59 - Bertengkar

25.3K 4.6K 3.6K
                                    

Vote dulu ya sebelum baca 💗 komen di setiap paragraf biar gemes 🌷💗 happy reading 🌹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote dulu ya sebelum baca 💗 komen di setiap paragraf biar gemes 🌷💗 happy reading 🌹

❤︎❤︎❤︎

GILEEE BARU SEMALEM WOE UPDATE BISA-BISANYA LANGSUNG TEMBUS KOMENNYA 😭🫶🏻 SELIR CAKA TANGANNYA KEK BELUT LICIN BANGET. KALI INI UNTUK NEXT PART 3,5K VOTE. KOMEN SERAH DAH BERAPA YANG PENTING NYAMPE ANGKA K DAN FULL TIAP PARAGRAF BIAR GEMES 🐍 KALO VOTE PASTI GA BAKAL SEHARI HOHOHO 😋 KARENA SILENT READERS TETAPLAH SILENT READERS 🤣

❤︎❤︎❤︎

Caka mendongak menatap Alana yang menjulang berdiri di hadapannya. Dia membuang putung rokok terakhirnya. "Akhirnya kamu datang juga," balas Caka. Suaranya begitu pelan, sedikit serak.

Tangan dingin Caka menggenggam tangan Alana, "Duduk. Aku mau bicara."

Alana tidak bisa menahan air matanya lagi. Lolos terjun di kedua pipinya yang kering saat tangan dingin Caka menyentuhnya. "Nggak mau! Kita bicara nanti aja, aku mau kamu pulang ganti baju."

"Duduk, Lan. Aku capek nungguin kamu dari pagi," balas Caka. Dia bahkan tidak sempat makan siang. Paginya juga tidak sarapan. Bahkan perutnya yang kelaparan bukan lagi prioritas Caka saat ini.

"Siapa yang suruh? Aku bilang kita ketemu pulang dari kampus, kan?"

"Duduk," tekan Caka sekali lagi.

Mau tidak mau Alana duduk di samping Caka. Air matanya tidak berhenti luruh melihat kondisi Caka. Alana menyalahkan dirinya sendiri. Caka masih tenang di tempatnya, dia melirik Alana dan memperhatikan apa yang salah dari kekasihnya. Namun diperhatikan berapa kali pun tidak ada yang berubah.

"Aku ada salah sama kamu?" tanya Caka.

"Nggak ada," balas Alana singkat.

"Semalam kamu aneh. Aku nggak bisa tidur karena kepikiran terus."

"Aku nggak apa-apa!" sentak Alana.

"Kenapa pas istirahat nggak temuin aku? Kamu tahu aku kayak gimana, Lan."

"Iya! Kak Caka keras kepala. Kakak nggak pernah mau dengerin aku. Kakak itu egois! Kalau udah kayak gini, ujung-ujungnya aku yang salah, kan!"

Caka tersenyum, "Itu yang kamu bilang baik-baik aja?" tanya Caka.

Alana menangis semakin deras. Dia menutup wajahnya, tidak bisa menyembunyikan beban pikiran dan pertanyaan tentang perasaan yang Caka miliki untuknya. "Aku capek, Kak. Aku capek!" isaknya semakin deras.

"Capek kenapa? Makanya aku tanya kamu capek kenapa? Kalau kamu nggak bilang, aku nggak bisa tahu, Lan."

"Kita. Aku capek sama kita!"

Strawberry Cloud [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang