Tiba-tiba seperti mimpi buruk, usaha orang tua ku mulai memburuk, mereka memutuskan untuk pindah dari luar kota ke kampung nenek ku, ibu akhirnya mendapatkan rumah kontrakan di pasar, ya ruko kecil model lama gitu lantai nya masih dari kayu, area depan bisa digunakan untuk berjualan, dan ada dua kamar tidur kecil di dalam nya. Ibu & om Aji memutuskan pindah & mulai berjualan bakso, mie ayam, kwetiau goreng gitu...
"Dila ikut tinggal bareng ibu yaa..." ujar ibu sambil memegang tangan ku, aku hanya mengangguk dalam artian IYA. Ya akhirnya aku tinggal bersama ibu & om Aji di pasar, sepulang sekolah aku tidak bisa main seperti anak lain nya, aku harus membantu ibu berjualan, jika ada yg membeli bakso dll nya aku tukang membuat minuman nya.. terkadang jualan kami rame kadang juga tidak ada sama sekali yang membeli, disini keungan di uji habis-habis an.. jajan sekolah pun aku jarang, kadang harus membeli buku LKS aja aku selalu terlambat dari teman-teman ku. Terkadang aku main ke rumah nenek jarak rumah nenek dari kontrakan ku tidak jauh ya sekitar 5-10 menit aja berjalan kaki, nenek, kakek, paman, bibi selalu memberi uang jajan, seneng banget rasanya hehe.. karna aku sering jalan kaki ke rumah nenek, nenek & kakek membelikan aku sepeda baru, seneng bangetttttt rasanya aku bisa pakai untuk ke sekolah juga, untuk berbelanja juga sebelum ke sekolah pagi hari rutinitas ku harus bantu ibu belanja untuk jualan baksso belanja seperti sawi, mie dll nya. Oh iya, pada saat ini aku duduk di kelas 5 SD. Karna ekonomi yg begitu sulit, ibu harus banyak ber hutang kepada orang lain dan memakai Bunga pinjaman. Terkadang aku yang di suruh ibu untuk meminjam uang. Hidup kami bukan nya semakin membaik malah semakin parah, rasanya gali lobang tutup lobang untuk bayar hutang..
Kabar gambira datang, ibu ku hamil.. tapi yang bikin sedih ya dalam keadaan ekonomi seperti ini, ibu juga ga pernah periksa ke bidan selama hamil karna ga punya uang juga untuk periksa. Aku dan ibu sering ribut semenjak satu rumah, karna aku yang masih ingin selalu bermain tapi ibu selalu melarang Dan harus membantu nya di warung. Aku mulai pusing dengan situasi, aku sering nangis sendiri di kamar ku, dan selalu berfikir "kenapa hidup ku jadi seperti ini" hanya bisa bicara dalam hati. Aku dan om aji sekarang lebih akrab, dia orang yang baik ternyata tapi tetap saja kadang aku berfikir kenapa harus seperti ini semua nya.
Tiba di suatu subuh tanggal 4 April pukul 3.20 aku di bangun Kan om aji dari tidur "dila bangun, ibu mau melahirkan, tolong antar om ke rumah nenek, nenek mau pinjam motor paman untuk mengantar ibu ke bidan" aku langsung bergegas bangun dan langsung ke rumah nenek jalan kaki bersama om aji, ku ketuk-ketuk pintu rumah nenek. "Nek... nek" dengan panik aku ketuk-ketuk pintu. Ternyata yang membuka pintu kebetulan paman ku. "Pinjam motor bang, erna seperti nya mau melahirkan, saya bingung mau Membawa nya pake apa" om aji bicara sambil panik gitu, paman pun Segera masuk mengambil kunci motor dan memberikn ke om aji, om aji Segera pergi. Aku menunggu di rumah nenek. Pagi hari nya aku nenek & kakek, Bibi langsung ke klinik untuk melihat ibu. Ya ibu sudah melahirkan, ibu sedang tidur di Kasur bersama seorang bayi ya itu Adik ku, Adik ku ternyata laki-laki yang di beri nama Bima. Biaya persalinan ibu di klinik di bayar Kan oleh nenek, ya lagi lagi nenek yang membayar, nenek ku memang baik banget, semoga nenek sehat selalu, Aamiin.
Bima sudah berusia 7 bulan, sudah mulai MPASI tetapi ekonomi kami masih sangat sulit, untuk makan saja terkadang harus hutang ke warung. Kebetulan adik ku minum susu formula, bukan Karena ibu tidak memberi ASI tapi karna asi ibu tidak keluar adek akhirnya minum susu formula itu pun yang paling murah harga nya 13.000 untk yg 150gr. Yang aku inget banget seharian bima nangis ingin minum susu tapi susu nya habis, warung juga sepi ga ada sama sekali pembeli. Aku disuruh ibu meminjam yang 13.000 ke bibi, aku dengan semangat mengayuh sepeda menunju rumah bibi, sesampainya dirumah bibi "assalamualaikum bi" ucap ku sambil berdiri di depan pintu rumah.. "waalaikumsallam" jawab bibi dari dalam rumah sambil berjalan menuju ke arah ku.
"Oh dila, kenapa dil ?"
"Maaf bi, ibu mau pinjam uang 13.000 buat beli susu bima"
"Alahhh ibu mu itu ber hutang aja kerjaan nya, ga ada.. ga adaa" bibi langsung masuk ke dalam rumah, aku yang masih diam berdiri di depan pintu langsung pengen nangis rasanya, rasanya hati ku sakit sekali. Aku Segera bergegas pulang. Ku sampaikan kepada ibu, ibu hanya diam dan mata nya berair. Ibu segera ke dapur dan mencuci beras air cucian beras di masukan ibu ku ke dalam botol susu bima, ibu langsung memberikan nya kepada bima, bima dengan semangat menyedot nya, ku lihat tak lama bima pun tertidur, mungkin dia sudah kenyang. Aku diam merenung sambil jaga warung, ku perhatikan sepeda ku di samping etalase jualan ibu ku, tiba-tiba aku kepikiran untuk menjual nya untuk biaya sehari-hari. Ku temui ibu di kamar yang sedang melipat pakaian.
"Bu, Dilla mau jual sepeda aja barangkali ada yang mau beli, lumayan buat kita"
"Jangan, itu pemberian nenek"
"Ga papa bu.. jual aja"
Ibu diam sejenak sambil berfikir, mungkin ibu tidak enak karena itu sepeda pemberian nenek. Dan ibu sulit untuk membelikan ku lagi karena ekonomi yang begini.
"Dila yakin ga papa ?" Ibu memastikan kembali.
"Yakin bu"
"Yauda nanti sore kita coba jual ke rongsokan yaa"
Sore nya pun aku dan ibu pergi ke rongsokan yang tak jauh dari warung, Alhamdulilah sepeda ku di beli dengan harga 180.000 . Ibu memberi ku uang 10.000 aku seneng banget saat itu hehe..~terkadang memang kita harus ikhlas dengan sesuatu yang terjadi, Meski perih, tapi tetap harus di jalani~
KAMU SEDANG MEMBACA
Trauma Pernikahan
Разное"Mengapa harus ada pernikahan" itulah yang selalu Dilla tanyakan dalam setiap lamunan nya. Dilla yang memiliki trauma di masa kecil karena perceraian orang tua nya itu, ternyata Setelah dewasa mencoba melawan rasa trauma itu dengan mulai mempercayai...