Si kancil berlari sangat cepat, kemudian terbang meninggi dan bertambah kecepatan hingga daratan dan lautan tak tampak lagi. Makin lama, dia merasa ngilu, otot-ototnya pun lelah, tapi dia kesulitan berhenti melesat.
"Rem! Aktifkan! Rem! Aktifkan!" kancil mengulang-ulang perintah pada dirinya sendiri. Dia sedang panik karena merasa remnya blong.
Kancil sudah melemaskan badannya dan seluruh kakinya, tapi butuh waktu sampai gerakannya melambat dan bisa melihat daratan dan lautan kembali. Dia melihat tanah lapang yang sangat luas. Akhirnya dia bisa terjun bebas dan jatuh berdebam. Belum ada kemampuan untuk mendarat dengan benar. Kancil meringis, merasa kesakitan di sekujur tubuh. Dia kemudian teronggok lemas dengan mata terpejam.
Entah sudah berapa lama, saat mata kancil terbuka, suasana terang tapi gelap. Sejauh mata memandang, semua pasir. Bukit pasir, lembah pasir dan gelombang-gelombang pasir. Kancil berada di sebuah padang pasir.
Kancil belum bisa menggerakkan badannya. Lama sekali sehingga dia menyaksikan bulan bundar bergerak lambat, dari kuning menjadi putih, makin lama, makin tinggi. Langit sangat jernih. Bintang-bintang berwarna kuning, biru, putih dan merah. Mereka tampak ada yang berkedip. Bintang yang paling besar berwarna putih kebiruan. Kancil memandanginya terus menerus. Dip dap dip, si bintang terbesar berkedip seolah memberi kode kepada kancil. Kancil mencoba bicara padanya,
"Hai, apakah kamu sedang melihatku?"
Bintang berkedip sekali. Kancil terhibur.
"Apakah aku akan mendapat pertolongan?"
Bintang berkedip sekali. Kancil makin senang.
"Aku haus. Apakah aku akan segera mendapat minum?"
Bintang berkedip sekali.
"Masak sih?" Kancil girang, tapi masih ragu.
Bintang berkedip sekali. Kancil lantas ingin menguji.
"Apakah aku akan segera mati?"
Bintang berkedip dua kali. Kancil terbelalak, tidak percaya ada kedipan dua kali, sebab dia mengartikan bahwa sekali adalah iya, dua kali adalah tidak. Berarti dia tidak akan segera mati. Untuk memastikan, dia mencoba pertanyaan lain yang dia sudah tahu jawabannya,
"Apakah aku sudah setahun di sini?"
Bintang berkedip dua kali. Itu berarti bintang menjawab sesuai. Kancil makin tergoda, dia menanyakan lagi pertanyaan awal yang sudah dijawab,
"Apakah aku akan segera mendapat minum?"
Bintang berkedip dua kali.
Akhirnya kancil mengomel tanpa melihat ke arah bintang untuk menunggu jawaban, "Hanya bisa kedip sekali, dua kali, sekali, dua kali. Percuma saja. Membosankan. Aku ingin makhluk yang bisa diajak bicara." Kancil berhenti bertanya kepada bintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magy Si Kancil Ajaib
Short StorySetelah sakit keras, si kancil tidak lagi nakal, tapi jadi suka menolong. Dengan perubahannya itu dia berangsur-angsur memiliki kekuatan super dan dinamai Magy (magic, ajaib) oleh seorang anak manusia. Namun demikian, memiliki kekuatan super bukan b...