Selamat malam, mohon votenya ya, part sebelumnya yg baca 1,26k tapi vote gak sampai 200. Aku mohon pengeetiannya karena vote sangat berharga bagi para penulis.
Selamat membaca semoga bisa menikmati apapun yang aku tulis❤️
💋💋💋💋💋💋
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 6 jam lamanya sepasang suami istri itu kini telah sampai di Semarang dan sedang mampir kesebuah minimarket untuk membeli buah segar karena mulut Felisa terasa pahit dan ingin muntah, sepanjang perjalanan wanita itu hanya tidur padahal kemarin malam dia terus nyerocos pada suaminya ingin melihat sunset dari dalam kereta.
"Mas mau muntahh!!" pekik Felisa saat isi perutnya berontak minta di keluarkan.
Arvin dengan cepat mendudukan Felisa dikursi dan menutup Felisa menggunakan jaketnya sambil memegangi keresek untuk menampung muntahan sang istri, Felisa melemas saat isi perutnya berhasil di keluarkan, terasa lega tapi energinya juga terkuras habis.
"Mau stroberi, pahit banget." keluhnya setelah diberi minum.
"Besok kita pulang naik pesawat, saya tidak ingin kamu seperti ini lagi." ujar Arvin.
Felisa mengangguk pasrah, ini memang kali pertamanya naik kereta tapi setidak tahannya perjalanan jauh dia tidak pernah muntah, apakah ini faktor kehamilannya?
"Anak mama capek ya perjalanan jauh, maafin mama ya..." lirih Felisa sambil mengusap perutnya sayang.
Sepasang suami istri itu segera beranjak dari sana, melanjutkan perjalanan kerumah orangtua Arvin yang terletak diatas bukit. Melewati daerah Ngaliyan mengingatkan Arvin pada masa-masa sekolah dulu, dia dan temannya serta tawuran anak-anak SMK, berkonvoi menuju simpang lima dan kota lama untuk berdemo.
"Disini banyak kenangannya, saat saya sekolah dulu." ujar Arvin bercerita.
Jangan salah, Arvin dulu juga pernah nakal saat masa sekolah. Tidak ada wilayah semarang yang tidak dia kunjungi bersama komplotannya, yang paling berkesan adalah Bandungan. Dia pernah membawa Felisa kecil kesana karena anak kecil itu sangat rewel saat diajak ke Semarang untuk pertama kali, anak kecil penyuka bunga oleh karena itu dia membawa Felisa ke Bandungan karena disana surganya bunga-bunga cantik.
"Kamu ingat dulu saat kecil kamu pernah saya bawa membeli bunga?" tanya Arvin.
Felisa menggeleng, "Emang pernah?"
Mengangguk, "Saat pertama kali kamu dibawa ke Semarang, kamu rewel karena masih sangat kecil. Akhirnya saya bawa jalan-jalan, kita pergi jauh sekali sampai ke Bandungan." cerita Arvin.
Felisa tersenyum genit, "Cieeee, ternyata kita udah pernah ngedate ya, mana dibeliin bunga kan."
"Kiw kiw, ngedate sama istri masa depan, gimana perasaan kamu sekarang mas?" tanya Felisa antusias, dia melupakan perutnya yang mual tadi.
"Tidak tahu." jawab Arvin singkat.
Felisa mendengus, selalu saja begitu jika dirinya sudah antusias. Pria di sebelahnya ini memang sangat sulit mendeskripsikan perasaannya, entah kenapa tapi sejak dulu jika ditanya pria itu hanya akan menjawab sesuai apa yang ada dalam otaknya.
"Tapi satu yang saya sadari," celetuk Arvin membuat Felisa kembali memasang mimik serius.
"Kamu tidak pernah berubah sejak dulu, selalu rewel." katanya.
"Iihh, mas Arvin!!" pekik Felisa sebal, wanita itu memalingkan wajahnya sambil berkomat-kamit.
"Bercanda." ujar Arvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMOUR (Mr. Pradipta)
Ficción GeneralMenikah dengan bapak-bapak? Siapa takut!! Felisa Anindira, gadis berusia 18 tahun itu tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan naksir dengan seorang Arvin Bisma Pradipta yang tak lain adalah sahabat Ayahnya. Awalnya dia hanya merasa kagum pada soso...