Halooo siapa yang udah mau lebaran tapi masih sekolah??? Saya saya sayaa!!
Btw vomentnya yang banyak ya:)Happy Reading❤️
********
Setelah dua hari berlalu sejak Arvin yang tiba-tiba demam dan membuat sedikit perubahan pada daftar makanan serta minuman favoritnya, kini keduanya tengah berkunjung ke rumah orang tua Arvin yang jarang sekali mereka kunjungi. Keduanya sampai di Semarang pada pukul enam pagi setelah kurang lebih menempuh empat jam perjalanan dari Jakarta-Semarang.
"MasyaAllah anak mantu makin cantik aja, gimana kabarnya nak?" tanya Ibu Ratna dengan wajah sumringah.
Felisa tersenyum lebar, "Kabar baik bu, ibu dan ayah baik?" tanya Felisa balik setelah melepas pelukannya.
"Alhamdulillah, kalian kok main kesini nggak bilang-bilang, sih?" protes Ibu Ratna.
"Mas Arvin mendadak ngajak kesini, bu. Katanya kangen sama masakan ibu." jawab Felisa jujur.
Memang benar adanya, Arvin tiba-tiba bangun tengah malam dan mengeluh lapar. Pria itu tidak mau makan apapun kecuali sambal cumi buatan ibunya, hal itu cukup memusingkan bagi Felisa karena dia tidak tahu resep apa yang menjadi ciri khas masakan Ibu Ratna. Jadilah Arvin meminta Felisa packing untuk tiga hari kedepan, mereka akan berangkat ke semarang saat itu juga.
Ayah Bayu melirik Arvin dengan kening berkerut. "Kesini cuma kangen maskaan Ibu, serius kamu?" tanya Ayah tidak percaya.
Arvin mengangguk seadanya, pria itu sejak tadi memeluk pinggang Felisa dengan wajah ngantuk juga menahan lapar. Membahas sambal cumi hanya membuat perutnya semakin meronta dengan air liur hampir menetes, dia juga bingung kenapa sebegitu ingin dibuatkan sambal cumi langsung oleh ibunya. Padahal hari ini ada meeting penting di kantornya mengenai rencana ekspor kayu dari perusahaan cabang, tapi dia lebih memilih ke Semarang dan meeting tersebut digantikan oleh sahabat sekaligus tangan kanannya.
"Nggak ada angin nggak ada hujan, tiba-tiba minta sambal cumi?" heran Ibu Ratna.
Ayah juga mengangguk heran. "Kemarin pas nikah, ibu buat sambal cumi aja nggak dimakan, ini?"
"Tapi saya pengen bu, tolong buatkan karena saya sudah lapar," ujar Arvin dengan tampang melas.
Ibu mengangguk, "Yasudah ibu buatkan, untung aja di kulkas selalu ada cumi. Kalian berdua istirahat aja, nanti ibu panggil kalau sudah jadi." titah Ibu.
Felisa mengangguk. "Maaf ya bu, kita jadi ngerepotin ibu,"
"Halah sudah, nggak apa-apa, apa sih yang nggak buat anak dan mantu kesayanganku." balas Ibu dengan wajah senang.
Felisa mengikuti Arvin naik ke lantai dua rumah orang tuanya, rumah ini memang tidak begitu mewah karena memamg jarang ditempati. Orang tua Arvin lebih sering menetap di Singapura dibanding Semarang, hanya karena pernikahan Arvin tiga bulan lalu keduanya pulang ke Semarang dan akan menetap selama satu tahun kedepan.
Meskipun begitu rumah ini tampak nyaman, didalamnya banyak tanaman-tanaman asli hutan seperti monstera yang merasaksa dibawah tangga. Felisa senang melihat rumah yang sudah seperti green house, ada berbagai tanaman yang mengelilingi rumah tersebut. Ada sayuran, ada bunga, ada tanaman obat juga buah-buahan.
"Mas, aku turun ya mau bantuin ibu," pamit Felisa yang diangguki oleh Arvin.
Sepeninggal Felisa, Arvin memilih berkutat dengan handphonenya. Dia sibuk menghubungi dokter kepercayaannya dan menanyakan keanehan-keanehan yang terjadi padanya beberapa hari ini, dia mengalami perubahan mood juga makanan. Bahkan dia yang tidak bisa meminum air kelapa muda pun jadi suka meminumnya karena segar, padahal dulu boro-boro merasa segar dia justru langsung lemas seharian.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMOUR (Mr. Pradipta)
General FictionMenikah dengan bapak-bapak? Siapa takut!! Felisa Anindira, gadis berusia 18 tahun itu tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan naksir dengan seorang Arvin Bisma Pradipta yang tak lain adalah sahabat Ayahnya. Awalnya dia hanya merasa kagum pada soso...