Sugeng dalu rek, wes podo turu dereng?
Ayo moco iki sek, ndang di vote di komen juga ya, selamat membaca!!!****
Siang ini Intan berkunjung ke kediaman Felisa dan Arvin untuk sekedar mengobrol dan masak bersama, wanita hamil itu tidak membawa Hana ikut serta karena gadis kecil itu lebih memilih ikut omanya jalan-jalan ke bogor dibanding ikut dengan dirinya. Intan sendiri hanya membiarkan karena anak itu memang jarang bertemu dengan orang tua dari mendiang ibu kandungnya, setiap hari ikut kemanapun dia pergi dan melakukan apa yang dia lakukan.
Mungkin hari ini ibu muda itu akan sedikit bersantai, bersama Felisa dia duduk ditepian kolam untuk menikmati segarnya es jeruk ditemani biskuit keju.
"Udah kerasa belum sih, Fel?" tanya Intan saat melihat perut Felisa yang mleyot kesana-sini saking aktifnya sang janin.
Felisa mengangguk. "Udah kerasa sih, tapi ya gitu masih kontraksi palsu." jawab wanita itu sembari mengunyah biskuit.
Intan meringis ngilu, meskipun dirinya juga hamil tetap saja ngilu melihat perut sahabatnya yang beegerak-gerak kekiri dan kekanan. Mendadak Intan mengelus perutnya yang sudah agak membuncit, dia juga sedang mengandung dengan usia kandungan 16 minggu.
"Hpl kapan kata dokter?" tanya Intan lagi.
"Minggu depan pas tanggal 30, tapi gak tahu juga katanya bisa maju bisa mundur." jawab Felisa yang kini sedang meringis karena janinnya menendang terlalu kuat.
"Aduh sayang, kamu jangan brutal-brutal kaya papa dong," ucapnya pada sang janin.
Intan mendelik. "HAHH? Brutal? M-maksud lo suami batu lo itu bisa brutal?" tanya wanita itu syok.
"Usah bucin, biasa." sahut Felisa bangga.
"Iya sih, mas Devan juga gitu. Awalnya doang malu-malu pas udah ngerasain nagih-nagih sampai gue kuwalahan, emang ya semua cowok tuh sama aja." balas Intan.
Felisa tertawa ngakak melihat wajah kecut Intan, wajar saja Intan merasa sedikit kewalahan karena status Devan itu duda, pria dewasa itu sudah menahannya bertahun-tahun semenjak kepergian sang istri. Mana bisa dibandingkan dengan Arvin yang masih perjaka ting-ting, Felisa dibuat terpingkal-pingkal oleh keluhan Intan selama ini.
"Berat gak sih, Fel?" tanya wanita itu saat melihat Felisa mulai kesusahan berdiri.
"Lumayan lah, lo gak lihat badan gue udah semelar apa? Bb 48 gue udah berubah jadi 64 ini tolong." dengus Felisa menjawab.
"Iya juga sih, tapi lo gak kelihatan gendut tau. Pipi lo doang yang kelihatan chubby." komentar Intan yang berhasil membuat Felisa berbangga diri.
"Jadi menurut lo gue masih seksi?" tanya Felisa dengan mata berbinar.
"Seksi!" jawab Intan tak kalah berbinarnya. "Kaya dugong." imbuh wanita itu kemudian meninggalkan Felisa yang sebentar lagi akan mengamuk.
"WOY RINTAN FEBRIANA KUALAT LO SAMA GUE!!" jerit Felisa sambil melayangkan bantal kursi kearah Intan yang naasnya mengenai wajah sosok pria yang baru saja masuk dapur.
Upss!!
Arvin menatap Felisa terkejut, dia baru saja masuk ke dapur dan sudah langsung mendapat sambutan membagongkan dari sang istri. Dan lihatlah ekspresi konyol wanita itu saat membalas tatapannya, tersenyum-senyum merasa bersalah. Intan sendiri menjulurkan lidah kepada Felisa kemudian menghampiri Devan yang berada dibelakang Arvin.
"Mas, mas aku gak sengaja, maafin aku ya?" ucap Felisa merasa tidak enak pada sang suami, wanita itu menghampiri suaminya dan langsung mengelus pipi Arvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMOUR (Mr. Pradipta)
General FictionMenikah dengan bapak-bapak? Siapa takut!! Felisa Anindira, gadis berusia 18 tahun itu tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan naksir dengan seorang Arvin Bisma Pradipta yang tak lain adalah sahabat Ayahnya. Awalnya dia hanya merasa kagum pada soso...