Si Kancil dan Ulat Disiplin

628 15 8
                                    

Lagi, si kancil pergi ke jembatan bambu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lagi, si kancil pergi ke jembatan bambu. Hari yang cerah cocok untuk mendengarkan bambu tertiup angin. Kemarin dia sudah ke situ, ada rasa gembira yang biasa, yang dia mau, tapi hari ini ketika dia datang lagi, ada rasa tambahan: penasaran.

"Kemarin kamu berwarna coklat, sekarang hijau. Kemarin kamu masih kurus, sekarang gendut." komentar kancil pada ulat yang bertengger di ranting pohon jeruk. Ulat sedang sibuk mengunyah daun.

"Aghgh-aghgh-ahgh." Si ulat tertawa. "Memang aku cepat berubah. Sebentar lagi aku berpuasa, lalu akan jadi jauh beda."

"Aku tahu. Selanjutnya kamu akan bersayap, jadi indah."

"Aku akan indah sebentar lalu mati."

Si kancil diam. Matanya sebentar memandang ulat, sebentar beralih ke tanah, ke ulat, ke tanah. Nggak enak mau berkomentar.

"Santai, Bro. Ini adalah tugas. Jadi makhluk sekecil ini, hidupku memang pendek, makanya harus kerja cepat, tidak ada kesedihan dan kekhawatiran."

Kancil masih diam memandang on-off si ulat.

"Nggak usah baper gitu lah, Cil."

"Nggak baper. Cuma... lagi ingat nasib sendiri. Di hidupku yang lebih lama darimu, aku pernah menghadapi rasa bosan, Lat. Dulu aku suka mencuri dan mengerjai hewan lain, juga manusia. Senang banget rasanya bisa ngerjain. Puasss. Tapi pada suatu hari, aku sakit keras, kerusakan di seluruh tubuh, hingga bisa dikatakan aku hampir mati."

"Lalu bagaimana kamu bisa sehat kembali, Cil?"

"Aku diobati oleh Dewa Hutan. Dia bilang,

'Kamu akan sembuh, bahkan menjadi lebih baik lagi. Kamu boleh berbuat apa saja, tapi kalau kamu ingin berterimakasih padaku, berbuat baiklah.'

Semenjak aku sembuh, aku berjanji pada diriku sendiri untuk tidak lagi jahil dan sebaliknya, membantu makhluk lain. Aku berangsur-angsur punya kekuatan. Aku bisa berlari secepat kilat, jadi kalau ada yang butuh bantuanku, aku bisa segera datang. Aku juga memperlambat waktu, supaya aku tampak bergerak lambat, padahal aku berjalan biasa."

"Pertama, bagaimana kamu bisa tahu, kalau kamu bisa berlari kencang?"

"Ya awalnya sih aku tidak tahu. Itu terjadi begitu saja. Tapi setelah aku mengingat-ingat, yang berbeda saat aku hendak lari adalah tujuanku. Aku ingin berlari, supaya cepat sampai untuk melakukan sesuatu buat hewan lain. Aku tidak bermaksud berbuat baik untuk mendapat kekuatan, tapi ketika aku punya niat baik, kekuatan muncul padaku."

"Wah, seru banget ceritamu, Cil. Aku ingin juga loh sepertimu, tapi waktuku hanya sebentar, aku harus segera tidur dan puasa. Apa kamu bisa memperlambat waktu supaya aku bisa mendengarkan ceritamu lebih panjang?"

"Hehehehe, kelemahan dari kekuatanku adalah itu berlaku untukku saja. Hanya aku yang menyadarinya."

"Baiklah, nanti kalau aku sudah jadi hewan yang baru, aku ingin bertemu kamu lagi dan mendengarkan ceritamu."

"Aku juga ingin mendengar ceritamu, pengalamanmu yang baru. Aku akan sering datang ke jembatan ini supaya kamu tidak kesulitan menemukanku nanti."

"Sampai ketemu lagi ya, Cil."

"Iya."

Hari demi hari berganti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari demi hari berganti. Seekor kupu-kupu terbang kian kemari. Didekat jembatan, diantara bunga-bunga.

"Kancil!" si kupu-kupu memanggil.

"Oh." Si kancil menghentikan langkahnya menuju jembatan bambu. Dia terpana dengan binatang indah yang mengepak-epakkan sayapnya.

"Aku si ulat yang dulu."

"Wow, aku senang melihat kamu yang baru. Bagaimana rasanya punya sayap?"

"Rasanya sangat fantastis. Dengan punya sayap, aku bisa melanglang pergi ke tempat-tempat yang belum pernah aku kunjungi. Makananku juga berubah. Aku tidak lagi makan daun, tapi sari bunga, rasanya enak, manis."

"Ingin juga loh sepertimu, Lat. Bisa terbang dan mencapai tempat-tempat baru."

"Sekarang aku kupu-kupu."

"Oiya, sampai lupa 😁."

"Tapi, Cil, waktuku untuk jadi kupu-kupu pun tidak banyak. Aku harus segera kawin dan bertelur sebelum aku mati."

"Setidaknya kita telah berjumpa lagi."

"Aku pergi dulu ya, Cil. Aku akan melakukan tugasku."

"Iya. Selamat bertugas, Kupu-kupu!"

"Sampai jumpa!" Si kupu-kupu mengepakkan sayapnya, meninggalkan si kancil.

Si kancil tersenyum. Dia telah mendengarkan sebuah pengalaman baru si ulat menjadi kupu-kupu.

 Dia telah mendengarkan sebuah pengalaman baru si ulat menjadi kupu-kupu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Magy Si Kancil AjaibTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang