Magy, Moula, dan Zok

53 0 2
                                    

Garuk-garuk lagi si Magy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Garuk-garuk lagi si Magy. Yah lecet dah, perih lagi. Apalagi mendadak ada hujan deras. Tambah perih. Magy bergegas mencari perlindungan.

Di rerimbunan semak tinggi, hujan akan pecah dan tidak langsung 'menyerangnya'. Rerimbunan itu lebih mirip gua.

Magy duduk terpekur, tidak sedang menyusun pertanyaan, tidak lagi merencanakan sesuatu, tidak sedang memikirkan apapun. Hanya diam diantara tetesan hujan.

Saat hujan mereda tinggal rintik kecil, saat kelopak mata telah berat dan menutup, ada sosok yang menggelapkan pandangan dan menghimpit ruang kecil itu.

"Jangan! Jangan! Aku masih muda, belum siap!" Magy ketakutan.

Magy membuka mata lebar-lebar, yang di hadapannya bukan malaikat pencabut nyawa, tapi ...

"Aaaaaaa!" Magy menjerit kesakitan.

Seekor gajah aneh telah menindih tubuh kecil Magy dengan pantatnya. Gajah itu dalam posisi duduk
Jeritan Magy telah membuatnya kaget dan bergeser menjauh.

Tanpa rasa bersalah, gajah itu memandang Magy dan berkata, "Mau berteduh bentar."

"Matamu pi, eh, haa, loh, kamu?!" Keanehan gajah itu membuat Magy tidak jadi marah dan malah heran.

Warna kulit gajah kecil itu aneh. Warna kulit yang luntur. Sebeagian abu-abu, sebagian putih dan sebagian pink, berpendar.

"Kamu!?"

"Iya." Kulit si gajah yang telah tertimpa hujan dan yang terlihat luntur makin banyak.

"Kulitmu kenapa?"

"Luntur."

"Kenapa luntur?"

"Ini dicat supaya ga ketahuan."

"Kenapa dicat?"

"Kalau kulit asliku terlihat, pengasuhku akan mengusirku, sebab aku akan menimbulkan masalah. Aku akan dilihatin orang. Ga suka kalau dilihat banyak orang. Mereka akan terus menerus melihatku dan itu akan menyulitkanku untuk bergerak."

"Entahlah, aku nggak ngerti, kenapa ada gajah yang gamau dilihat. Pasti itu gara-gara pengasuhmu."

Kulit asli gajah kecil itu pink dan hampir transparan.

"Kamu ini gajah darimana sih? Kok aku belum pernah lihat gajah yang dalamnya kelihatan." Karena saking transparannya, pembuluh darah gajah itu kelihatan. Darah yang mengalir hampir-hampir kelihatan.

"Sekarang gini. Sekarang kan kamu di hutan. Ga ada manusia yang melihatmu. Kita hujan-hujanan saja, yuk." Magy sudah lupa kalau kulitnya perih terkena hujan.

"Jangan, nanti cat tubuhku tambah luntur."

Sebenarnya Magy sangat penasaran dan ingin melihat utuh seluruh tubuh gajah kecil itu dengan kulit aslinya.

Magy Si Kancil AjaibTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang