Si Kancil Sariawan

14 0 0
                                    

Si kancil manyun aja dari kemarin. Makan apapun rasanya tidak enak. Perih. buat menelan rasanya sakit. Telah terjadi sesuatu pada mulut si kancil.

Oh, tepatnya dibawah lidah. Ada luka di situ. Berbentuk bulat. Luka di badan masih mendingan daripada luka di dalam mulut. Rasanya nyut nyut.

Sepertinya karena cuaca panas dan justru karena tidak ada cukup makanan. Pada musim kemarau, semua mua tampak kering. Semak semak layu dan jalanan berdebu.

"Manusia kalau sakit pergi ke puskesmas dikasih obat. Kalau hewan yang dipelihara manusia juga diperiksakan ke mantri hewan." Si kancil tidak dipelihara siapa-siapa, jadi dia sedang mikir, apa yang harus dia lakukan.

"Oh, aku mau minta tolong si Nona untuk diperiksakan ke puskesmas."

Si kancil bergegas ke rumah si Nona. Dia berjalan sambil berjingkat, seperti berlari tapi tidak bisa kencang. Terlalu bersemangat, si kancil Magy tergriul kerikil lalu dia oleng, terjerembab. Tungkainya terkilir dan mulutnya terantuk tanah.

"Ki ki ki ki!" Si kancil teriak kesakitan.

Dulu korengan, sekarang sariawan, nyungsep ke tanah. Bibirnya jontor. Kemudian dia monyong-monyongin bibirnya dan "ki ku ki ku!".

Random banget kelakuan si kancil. Meskipun menderita, dia masih sempat bermain dengan diri sendiri dan tertawa.

Bagi yang belum kenal lama Magy -si kancil ajaib yang sudah tidak ajaib- ini, dia kancil jantan dan terlalu sering sendirian.

Si kancil bangkit dan melanjutkan perjalanan ke rumah si Nona.

"Nona... Nona... Ini Magy datang."

Suara kancil kalah dengan suara televisi di dalam rumah. Ada yang teriak-teriak.

"Anjir ga kena kena!"

Hah, si Magy kaget aja dengar suara yang lantang itu. Dia mengintip di muka pintu yang terbuka.

Rupanya ada seorang laki-laki yang sedang menonton bola. Daripada ga digubris, si kancil nekad masuk aja.

"Anjir, ngagetin aja! Ngapain kambing kesini!"

"Saya bukan kambing. Saya kancil"

"Terserah gue lah. Pergi sono!"

"Sebentar, Tuan! Si Nona kemana? Saya butuh pertolongannya."

"Lu ganggu aja. Gue lagi nonton bola nih."

"Tapi saya ada perlu sama Nona."

"Nona? Si Elen, maksudmu?"

"Ya." Padahal si kancil belum pernah tahu nama si Nona. Mungkin saja Elen adalah dia.

"Elen sekolah di Jakarta."

"Lalu Tuan siapa?"

"Aku sepupunya. Lagi healing kesini. Lu ribet dah, nanya mulu. Dah, jangan ganggu."

"Tapi, Tuan."

"Lu perlu apa?"

"Mulut saya sariawan."

"Resek." Bilang seperti itu,si Tuan beranjak dan menuju ke ruangan lain. "Sini gue tetesin obat."

Si kancil mendekat. Bibirnya dipegangi si Tuan.

"Nyinyi uwang."

"Hah!?" Si Tuan tidak mengerti penjelasan si kancil. "Lu diem aja dah, gue obatin."

Si Tuan berhasil mencari lubang sariawan di bawah lidah si kancil.

"Makasih, Tuan." Si kancil kemudian pergi meninggalkan si Tuan.

***

Hari berganti. Si kancil mau makan dedaunan.

"Aduh!" Untuk menguyah, area mulutnya masih sakit. Sepertinya tambah bengkak.

Magy kembali mendatangi rumah Nona. Disana, Magy melihat Tuan itu sedang minum kopi di teras. Wah, kebetulan banget. Dia bergegas.

"Ngapain lu kesini lagi?"

"Anu, Tuan. Ini masih sakit. Mau minta ditetesi lagi."

"Ribet." Si Tuan ini cerewet, kata-katanya ngeselin, tapi si kancil dilayani juga.

Setelah ditetesi, si kancil diberitahu, "Nih, bawa obatnya biar lu ga usah kesini lagi."

"Tapi, Tuan. Saya tidak bisa melakukannya."

Si Tuan garuk garuk kepala. Kemudian tidak jadi memberikan obat itu pada si kancil.

Hari demi hari. Si kancil datang setiap hari minta obat tetes hingga sariawannya sembuh.

Btw, si Tuan ini lebih tua dari si Nona. Rambutnya keriting agak kusut numpuk di atas seperti rambut Rafael Struick, striker timnas. Tapi wajahnya tidak mirip sama sekali. Dia seperti.. seperti...ah sudahlah, tidak seperti siapa-siapa.

Informasi yang didapat si kancil adalah kenapa si Tuan berambut Rafael ini tinggal di vila si Nona, karena dia bikin tugas akhir kuliah ga jadi-jadi, makanya menyepi dulu cari inspirasi dan ketenangan.

Manusia punya kebutuhan yang lebih daripada hewan. Jadi kalau pas jadi hewan, ya disyukuri aja dulu, sebab kalau jadi manusia, masalahnya lebih banyak.

Si kancil kembali ke tempat favoritnya, ngadem di bawah pohon kersen di pembatas desa.

Sebenarnya cerita masih bersambung, tapi ya udah ini aja dulu. Si Magy mau  tidur siang, menekuni hobinya.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Magy Si Kancil AjaibTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang