Strawberry Cloud [End]

41 - Now, Babe!

Vote dulu ya sebelum baca 💗 komen di setiap paragraf biar gemes 🌷💗 happy reading 🌹

❤︎❤︎❤︎

♪ Trust Issues - Drake

❤︎❤︎❤︎

"Hai, Caka." Nadir melebarkan senyumnya saat dia mengambil tempat di samping Caka kala kelas hendak mulai.

Caka yang awalnya fokus pada laptopnya sedikit menoleh, "Hai," balasnya singkat.

"Ngapain?" Nadir mengintip ke layar laptop Caka yang sedang me-review materi karena minggu lalu ia hanya titip absen saja.

"Belajar materi minggu lalu."

Nadir menyodorkan sebuah buku catatan, membuat Caka mengerutkan keningnya bingung. Dia kembali menoleh ke arah Nadir. "Buat lo, kan minggu lalu titip absen karena harus latihan buat pertandingan."

Caka kembali menyodorkan buku catatan tersebut, "Sorry, Dir. Gue cukup belajar dari materi powerpoint."

"Kenapa? Alana nggak boleh ya lo berteman sama gue?"

"Hm, dia suka cemburu."

"Padahal berteman apa salahnya? Lagian juga gue sama lo cuma berinteraksi pas ada keperluan kuliah doang. Atau pas dosen suruh kita satu kelompok," protes Nadir. Dia cukup kesal karena itu. Apalagi Caka begitu patuh kepada Alana.

Caka tidak bergeming seolah tidak peduli dengan ocehan Nadir. Lelaki itu kembali fokus membaca lembar per lembar materi yang ada di laptopnya. Jika seperti itu Nadir tidak bisa membantah lagi. Dengan perasaan dongkol, dia kembali mengambil buku materinya dan memasukkannya ke dalam tas dengan gerakan kasar. "Lo nggak berubah, Ka. Tetap dingin sama gue. Padahal kita sekelas terus dari SMA sampai kuliah."

"Lo berharap gue kayak gimana, Dir?" tanya Caka enteng.

"Jangan dingin sama gue," suara Nadir terdengar rendah penuh harap.

Caka menatap Nadir sekilas, kemudian tergelak sebentar sebelum kembali fokus. Ia tidak mau menghabiskan tenaganya untuk hal remeh seperti itu.

Nadir menyerah, terlebih dosen memasuki kelas untuk memulai materi. Bertahun-tahun telah berlalu, namun sikap Caka tidak pernah berubah. Selalu cuek, tak peduli, bicara seadanya, membuat Nadir merasa kesepian jika bersamanya karena tidak benar-benar dianggap ada.

Meski sikap Caka seperti itu sekali pun, Nadir merasa tenang. Dia senang hanya berdekatan dengan Caka. Dia ingin Caka, dan berharap begitu sebaliknya dengan Caka. Meski Nadir tahu Alana pemenangnya untuk saat ini. Namun tidak mengubah usaha Nadir. Dia yakin suatu saat Caka akan menatapnya juga.