Siang itu menjelang sore. Cuaca sangat cerah. Angin bertiup lembut. Daun-daun sedikit bergesekan dan sebagian berjatuhan. Di batas jalan desa dengan hutan, di bawah pohon kersen si kancil berdiri. Dia sedang bertanya dalam hati,
"Mungkinkah hari ini adalah hari ulang tahunku? Aku merasa beda. Aku merasaa... bertenaga. Tubuhku seperti diperbarui."
Si kancil tidak tahu kapan dia lahir dan baru saja sembuh dari sakit.
Kemudian si kancil berjalan-jalan menyusuri kebun. Tak lama, dia melihat dua ekor kelinci memasuki pekarangan ketimun pak tani. Ketimun sudah besar-besar dan ranum. Si kancil bergerak mendekat,
"Kelinci, sedang apa kalian?" tanya si kancil.
"Mencari makanan." jawab kelinci abu-abu.
"Jangan mencuri ketimun."
"Kami tidak suka ketimun." kata kelinci abu-abu.
"Hu'um." kelinci putih setuju.
"Oh, aku tahu!" secepat kilat kancil melesat meninggalkan mereka seakan pantatnya dipasangi mesin jet turbo.
Ciiitttt. Empat kaki direm sempurna. Si kancil sudah kembali di hadapan dua kelinci dengan sebuah wortel di mulutnya. Dia kemudian meletakkan wortel itu di tanah,
"Nih, dikasih bu tani. Buat kalian."
"Kami tidak mau wortel." kata si abu-abu.
"Hu'um." komentar si putih.
"Kalian ingin apa? Beritahulah aku."
"Rumput kering." jawab si putih.
"Apa?" Menurut kancil, makanan yang enak itu yang manis.
"Ya, rumput kering adalah makanan perawatan untuk gigi depan kami supaya tidak bertambah panjang." si abu-abu menjelaskan.
"Hu'um. Kret kret kret. Biar tidak tonggos." si putih memperagakan gerakan menggigit rumput.
"Haa." Kancil ternganga. Dia tidak menyukai rumput kering. Lalu dia meraba gigi-gigi yang mencuat keluar dari mulutnya dengan lidahnya. "Apakah ini tonggos?"
"Itu bukan tonggos, tapi gingsul." Yang disebut 'gingsul' oleh si kelinci putih adalah gigi taring, karena si kancil adalah kancil jantan.
"Dengan menggigiti rumput kering, gigi kami terjaga rapi dan tubuh kami tetap langsing karena rumput tidak mengandung gula." penjelasan dari si abu-abu.
"Ooh, begitu... Aku tahu dimana rumput kering berada. Ikuti aku!"
"Kami tidak mau mengikutimu." kata si abu-abu.
"Kenapa?" si kancil kecewa.
Kedua kelinci tidak menjawab, tapi kemudian kancil punya cara lain. Dia melesat secepat kilat dan kembali dengan cara yang sama, dengan mulut penuh rumput kering dan dia letakkan di tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magy Si Kancil Ajaib
Short StorySetelah sakit keras, si kancil tidak lagi nakal, tapi jadi suka menolong. Dengan perubahannya itu dia berangsur-angsur memiliki kekuatan super dan dinamai Magy (magic, ajaib) oleh seorang anak manusia. Namun demikian, memiliki kekuatan super bukan b...