Agustus ke Oktober, ke November, dan Ke Desember makin gila nih aku gak update-update. Tutor menghilangkan stress dan tugas dari Bapak serta Ibu guru dong guys😔
Capek bgt, gabisa on ig, on wp, bahkan sekedar nulis 500 word aja susah begeteeeee, syulitnya mengalahkan syulit melupakan Reyhan.
^^happy reading!
****
Pagi ini adalah pagi yang sangat indah untuk Felisa, gadis itu pagi-pagi sekali sudah modus dengan tidur diatas dada Arvin. Saat pria itu bergerak dia memejamkan mata, tawanya tertahan begitu mendengar detak jantung Arvin yang berubah cepat, bahkan dia bisa menangkap aura panik seorang Arvin.
Arvin sendiri terkejut bukan main saat membuka mata tiba-tiba ada tubuh seorang perempuan diatasnya, saat matanya tak sengaja melihat cincin di jari manisnya barulah dia teringat jika yang ada bersamanya itu adalah istrinya sendiri. Tapi setelah mengingat istrinya itu Felisa dengan gerakan kaget dia mendorong gadis itu kesamping hingga terpental diatas kasur sebelahnya.
"Awww!" pekik Felisa tertahan.
Ya Allah pak Arvin nggak kira-kira, punggung gue masih cedera...
Rintih Felisa dalam hati, gadis itu memejamkan mata merasakan linu di punggungnya dan nyeri yang teramat sangat, mungkin Arvin lupa jika dirinya sedang dalam masa pemulihan.
"Felisa kamu tidak apa-apa?" tanya Arvin khawatir.
"Kenapa bapak lempar saya, saya masih belum sembuh, pak..." rintihnya.
Arvin dibuat panik, ya Tuhan dia lupa jika Felisa baru saja sembuh dari cederanya dan masih dalam masa pemulihan. Dia mengusap wajahnya gusar, dengan perlahan dia mencoba membantu Felisa duduk, tapi tampaknya gadis itu kesulitan.
"Balik badan kamu, biar saya cek." Titahnya.
Felisa menurut, gadis itu membalik tubuhnya menjadi telungkup. Arvin dengan tangan gemetar meraih resleting belakang baju Felisa dan menariknya turun sampai hampir bagian tulang ekor, Felisa sendiri ikutan gugup dan panas dingin. Tangan kekar itu menyentuh punggung Felisa hati-hati, memeriksa dan ternyata ada bagian yang memang sedikit lebih hangat daripada bagian lain.
"Pasti disini," gumamnya.
Tangan kekar itu menyentuh bagian yang hangat tadi dan menekannya pelan membuat Felisa merintih, dia pijat bagian itu pelan-pelan hingga level selanjutnya membuat gadis itu berteriak kesakitan.
"Aduuuh pakk, aduuuuh sakit!!!" tangisnya.
"Sabar, sebentar lagi sudah tidak." sahutnya.
"Sshh sakit pakk hiks... pindah aja pindahh..." pinta Felisa.
"Tidak bisa, bagian ini uratnya mungkin saja tegang."
Klek!
"AAHHHHHH SAKIT!!!" teriak Felisa nyaring.
Di depan pintu kamar kaki Zaki sudah bergetar hebat, apakah dia mendengar hal yang tidak perlu dia dengar? Tiba-tiba Mamanya datang dan langsung membuka pintu kamar Felisa dan Arvin, wanita itu ingin menyuruh sepasang pengantin baru itu sarapan.
"Jang-"
Terlambat, Zaki terlambat menghentikan Mamanya. Pintu kamar terbuka menyajikan pemandangan ambigu yang sangat-sangat membuat salah paham, Felisa dengan rambut sedikit acak-acakan serta tampak tidak memakai baju tengah telungkup dengan Arvin diatasnya sambil memegang punggung gadis itu.
Arvin maupun Felisa sama-sama terkejut, tapi balum selesai keterkejutan mereka pintu itu ditutup lagi dengan kencang. Mama Felisa tampak syok, apakah anaknya?
KAMU SEDANG MEMBACA
AMOUR (Mr. Pradipta)
Ficción GeneralMenikah dengan bapak-bapak? Siapa takut!! Felisa Anindira, gadis berusia 18 tahun itu tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan naksir dengan seorang Arvin Bisma Pradipta yang tak lain adalah sahabat Ayahnya. Awalnya dia hanya merasa kagum pada soso...