Orang Tua Bercerai

155 29 17
                                    

   Masih ku ingat semua kenangan pahit saat usia ku 4 tahun, yang membuat hidup ku hancur tak berarah. Aku sudah memaafkan & tidak membenci orang tua ku, tapi tetap saja memori luka batin itu selalu muncul, ya mungkin aku trauma dengan keadaan yang pernah aku jalani. Pada saat itu, aku dan orang tua ku tinggal di sebuah perkotaan yang terletak di Kalimantan barat, awal nya baik-baik saja semua baik-baik saja. Pada suatu ketika ayah  mendadak menyuruh ibu membawa aku berlibur ke rumah nenek & kakek (orang tua ibu aku)  yang jarak nya 5 jam perjalanan dari kota ku, rumah nenek ku ini berada di perkampungan kecil.
Sore hari saat kita sedang duduk-duduk di ruang tv "bu, besok bawa Dila ke rumah nenek nya, Kasian udah lama ga kesana" kata ayah bicara kepada ibu, ibu sangat senang pasti nya karna dia bisa pulang kampung & bertemu keluarga nya. "Iya yah, ayah ikut kami juga ?" Kata ibu sambil mengepang rambut ku. "Ga ikut bu, kalian aja yaa. Tapi jangan lama-lama juga, 5 hari cukup? " ucap ayah. "Oke baiklah" ibu menjawab sambil tersenyum senang. Tidak ada kecurigaan apapun, semua terasa baik-baik saja.
   Keesok kan hari nya aku dan ibu pukul 5 pagi sudah di terminal bus, kami di antar ayah menggunakan sepeda motor kesayangan nya.
Ayah menghampiri ku, sambil mengambil dompet dari saku celana nya, tepat di depan ku ayah membuka dompet dan menyelipkan uang seratus ribu di saku baju ku sambil berkata "nak, ini buat jajan ya" . Ibu dan aku mencium tangan ayah dan berpamitan untuk segera masuk ke dalam bus. Ayah masih menunggu kami hingga bus benar2 berangkat.
   Selama di perjalanan aku hanya tertidur, ibu hanya diam memandang keluar kaca bus. Tidak terasa kami sampai juga. Nenek, kakek, paman & bibi juga sepupu ku menyambut kami dengan amat senang. Nenek sudah memasak makanan kesukaan ku yaitu sambel ikan teri dan semur ayam, aku pun langsung makan.
"Suami mu kenapa tidak ikut juga? " kakek bertanya kepada ibu. "Jaga rumah aja pak, soalnya kami juga hanya sebentar" ujar ibu. Setelah makan, aku bermain dengan sepupu ku, ibu istirahat di kamar.
Di tengah aku sedang bermain dengan sepupu ku, terlihat bibi bergegas melewati kami bermain dari arah dapur menuju kamar ibu beristirahat sambil menggenggam handphone. Tak lama setelah bibi masuk ke kamar ibu, aku mendengar ada suara tangisisan ibu. Aku segera masuk ke kamar dan menanyakan apa yang terjadi, mengapa ibu tiba-tiba menangis. Di kamar aku melihat ibu sedang duduk di atas kasur sambil menangis di peluk bibi, bibi pun ikut menangis.
"Ibu kenapa ? Kok nangis ? Sakit ya setelah perjalanan jauh ?" Aku bertanya sambil memegang tangan ibu. Ibu dan bibi kaget dengan kehadiran ku di kamar. Ibu segera melepaskan pelukan bibi, dan menghapus air mata dengan tangan nya. "Hei anak cantik, ibu tidak apa-apa ibu hanya lupa membawa titipan bibi, barang nya ketinggalan dirumah kita, jadi ibu & bibi memutuskan untuk berangkat kembali ke rumah untuk mengambil nya" ibu berbicara sambil tersenyum dan meyakinkan ku. Aku percaya pada saat itu, tak ada pikiran apa-apa dalam benak ku. Setelah itu aku kembali lagi bermain bersama sepupu ku di teras rumah. Ku lihat ibu & bibi seperti terburu-buru menunggu bus sambil berbicara dengan nenek & kakek. Tampak wajah nenek, kakek, ibu dan bibi seperti menahan sedih. Tapi aku tetap bermain saja. Tak lama ibu pun berangkat, aku pun dirumah nenek bersama kakek, nenek dan sepupu ku juga paman ku, paman ku berjualan di pasar dari pagi hingga sore hari. Jadi paman berada dirumah hanya pada saat malam hari saja, paman orang yang sangat baik dan sangat menyayangi ku, setiap dia pulang dari pasar dia selalu membawakan aku dan juga sepupu ku jajanan. Waktu sudah malam, waktu nya tidur, aku tidur bersama sepupu ku malam ini, karna ibu dan bibi ku sedang balik lagi kerumah ku, nenek dan kakek dari selepas maghrib tidak keluar dari kamar, agak aneh tapi pikir ku mungkin mereka lelah hari ini dan beristirahat dengan cepat. Ku lihat paman juga duduk di teras rumah sambil menikmati secangkir kopi dan diam merenung memandang ke arah jalan. Aku segera kembali masuk ke kamar untuk tidur.
   Keesok kan harinya, aku terbangun dan keluar kamar untuk sarapan. Ku lihat sepupu ku sudah tidak ada di rumah ya dia sudah berangkat ke sekolah, sepupu ku ini usia nya jauh lebih tua dari pada aku. Dia berusia 7 tahun, jadi sudah duduk di bangku Sekolah Dasar. Aku menghampiri nenek di meja makan. " hai Nek, kakek dimana ? Sudah sarapan" kata ku sambil duduk mengambil kursi. "Kakek lagi tidak enak badan, ada di kamar, sudah sarapan dan minum obat" kata nenek sambil memberikan ku nasi goreng. "dimakan yaa habisin biar cepet gede" ujar nenek kepada ku sambil tersenyum dan kembali ke belakang. Setelah aku menghabiskan sarapan ku. Aku ke kamar ibu ku untuk mengambil handuk karna aku mau mandi, kaget nya aku membuka pintu ternyata sudah ada ibu ku berbaring di kasur. Aku menghampiri Ibu yang sedang berbaring, ku lihat wajah nya lelah sekali dan tertidur pulas. Ku tinggalkan ibu dikamar dan aku segera mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi. Setelah mandi aku menghampiri nenek di dapur dan bertanya "nek, ibu sudah datang ya ? Jam berapa datang nya ?" Nenek menjawab "iya, ibu mu datang tadi subuh naik Travel. Biarkan ibu istirahat dulu ya, jangan di ganggu". "Baik nek" aku kembali ke ruang tv menonton tv sambil menunggu sepupu ku pulang sekolah.
  Hari demi hari aku nikamati di kampung ibu ku, tak terasa sudah 2 minggu aku dan ibu disini. Tiba-tiba aku teringat ayah. Ya bagiamana dengan ayah disana, sudah lama aku dan ibu disini. Ku cari ibu ternyata ibu sedang duduk di kamar. Akhir-akhir ini ibu terlihat lesu, jarang berbicara dan selalu di kamar. "Bu.. kapan kita pulang kerumah? Aku sudah kangen ayah" ibu hanya diam menatap ku. "Bu, kapan kita pulang ? Ayo pulang" sambil ku pegang tangan nya, ibu masih tetap diam menatap ku, dan tiba-tiba ibu memeluk ku sangat erat dan menangis sangat kencang, aku pada saat itu kaget dan berpikir ibu kenapa, tak lama kemudian nenek, kakek dan bibi datang ke kamar, ibu masih memeluk ku sambil menangis, tiba2 semua nya ikut menangis, aku semakin heran ada apa sebenar nya. Nenek menarik tangan ku dan menatap mata ku, "dila pinter, dila sekarang tinggal nya di rumah ini ya sama ibu, dial ga usah capek-capek lagi pulang ke rumah dila, dila
Tinggal disini aja, nenek & kakek janji akan bantu ibu jaga dila, ada bibi, paman juga dan rena (sepupu ku) disini yang akan nemenin dila ya, nanti dila nenek daftarin TK yang bagus di disini supaya tambah banyak temen nya ya sayang" ucap nenek sambil tersenyum tapi air mata nya mengalir deras. "Kenapa tinggal disini ? Rumah dila disana bagaimana ? Ayah bagaimana ? Apa ayah akan pindah dan ikut tinggal disini juga ?" Aku kembali bertanya. Kali ini kakek yang menghampiriku dan bilang "cantik...kakek tidak mau menutupi ini dari kamu, ya walaupun kamu masih kecil, tapi kamu harus tau yang sebenar nya" aku semakin bingung dengan apa yang kakek bicarakan. Bibi juga terlihat aneh seperti melarang kakek untuk bicara dengan ku, tapi kakek tetap ingin berbicara kepada ku. "Dila, di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin, apa yang sudah di rencanakan manusia terkadang bisa saja berbeda dengan kenyataan nya, kita sebagai manusia hanya pasrah saja kepada Allah apapun yang terjadi, jadi.. ibu dan ayah dila memutuskan untuk tidak bersama lagi kalo kata orang dewasa itu Bercerai. Karna mereka tidak ingin bersama lagi banyak hal yang sudah mereka putuskan dan akhirnya harus berpisah, tapi dila jangan sedih kan ada nenek ada kakek ada bibi, paman dan sepupu mu yang selalu ada bersama kamu, ada Ibu juga disini, jadi dila ga perlu khawatir yaa, semua nya akan sayang sama dila ya sayang, nanti kalo dila udah dewasa dila akan mengerti semua ini ya, kakek yakin dila anak yang kuat " aku pun terdiam dan mencoba mengerti omongan dari kakek tadi "jadi dila ga akan ketemu ayah lagi ?" Pertanyaan ku membuat semua nya terdiam, nenek mengampiri ku sambil memeluk ku lagi "dila, jangan dipikirin ya sayang, nanti kalo ayah kangen ayah pasti kesini ketemu dila ya" ujar nenek. Aku pada saat itu hanya diam, tidak tau harus bagaimana, aku bingung dengan semua ini, ku lihat ibu selalu duduk diam dan menangis. Aku mulai menjalani hari baru ku dirumah nenek, aku juga mulai bersekolah TK yang di daftarkan paman ku tidak jauh dari rumah nenek. Ya, aku jalani hari demi hari, sampai terkadang aku lupa ayah ku dan wajah nya pun mulai samar dari ingatan ku, tak ada yang ku punya kenangan dengan ayah, foto nya pun tidak ada di ponsel ibu, tidak ada juga foto nya dirumah nenek. Ya begitulah, hari-hari ku baik-baik saja, tapi Ayah mulai samar dari hati dan pikiran ku....

Trauma PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang