Matahari sudah condong ke barat. Sinarnya yang menyorot kuning adalah kesukaan kancil. Waktunya mencari makan setelah tidur siang di bawah pohon kersen. Kian hari, kian kencang si kancil berlari. Karena itu dia bisa melesat sangat jauh.
"Wihh, ada bau yang enak-enak!" Kancil mengendus aroma buah masak,
Kling! Seperti menghilang! Tahu-tahu si kancil sudah ada di lokasi. Srrrrtttttttt citt, dia mengerem langkah, kakinya bergesekan dengan tanah dan daun-daun kering. Girang. Binar matanya begitu terang, karena dia melihat buah-buah apel yang sudah sangat masak berjatuhan dari pohon. Dia segera mengunyahnya. Lagi, lagi dan lagi.
Akhirnya kancil tak sanggup lagi mengunyah. Dia berjalan sempoyongan. Lalu melihat suatu sosok,
"Hai, apakah kamu adalah aku?"
"Hai, apa, kamu adalah aku." jawab rusa kecil. Itu anak rusa yang masih imut, tapi sebesar kancil, bahkan sedikit lebih besar.
"Kamu adalah aku?" tanya si kancil lagi.
"Kamu adalah aku?" si rusa kecil bereaksi.
"Tidak bisa begitu!" Kancil merasa tidak mendapat jawaban yang pas, dia emosi.
"Bisa- tidak... begitu!" rusa kecil itu memperparah suasana.
Spontan keduanya saling mendekat dan saling dorong. Mereka jatuh bersamaan dan bangun bersamaan, saling dorong lagi sambil saling memicingkan mata. Si anak rusa kalah, terkapar. Lalu keduanya sama-sama terkapar karena kelelahan.
Anak rusa itu bangun terlebih dahulu. Dia melihat si kancil di sampingnya dan lebih jelas mengamati. si kancil ada warna putih di lehernya. Kaki si kancil juga lebih pendek dan kurus.
Tiba-tiba si kancil bangun dan si rusa kecil kaget. Si kancil memandang ke arah anak rusa itu, lalu berkata,
"Badanku sakit semua" kata si kancil.
"Badanku sakit semua." respon si rusa kecil.
Si kancil tertawa dengan keras, karena badan "kembarannya" juga sakit semua. Lalu bertanya, "Kamu kenapa di sini? Dimana ibumu?" Kancil tahu selanjutnya bahwa yang dihadapannya adalah anak rusa. Walau tubuh rusa kecil sedikit lebih besar dan lebih tinggi, tapi dia masih anak, sementara dia sendiri sudah tua.
Si rusa kecil bengong. Sesaat kemudian kepalanya menoleh ke arah rumah yang menjadi pusat halaman pohon-pohon apel itu.
Rupanya rusa kecil itu adalah hewan yang dipelihara si pemilik kebun apel.
"Aku pasti telah mabok apel. Lalu kita berkelahi. Hahahaha."
Si rusa kecil pun ikut tertawa, "Hahahaha."
"Aku minta maaf, rusa kecil. Aku telah membuat tubuhmu sakit." kata si kancil.
"Aku minta maaf, rusa kecil."
"Aku kancil. Panggil saja kancil. Kan...cil (dalam hati: walau aku sebenarnya punya nama keren, ah, sudahlah, dia kan masih kecil, belum tahu nama keren.)." kancil memberi isyarat pada si anak rusa untuk memanggilnya.
"Kancil." si rusa kecil memanggil si kancil.
Selanjutnya si kancil menyadari sesuatu, bahwa semenjak pertama bertemu, rusa kecil menirukannya. Rusa kecil tidak ikut mabok, tapi karena masih kecil, dia hanya bisa meniru dan belum mengerti benar makna dari tiap kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magy Si Kancil Ajaib
NouvellesSetelah sakit keras, si kancil tidak lagi nakal, tapi jadi suka menolong. Dengan perubahannya itu dia berangsur-angsur memiliki kekuatan super dan dinamai Magy (magic, ajaib) oleh seorang anak manusia. Namun demikian, memiliki kekuatan super bukan b...