31 - I'm Yours

39.3K 6.1K 6.4K
                                    

Vote dulu ya sebelum baca 💗 komen di setiap paragraf biar gemes 🌷💗 happy reading 🌹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote dulu ya sebelum baca 💗 komen di setiap paragraf biar gemes 🌷💗 happy reading 🌹

❤︎❤︎❤︎

Caka tidak tahu apa yang salah, dia juga tidak tahu apa yang Nadir katakan sampai membuat Alana diam seribu bahasa seperti saat ini. Saat ditanya, Alana hanya menjawab seadanya kemudian kembali diam.

Di atas motor, Caka berkali-kali melirik sepion motornya. Alana memeluk erat pinggang Caka, wajahnya lesu, dan matanya menatap kosong jalanan di depan.

"Kita makan malam dulu, ya?" tawar Caka sedikit menoleh ke samping.

"Kak Caka lapar?"

"Iya."

"Boleh."

"Makan di mana?"

"Kak Caka yang tentuin. Aku nurut aja."

Caka memilih makan nasi goreng Mang Kudu. Mereka duduk lesehan dengan saling berhadapan. Sebuah meja kecil menjadi pemisah antara keduanya. Alana sibuk men-scroll akun sosial media, sedang Caka tidak berhenti mengamati Alana yang menghindari kontak mata dengannya. "Alana," panggil Caka.

"Apa, Kak?"

"Gue udah nggak menarik lagi ya?"

Alana mendongak dan menatap Caka, buru-buru dia menggeleng kuat. "Kenapa bilang gitu? Enggak, Kak."

"Buktinya HP terus yang dilihat. I'm jealous."

Alana meletakkan ponselnya kemudian membalikkan layar. Ia berpindah menggenggam tangan Caka, memainkan jari-jari Caka yang dua kali lipat jauh lebih besar dari jarinya. "Aku terganggu sama satu hal. Daritadi aku sibuk mikirin gimana buat balas dendam," jelas Alana.

"Apa yang ganggu lo? Mau gue aja yang balas dendam? I can do anything for you, just tell me."

Alana tergelak, dia mengangkat wajahnya dan menatap lekat-lekat kedua netra coklat milik Caka. "Kak aku boleh jujur sesuatu?"

"Gue juga nggak suka dibohongin. Kenapa?" Tangan Caka naik membelai wajah Alana penuh pemujaan. Menyentuh rambut panjangnya yang halus, kemudian menyelipkannya ke belakang telinga.

"Aku nggak suka Kak Caka temenan sama Kak Nadir. Aku cemburu, Kak. Hati aku kebakaran setiap lihat Kak Nadir di dekat Kakak."

"Nadir? She's nothing."

"Kakak kenapa bisa temenan sama dia sih?"

"Dia menyedihkan, sama kayak gue."

"Ih! Kak Caka nggak menyedihkan. Kenapa malah bilang gitu?"

"Nadir nggak menarik buat jadi bahan pembicaraan kita sekarang. Mau ngomongin hal lain?" tawar Caka.

Bersamaan dengan itu, Mang Kudu datang membawa dua piring nasi goreng. Dia yang hapal dengan Caka pun menyapa, "Tumben atuh neng geulis ke sini bareng Caka. Kok nggak sama Bilal seperti biasanya, Neng?"

Strawberry Cloud [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang