Mulai Mengerti

72 26 11
                                    

Duduk diam di teras rumah, sambil melihat jalanan. Masih terpikir oleh ku atas apa yang terjadi selama ini, 2 tahun berlalu, kejadian dimana aku tiba-tiba harus pindah di kampung ini dan tinggal bersama nenek & kakek. 2 tahun ini juga ayah tak pernah datang menemui ku, terakhir kali aku bertemu ya pada saat dia mengantarkan aku dan ibu ke terminal bus, itu terakhir kali nya aku bertemu dengan nya. Wajah nya pun benar-benar sudah ku lupa, tak ada yang bisa ku ingat. Tapi pikiran ku selalu bertanya, kenapa dia tidak pernah datang ? Ada rasa marah dalam diriku pada nya tapi terkadang aku juga tidak sama sekali memperdulikan ini semua. Ya wajar mungkin ya karna aku masih anak-anak yang baru mulai duduk di Sekolah Dasar.
Di tengah aku sedang duduk dan berbicara dengan pikiran ku, tiba-tiba ada sebuah mobil Avanza hitam masuk ke halaman rumah ini dan berhenti di halaman rumah, ku lihat supir keluar dari mobil dan kebetulan kakek datang pulang dari kantor pos rutinitas kakek tiap awal bulan mengambil gaji di kantor pos (kakek ku pensiunan TNI AD) . Kakek menghampiri orang yang keluar dari mobil tersebut, ku lihat mereka seperti membicarakan sesuatu tapi tidak terdengar apapun di telinga ku, tapi dari wajah kakek dia seperti marah ekspresinya menunjukan dia marah, aku tetap diam saja di kursi teras ku. Setelah 10menit orang itu kembali masuk ke mobil, tapi sebelum masuk mobil ketika dia membuka pintu mobil nya dia sempat menatap ku ya kurang lebih 10 detik deh kayanya. Kemudian dia pergi meninggalkan halaman rumah ini.
"Assalamualaikum , dila.. masuk ya, jangan sendirian di teras" ujar kakek kepada ku sambil masuk ke rumah. Aku pun langsung mengikuti kakek masuk, aku juga tidak menanyakan siapa orang tadi ? Mengapa kakek terlihat marah kepada nya ? Tidak kutanya kan itu, semua berlalu begitu saja.
Semenjak ibu tinggal dirumah nenek, ibu mulai berdagang kue, ibu ku jago banget kalo soal membuat kue, kue kering, kue tradisional, kue apa aja bisa, hebat kan ibu ku hehe... ibu juga memulai usaha baru nya, berjualan mukena & perlengkapan Shalat dan juga kosmetik di sebuah ruko di pasar yang di sewa nya. Waktu berlalu begitu saja, kami menjalani hari-hari tanpa ayah.. aman aman saja bahkan aku juga sudah tak mencari nya. Terkadang teman-teman di sekolah bertanya "kemana ayah mu dilla?" Aku malah jawab "ayah ku udah mati" hmm padahal tak ada satu orang pun yang mengajari ku berbicara seperti itu, tapi spontan saja jika ada yang bertanya aku selalu menjawab demikian.
Tak terasa aku sudah duduk di bangku kelas 2, sekolah yang sangat menyenangkan dengan banyak teman-teman yang baik. Sepulang sekolah seperti biasa, setelah aku bersih-bersih cuci tangan, kaki , aku langsung menuju meja makan, di tengah saat aku sedang makan tiba-tiba ibu datang bersama seorang pria, tubuhnya lumayan tinggi, dia tersenyum kepada ku, aku hanya diam saja melanjutkan makan ku. Ibu dan pria ini duduk bersama ku di meja makan, setelah makanan di piring ku habis ibu mulai membuka pembicaraan. "Dilla, kenalin ini om Aji, om Aji ini temen baik ibu, ayo salam dulu". Aku langsung menghampiri nya dan mengulurkan tangan ku untuk salam, setelah itu aku kembali ke kursi makan ku. Tak lama nenek& kakek datang dan ikut juga duduk bersama. Pria itu memulai pembicaraan nya "maaf mengganggu waktu nya pak, ibu, nak dilla. Saya Aji. Saya temen dekat nya Erna (nama ibuku) , saya ingin menjaga Erna & dilla. Jika di perbolehkan bapak & ibu saya minta izin ingin menikahi Erna, saya berjanji akan menjadi suamj & bapak yang bertanggung jawab untuk Erna & dilla". Aku yang mendengar itu langsung shock dan ga bisa bicara apa-apa. Aku hanya diam sambil menatap dalam pria itu. Aku hanya bisa mengungkap kan semua nya dalam hati "kalau ibu menikah sama pria ini, bagaimana dengan aku ? Apa aku akan punya ayah baru? Apa pria ini baik ? Mengapa secepat ini aku baru pertama bertemu dengan nya!! Apakah dia benar-benar baik ? Tapi kenapa ibu harus menikah lagi ? Kenapa ibu dan ayah kandung ku dulu berpisah ? Bahkan sampai saat ini aku belum tau pasti apa alasan nya" semua berkecamuk di dalam hati ku, "saya setuju saja jika anak & cucu saya bisa bahagia bersama kamu" ujar kakek. Nenek hanya diam dan banyak tersenyum sama seperti ibu. Kakek bertanya pada ku sambil mengelus bahu ku "dilla, bagaimana dil ? Kamu setuju jika ibu menikah lagi & kamu akan punya ayah baru" . Aku hanya menjawab "iya" tanpa berpikir apa-apa lagi. Ku lihat ibu tersenyum senang dengan jawaban ku. Ku tinggalkan mereka di meja makan aku langsung menuju kamar. Aku duduk di kasur sambil merenung, pikiran-pikiran ku mulai berkecamuk. "Oke sekarang aku mengerti dengan semua keadaan ini, aku paham dan tahu sekarang bahwa ayah dan ibu ku tidak akan bersama lagi, benar-benar tidak akan bersama. Aku sudah kehilangan ayah yang ntah dimana dia sekarang, dia tidak pernah mencari ku, mendatangi ku, apalagi menghubungi ku tidak pernah sama sekali, aku benar-benar tidak memiliki ayah sekarang. Ibu... ibu akan menikah lagi dengan pria itu, aku tidak tahu apa dia benar orang yang baik, tapi jujur aku sakit melihat nya, kenapa harus seperti ini semuanya, aku lihat ibu tampak bahagia tadi bersama pria itu tapi tetap saja hati ku hancur..jika ibu menikah dengan nya ibu akan pergi dengan nya, aku tidak ingin bersama mereka, tapi aku bagaimana, dengan siapa aku nanti" sambil menangis aku memeluk bantal.. ku tarik nafas.. ku hapus lagi air mata ku. Ku coba tenangkan pikiran & hatiku "dila gpp ya dil, kamu anak kuat, ini sudah jalan nyaa, kamu harus mengerti, di usia sekarang harusnya kamu mendapatkan kasih sayang penuh dari ibu & ayah mu , tapi jalan nya sudah begini, kamu harus kuat dengan keadaan.. yang penting ibu bahagia" oke aku mulai tenang air mata ku sudah berhenti ku coba mulai terlihat baik-baik saja lagi. Huffttt... bismillah aku kuat, ujarku.
    Beberapa bulan kemudia, ibu akhirnya menikah dengan om Aji, aku lihat ibu tampak bahagia, aku cuma bisa berdoa semoga ibu bisa bahagia. "Selamat dila punya papa baru" sepupu ku bilang sambil ngeledek gitu, "cieeee punya papa baru sekarang cieeeee" semua seperti nya sedang bahagia aku juga ikut menujukan wajah bahagia ku walaupun sebenar nya dalam hati terdalam aku benar-benar sakit dengan keadaan ini tapi ku tutup rapat-rapat semuanyaaa.. om Aji dan ibu mengampiri ku, "dila sekarang panggil om Aji papa yaa" ujar ibu sambil mengelus rambut ku. Aku hanya diam tidak bisa menjawab, tiba-tiba kakek datang  langsung menjawab omongan ibu ku tadi "sabar dulu aja, dila belum terbiasa, nanti lama kelamaan juga terbiasa" . Sejujur nya berat untuk aku mengucapkan kata "papa" kepada pria itu tapi aku juga tidak bisa mengatan tidak kepada ibu. 3 hari setelah om Aji & ibu menikah ibu dan om Aji memutuskan untuk tinggal di luar kota, mereka Sudah menyewa rumah kontrakan disana, ibu berpamitan kepada ku, "dila baik-baik ya disini, jangan ngelawan omongan orang rumah disini, kalau dila ada perlu apa-apa bisa telpon ibu lewat hp bibi ya, ibu janji seminggu sekali akan kesini liat dila" ibu menangis sambil memeluk ku, tapi ntah kenapa aku tidak bisa nangis sama sekali, hati ku sakit dengan keadaan ini tapi aku juga tidak bisa menangis, dalam pikiran ku "kenapa ibu tidak mengajak ku, kenapa ibu tinggalkan aku disini, ayah ninggalin aku, Ibu Sekarang juga ninggalin aku" rasanya semua tidak adil tapi aku harus bisa mengerti dipaksa keadaan, dipaksa dewasa oleh keadaan. Setelah ibu & om Aji berpamitan dengan yang lainnya, mereka pun mulai berangkat.. aku hanya bisa melihat dengan tatapan penuh Luka .. dan yaa sekarang aku harus bisa mengerti semua ini.. "bye ibu" sambil ku lambai kan tangan ku..

Trauma PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang