Part 30 "Gak jadi, ah"

4.4K 331 38
                                    

Hello, selamat pagi cantik-cantiku!
Yang lagi sekolah ataupun yang lagi libur nunggu kuliah sekalipun yang lagi libur kerja, aku ucapkan terima kasih ya sudah setia nunggu cerita ini yang updatenya setahun sekali itu hahahah.

Terima kasih sudah sabar, love u so much!!!!!
Happy reading love♡


●●●●


Pagi-pagi buta Arvin harus dibingungkan dengan Felisa yang merengek tidak ingin melihat wortel, wanita hamil itu sejak subuh sudah menangis sesenggukan saat melihat wortel didapur. Entah mengapa tapi ada rasa kesal yang bercokol dihatinya saat melihat wortel.

"Kamu kenapa, coba beritahu saya?" tanya Arvin lembut.

"Aku gak suka wortel, gak mau ke kebun wortel pokoknya!" jawab Felisa ketus.

Arvin mengangguk, "Iya kita tidak usah kesana, lalu kenapa masih marah?"

"Itu didapur ada wortel, aku benci banget. Bentuknya aneh, warnanya juga kenapa harus orange, kenapa gak biru aja?" omel wanita hamil itu.

Arvin menggelengkan kepalanya pusing, dia tidak tahu harus bagaimana lagi agar Felisa berhenti mengomel. Wanita itu sejak tadi menghardik dan menghujat wortel tanpa niat berhenti, padahal kemarin begitu antusias ingin memanen sendiri sampai jauh-jauh kemari. Yang Arvin lakukan saat ini adalah mendengarkan istrinya bersabda, terus mengomel dan menunjuk gambar wortel di ponselnya dengan tatapan benci.

Benci sama sayur dan tidak mau melihatnya? Memangnya wanita hamil itu selalu seperti ini, ya?

"Hayo kamu ngapain diam, kamu pasti lagi ngebatin aku, kan? Ngaku!" cecar Felisa yang melihat keterdiaman Arvin.

Astaga....

"Tuh kan, kenapa diam aja? Kamu pasti lagi bilang aku aneh, kan?" ulang Felisa semakin yakin dengan instingnya.

"Tidak,"

"Mas Arvin, kamu gausah bohong, aku tau kamu pasti la-"

Cup cup cup

Bibir bak burung beo yang terus mengoceh itu terdiam seketika saat kecupan sebanyak tiga kali menghujam bibirnya dengan gemas, matanya mengerjap lucu memandang suaminya yang hanya terdiam datar seolah tidak melakukan apa-apa.

Felisa memegang bibirnya, "Kamu kejam! Aku gak boleh diginiin, emang aku cewek apaan."

"Oh tidak mau?" sahut Arvin enteng.

Felisa menggeleng, "Bukan gitu, Mas. Kamu gak boleh cium-cium pas aku marah, bolehnya pas aku gak marah."

"Memang kenapa?" tanya Arvin usil.

"Nanti aku gak bisa marah-marah, keburu salting, gitu aja kok gak tau sih!" omel Felisa.

Arvin terkekeh samar, istrinya itu memang ajaib dan sangat percaya diri luar biasa jadi seharusnya dia tidak perlu terkrjut dengan segala tingkah ajaib dan emosi tidak stabilnya. Felisa itu baru 19 tahun dan baru saja lulus SMA jadi wajar saja sifatnya labil terlebih kondisinya yang sedang hamil.

"Makan ya, mau saya ambilkan?" tawar Arvin dengan lembut.

"Gak mau, maunya makan sama kamu aja." jawab perempuan itu.

Arvin mengangguk kemudian menyodorkan tangannya agar sang istri segera menyambut dan bangun dari posisi duduknya unthj segera sarapan, tanpa babibu Felisa juga menerima uluran tangan suaminya. Keduanya keluar dari kamar dan menuju meja makan yang sudah penuh dengan hidangan sarapan yang tampak lezat dimata Felisa.

AMOUR (Mr. Pradipta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang