55 - Titik Lemah

21.7K 3.9K 3.4K
                                    

Vote dulu ya sebelum baca 💗 komen di setiap paragraf biar gemes 🌷💗 happy reading 🌹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote dulu ya sebelum baca 💗 komen di setiap paragraf biar gemes 🌷💗 happy reading 🌹

❤︎❤︎❤︎

Caka selesai mempelajari salah satu rute sirkuit terbesar di Indonesia. Tubuhnya benar-benar remuk, baru semalam ia pulang dari luar kota, sekarang dia harus ke luar kota lagi. Meski jaraknya tidak terlalu jauh, namun tetap saja menguras energi Caka yang hanya beristirahat beberapa jam saja. Bahkan ia tidak sempat menghubungi kekasihnya.

Caka membuka helm dan sarung tangan. Mulutnya menguap lebar karena mengantuk. Sampai-sampai ia tidak sadar dengan kehadiran Bu Marito di pit lane.

Saat matanya menangkap sosok Bu Marito yang berdiri, Caka terkejut seperti melihat hantu. "Bu, kenapa Anda ada di sini?" tanya Caka canggung. Pasti Bu Marito melihatnya menguap tanpa ditutup. Caka sedikit merasa malu.

"Saya hanya ingin melihat kinerja pembalap yang saya sponsori. Apa tidak boleh?" tanya Bu Marito balik.

Caka menggaruk kepala bagian belakangnya yang tidak gatal, "Tidak masalah. Hanya saja di sini sangat berisik dan banyak polusi. Terlebih tidak ada tempat duduk nyaman. Apa Bu Marito tidak terganggu?"

Bu Marito berdecih, "Saya bisa berada di mana saja."

"Baik kalau begitu," balas Caka tidak mau ambil pusing. Ia merenggangkan tangannya yang terasa kaku. Pergelangan tangan Caka juga terasa sakit. Tadi dia sempat jatuh saat berlatih di sirkuit.

"Kamu kenapa?" tanya Bu Marito.

"Tidak apa-apa," balas Caka seadanya.

"Jelas-jelas tangan kamu sakit!"

"Bukan masalah besar."

"Sudah panggil bagian medis? Harus diperiksa! Nanti kalau ada apa-apa bagaimana?!" omel Bu Marito. Wanita itu mengarah ke salah satu makelar yang sibuk memeriksa motor Caka. Ia mencolek pundaknya, "Hei, kamu! Cepat panggil medis! Kamu tidak tahu pembalap di sana tangannya cedera?" perintahnya.

Rasanya Caka ingin pergi saja dari sana. Berada satu tempat dengan Bu Marito membuat Caka tidak nyaman, terlebih wanita paruh baya itu cerewet bertanya ini itu. Sikapnya cukup aneh hari ini.

"Nggak usah, Bang. Gue ke tempat medis sendiri. Lanjut aja," ucap Caka. Ia keluar dari pit lane untuk ke tenda medis memeriksakan pergelangan tangannya. Bu Marito mengikuti langkah Caka, di belakang Caka bisa mendengar suara langkah kaki Bu Marito yang berirama. Berisik sekali. Bagaimana bisa wanita itu nyaman mengenakan heels di lokasi seperti ini. Caka bertanya-tanya.

Strawberry Cloud [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang