Hallo, butuh apa menjelang ending ini?
Btw cerita sebelah yang judulnya READEN udah up ya, boleh mampir semuanyahhh!!
Love u♡*********
Sepasang suami istri itu mulai membongkar isi lemari untuk mengambil beberapa helai pakaian yang dibutuhkan Felisa selama masa persalinan, menyusunnya didalam tas dan menyimpannya diatas sofa supaya ketika gelombang cinta mulai datang mereka langsung bisa bergegas pergi ke rumah sakit yang sudah lebih dulu diselesaikan urusannya oleh Arvin.
"Mas, perut aku mulai turun gak sih?" tanya Felisa sambil berdiri didepan suaminya, menunjuk perut buncitnya sendiri.
Arvin memgangguk. "Gimana rasanya?" tanya pria itu kemudian.
"Sudah agak ngilu sih kalau buat jalan atau duduk." jawab Felisa.
"Mau periksa aja?" tanya Arvin sedikit khawatir, ini kali pertama dia mendampingi wanita yang sedang hamil dan dia tidak tahu harus berbuat apa.
"Gak usah, Mas. Ini tuh normal, kayanya gak lama lagi anak kita lahir." jawab wanita itu tenang, berbeda dengan Arvin yang jauh didalam lubuk hatinya merasa nervous.
Sepasang suami istri itu kembali melanjutkan aktifitas mereka sambil memilih beberapa helai pakaian bayi yang baru dibeli Felisa setelah dicuci dan dikeringkan, Arvin juga tampak serius merakit box bayi yang akan ikut serta menjadi bagian dari kamar mereka.
Sambil menunggu Arvin merakit Felisa mulai membongkar kardus berisi banyak mainan hadiah dari mamanya, dari yang digantung sampai yang ditempel di dinding hingga lantai semuanya lengkap. Jika begitu sepertinya mereka harus menyiapkan kamar terpisah untuk perlengkapan anak mereka nanti, jika tidak maka kamar mereka akan penuh dengan barang-barang bayi yang di agung-agungkan oleh kakek nenek mereka.
"Tumben banget rasanya agak sakit ini." gumam Felisa sambil mengusap perut bagian bawahnya.
Arvin yang tengah fokus pun tidak menyadari Felisa tengah menahan sakit diperutnya, dia tetap melakukan pekerjaannya dengan tenang agar selesai secepat mungkin. Sedangkan wanita berperut buncit itu mulai berkeringat dan gemetar merasakan perutnya yang mulai semakin sakit, meski begitu dia tetap tenang dan mengatur nafasnya dengan baik.
"Sayang!!" kaget Arvin begitu melihat wajah Felisa memerah dengan raut kesakitan.
Pria itu bangkit dari tempatnya dan langsung mendatangi sang istri, memegang perut besar istrinya dan mengusapnya lembut. "Apa terlalu sakit?" tanya Arvin khawatir.
Felisa mengangguk sambil memejamkan mata. "Ini sakitnya beda dari yang biasa, mas." ujarnya memberi tahu.
"Kita ke rumah sakit sekarang, ya?" ajak pria itu.
Felisa menggeleng, "Besok aja mas, kayanya ini termasuk kontraksi palsu."
"Tapi kamu kesakitan, sayang." balas Arvin khawatir.
"Gak apa-apa mas, tadi sore juga begini tapi hilang lagi. Nanti kalau kerasa makin sering kontraksi kita ke rumah sakit." tutur Felisa menenangkan suaminya.
Wajah tampan didepannya itu kentara sekali kalau tengah panik dan khawatir, kulitnya yang putih bersih terlihat memerah ketika gelisah. Wajah yang jarang dia lihat dirumah belakangan ini, terlihat lelah dan matanya sayu membuat Felisa merasa tidak tega jika harus pergi ke rumah sakit sekarang karena dia pun yakin jika sakit yang dirasakannya itu adalah kontraksi palsu.
"Udah selesai box nya?" tanya Felisa sambil menangkup rahang tegas Arvin.
"Sisa sedikit, besok aku lanjutin." jawab pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMOUR (Mr. Pradipta)
Fiction généraleMenikah dengan bapak-bapak? Siapa takut!! Felisa Anindira, gadis berusia 18 tahun itu tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan naksir dengan seorang Arvin Bisma Pradipta yang tak lain adalah sahabat Ayahnya. Awalnya dia hanya merasa kagum pada soso...