Si Kancil dan Si Nona

772 19 2
                                    

Bosan rasanya berteduh terus di bawah pohon Kersen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bosan rasanya berteduh terus di bawah pohon Kersen. Si kancil ingin bermain di dekat jembatan, ingin mendengar bunyi angin menerobos jembatan bambu, wuiwuiwuing kat kit kat kit.

Eh, kok ada yang menangis. Kancil penasaran dan mendekat ke sumber suara,

"Nona, kamu kenapa?"

"Beni." Gadis kecil itu menjawab sambil terisak-isak.

" Gadis kecil itu menjawab sambil terisak-isak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Si kancil mengerti. Beni adalah anjing yang dulu dipelihara oleh gadis kecil itu. Sekarang Beni sudah mati dan dia menangis di depan gundukan tanah di halaman rumah. Itu kuburan Beni.

"Oh, aku tahu!" Biasanya, gadis kecil itu bermain bola dengan Beni. Si kancil berinisiatif mengambil bola di rak samping rumah si Nona. Bola itu dijepit dengan kedua kaki depannya. Dia hampir berdiri. Terlihat sulit melihat kaki-kaki kurus kancil memegang bola, tapi kaki-kaki itu sepertinya berperekat. Selanjutnya dia tidak berjalan, tapi melesat dan kembali ke hadapan gadis kecil itu,

"Ayo kita bermain!"

Si Nona terpesona melihat si kancil memegang bola, tapi dia menggeleng,

"Hiks. Aku nggak mau bermain. Aku lagi sedih. Aku kangen Beni."

Si kancil meletakkan bola itu. Selanjutnya dia diam berdiri di samping si Nona, menemani gadis kecil itu hingga lelah menangis, hingga kelopak matanya bengkak.

Tiba-tiba si gadis kecil berkata, "Kamu bisa main lempar tangkap bola, kancil?"

Si kancil segera berusaha melakukan sesuatu. Dia mengambil bolanya kembali, melempar bola itu sampai jauh melambung tinggi dan berlari kencang untuk menangkapnya sendiri.

Happ! Kancil berhasil menangkapnya. Dia melempar lagi, tapi.... Dia jadi kebingungan. Lemparannya terlalu keras, terlalu jauh. Dia tidak menemukan bola itu, tapi dia tidak ingin mengecewakan si nona. Dia terus mondar-mandir mencari.

Wezzzz. Wezzzz. Si kancil bermandi peluh, dia sudah mengeluarkan banyak tenaga. Tiba-tiba matanya melihat sesuatu yang hijau diantara hijau daun-daun di pepohonan. Pantas saja susah dicari, karena sewarna dengan dedaunan.

Magy Si Kancil AjaibTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang