Ada seekor emprit yang terbang membawa seutas rumput ke sebuah pohon, terbang lagi ke tempat lain dan kembali dengan seutas rumput berikutnya. Kancil mendongak mengamati si emprit. Lalu dia ingin ikut bermain dengan burung kecil itu. Dari bawah pohon, kancil berlari membuntuti si emprit. Tapi larinya kancil dan terbangnya si emprit tidak menemukan titik temu. Mereka berjarak karena beda ketinggian. Namun demikian, setelah sekian jauh, si emprit mendarat di rerumputan dan kancil pun sampai di sana.
"Kikukikukiku!" Kancil berteriak senang bisa menemui si emprit.
***
Antara pohon, kancil, emprit dan lokasi mendarat membuat pola bidang trapesium. Apakah trapesium itu?
Jawaban untuk anak-anak: trapesium adalah segi empat, tapi hanya dua sisi yang sejajar. Lihatlah contoh di gambar.
Jawaban untuk remaja-dewasa: Trapesium adalah, jika antara kamu dan dia berjarak akibat perbedaan ketinggian. Hanya yang berada di ketinggian yang memungkinkan sebuah pertemuan, yaitu mendarat. Sementara yang berada di bawah bisa terus berlari menuju lokasi pendaratan. Jika kamu yang berada di ketinggian, mendaratlah agar kalian bisa bertemu. Jika kamu yang berada di darat, berlarilah terus jangan putus asa, kamu tidak memegang kendalinya, tapi kamu bisa meyakinkan dia untuk berjumpa. 😁
***
"Emprit, selamat pagi." kancil mencoba menyapa. Tapi sebelum selesai menyapa, si emprit sudah terbang lagi dan kancil kembali membuntuti.
Kancil tahu kalau si emprit sedang membuat rumah untuk bertelur. Telur-telur itu nanti akan menetas dan jadi anak-anak emprit. Kancil pun tahu, dia tidak bisa membantu apa-apa. Si emprit akan menyusun sendiri rumahnya. Dia tidak bisa memasang rumput sesuai dengan desain standar sarang emprit. Dia hanya bisa bersenang-senang lari kesana kemari membuntuti burung kecil itu. Si Burung kecil pun tidak ambil pusing dengan yang dilakukan kancil. Si emprit bagai seorang selebriti dan kancil seperti penggemar yang ingin mengajak selfie.
Pelan-pelan kancil lupa dengan tujuan semula. Tadinya dia sekedar ingin membuntuti kemana si burung kecil pergi dan pulang, selanjutnya dia keasyikan dengan berlari makin cepat. Dia tidak mengerem untuk berhenti lalu berbalik lagi, tapi dia memaksimalkan kecepatan larinya dengan kecepatan cahaya. Hukum cahaya adalah merambat lurus, sementara Bumi melengkung. Dengan kecepatan itu, kancil telah melawan gravitasi hingga dia terlempar ke angkasa. Dia baru menyadari setelah dia di ketinggian dengan suhu udara sangat dingin.
"Aku mau pulang." Kata kancil dalam hati. Seketika kancil tanpa tenaga, membiarkan tubuhnya melorot ke bawah dan punggungnya tegak lurus dengan Bumi. Kancil menuju laut. Setelah jarak dekat, dia membalik badan, mengubah arah menuju tepi dan tiba dengan terjerembab karena remnya kurang makan (pas). Kancil sekarang ada di pantai. Tempat yang baru buatnya.
Pantai penuh dengan pasir. Dia tidak tahu mau bermain apa di situ. Kancil tidak menyukai pantai, tepatnya belum suka. Dia kembali berlari menjauh dari arah pantai. Dia berhenti di depan sebuah rumah dimana ada sebuah kandang di atas meja di halaman rumah dan ada emprit di dalamnya.
Beda. Ini bukan emprit yang kancil kejar-kejar sebelumnya. Emprit yang ini terkungkung di dalam kandang. Kancil mendekat dan tidak ada bosannya menyapa,
"Hai, Emprit."
Si emprit sebentar melihat kancil, "Hai."
"Kamu sedang apa?"
"Sedang membuat rumah." Si emprit terlihat menyusun rumput, serpihan kertas dan ranting kecil dengan pola tertentu.
"Prit, darimana kamu mendapatkan rumput dan ranting ini?"
"Ini sudah disediakan oleh yang memeliharaku. Aku tinggal menyusun saja."
"Enak nggak sih di dalam situ?"
"Di sini makan minum disediakan, pasangan (pacar) disediakan, untuk buat rumah disediakan, tapi aku tidak bisa terbang tinggi."
"Apa kamu suka di situ?"
"Suka atau tidak suka aku harus menjalaninya."
😮😮 Kancil merasakan sesuatu yang enggak banget menurutnya. "Apa kamu tidak ingin keluar dari kandang ini?"
"Apa bisa?"
"Bisa." kancil pun menyentuh kandang itu dengan hidungnya, menyenggol-nyenggol supaya jatuh dari atas meja. Kandang sudah jatuh. Selanjutnya kancil mengoprek bagian pintu kandang dengan kaki depannya, mencari tahu cara membukanya. Oh, dia sudah tahu. Dia lantas menggigit bagian atas pegangan pintu. Jika ditarik pintu akan membuka dari bawah.
Sementara itu dari balik jendela kaca yang besar,
"Hai, kamu, kesinilah, bantu aku!" seekor ikan giru berwarna oren mondar mandir di dalam aquarium. Dia berusaha memanggil kancil, tapi kancil masih menarik pintu kandang si emprit.
Si giru oren mengerahkan seluruh tenaganya. Dia meloncat loncat ke atas permukaan air aquarium. Cpluk! Cpluk! Cpluk! Kancil pun menoleh sebentar. Kemudian fokus pada pintu kandang emprit lagi.
"Nah, emprit. Terbanglah." Pintu kandang sudah berhasil dibuka.
Si emprit mencoba terbang, tapi masih kaku. Dia masih terbawa keadaan di dalam kandang yang sempit. Dia terbang terlalu pendek dan kembali menyentuh tanah.
"Ayo, kamu bisa!" Ketika si emprit berusaha terbang lagi, kancil segera menyentuh ekor emprit dengan hidungnya supaya emprit terdorong untuk terbang lebih tinggi, emprit kaget dengan sentuhan hidung itu dan mendadak dia bisa terbang jauh lebih tinggi.
Kancil selanjutnya berjalan menuju aquarium dan menuju si ikan giru.
Si giru tidak menyia-nyiakan kesempatan. Dia berhenti melompat dan berkata,
"Hai kawan, aku Nemo, berasal dari laut. Aku ingin keluar dari sini. Apakah kamu bisa membantuku?"
Kancil terpana: ikan itu juga punya nama, sama seperti dia. Kemudian dia bersemangat menjawab,
"Aku Magy, berasal dari tepi hutan, siap membantu Nemo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Magy Si Kancil Ajaib
ContoSetelah sakit keras, si kancil tidak lagi nakal, tapi jadi suka menolong. Dengan perubahannya itu dia berangsur-angsur memiliki kekuatan super dan dinamai Magy (magic, ajaib) oleh seorang anak manusia. Namun demikian, memiliki kekuatan super bukan b...