil kopernya turun, serta beberapa peralatan yang sekiranya akan ia perlukan untuk bekerja nanti, begitu pula dengan Chaewon.

Setelah naik lift dan sampai di lobby, Yiren dan Chaewon langsung berjalan menuju receptionist untuk mengambil kunci kamar mereka. Jujur saja, Chaewon kaget karena biasanya hotel baru mengizinkan tamu untuk check-in pada jam dua siang, tapi sekarang jam bahkan belum menunjukkan pukul satu siang tapi Yiren sudah berhasil menerima kunci kamar mereka.

Akhirnya kedua sahabat itu naik lift lagi menuju kamar tipe Mayfair Suite yang dipesan oleh tante Jia tempo hari.

"Wow, this is honestly incredible!" seru Chaewon saat Yiren membuka pintu kamar. Keduanya tidak berhenti mengagumi kamar yang akan mereka tempati selama 6 hari mendatang.

"Lo mau tau gak berapa harga kamar kita ini selama 6 hari?" tanya Yiren.

"Berapa?" tanya Chaewon balik.

"Hampir 80 juta untuk 6 hari 5 malam," seru Yiren.

"HAHH?" pekik Chaewon.

"Are you being serious right now?" tanya Chaewon, Yiren mengangguk.

"Gue juga kaget banget waktu tadi iseng nanyain ke receptionist," ujar Yiren.

"Gila, gue gamau ninggalin kamar 80 juta ini lah, mau disini aja sampai waktu check-out." ujar Chaewon, langsung melompat ke kasur dan tiduran.

"Kerja woi, kerja. Disini bukan untuk staycation," seru Yiren, bercanda.

"Siapp bu bos Yiren." Chaewon langsung bergaya menghormat bendera, membuat Yiren terkekeh.

"Oh my, udah jam satu siang. Yuk turun, kayaknya bentar lagi anaknya tante Jia juga dateng." seru Yiren, mengambil tasnya dan kembali memakai sepatunya.

"Okay," ujar Chaewon.

🛼

Saat memasuki venue, Yiren tersenyum. Meskipun baru sekitar 10% yang selesai, setidaknya sudah ada sedikit hasil.

Chaewon langsung mengontrol karyawan mereka on stage, sedangkan Yiren memilih duduk sambil memantau design dan kerjaan staffnya dari kursi tamu di bawah panggung.

Selang sepuluh menit kemudian, ada seorang laki-laki yang berjalan memasuki venue. Chaewon yang kebetulan menoleh ke belakang harus mengucek matanya dua kali untuk memastikan kalau ia tidak salah melihat orang yang sedang berjalan menghampiri Yiren.

"Oh my god, what the actual fuck?" Chaewon menutup mulutnya karena tidak sengaja mengumpat saat ia sudah sangat yakin siapa laki-laki yang ia lihat itu. Posisinya dan Yiren sekarang juga sangat jauh, jadi mustahil kalau Chaewon mau memanggil Yiren.

"Itu kan Zhanghao..." gumam Chaewon.

Seven Years Later ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang