Ibu yang sudah lama tidak memberikan kabar, tiba-tiba menghubungi lagi. Saat itu aku, sepupuku, dan bibi sedang duduk di sofa ruang tamu. Kami sedang membicarakan hal yang sedang viral saat ini "Seblak Rafael", semua orang Indonesia juga pasti sudah tau nama makanan yang viral ini, video nya sudah viral dimana-mana, dan kami ingin sekali mencoba nya. Kebetulan di RT sebelah ada yang menjual. Kali ini sepupu ku yang pergi membeli menggunakan sepeda motor. Aku dan bibi menunggu saja dirumah.
Ketika aku ingin beranjak dari sofa ingin ke dapur..
"Dilla sini, ini ibu mu telpon" ucap bibi sambil langsung berdiri dengan kaget nya dia. "Hah ibu" ucap ku langsung mengambil handphone bibi dari tangan nya. Ku angkat telpon itu.
"Hallo.. Assalamualaikum bu, ibu sehat ? Ibu kemana aja selama ini ga ngasi kabar ke kita" ucap ku kesal tapi air mata ku jatuh tanpa ku sadari, sementara bibi duduk d sofa sambil menangis. Mungkin dia juga merindukan saudara nya ini.
"Dilla.. maaf ya ibu bikin kalian semu khawatir, hp ibu kemarin rusak, butuh waktu juga untuk membeli handphone baru, dan ada beberapa hal juga yang tidak bisa ibu ceritakan. Intinya ibu minta maaf ya nak, bukan nya ibu ga sayang dilla, ibu sayang dilla, maafin ibu ya.. oh iya dilla udah lulus sekolah ya nak ?? Dilla mau kuliah ? Ibu bisa kuliahkan nak. Maafin ibu ya dill, kamu pasti marah ya sama ibu" ucap ibu sambil menangis. Aku pun juga semakin menangis mendengar suara ibu. "Bu, dilla udah lulus sekolah, dilla memang marah sama ibu, tapi setelah dengar suara ibu dilla senang, karena ibu masih ingat dilla.. dan ibu juga sehat. Dilla kaya nya ga mau kuliah bu, doain aja ya bu dilla cepat dapet kerjaan. Oh iya ibu kapan pulang bu?" Ucap ku yang masih berlinang air mata.
"Loh kenapa ga mau kuliah, ibu ada kok biaya nya, ibu menabung untuk dilla selama ini. Tapi terserah dilla saja mana baik nya bagi dilla. Ibu rencana nya tahun depan pulang sayang, doain saja ibu baik-baik disini bersama om Aji & adik mu ya" ucap ibu. Oh iya aku baru sadar ternyata aku punya ayah tiri & adik.. "om Aji & adik sehat bu ?" Spontan aku menanyakan mereka.
"Alhamdulillah kami disini baik-baik saja nak" ucap ibu.
"Ibu akan kirimkan dilla uang ya, nanti minta tolong bibi kirim kan nomor rekening bank bibi lewat pesan. Uang nya tolong di kasi ke nenek & kakek, bibi juga ya.. sisa nya buat dilla mau beli apa aja terserah ya sayang. Maafin ibu ya dil sekali lagi maafin ibu, ibu sayang dilla" ucap ibu dan menangis kembali.
"Makasih ya bu.. ini nenek & kakek lagi ke rumah sodara, mungkin ibu bisa telpon lagi nanti ya, Kasian nenek & kakek pasti rindu sama ibu" ucap ku.
"Iya dill. Oh Iya mana bibi mu?" Tanya ibu.
"Hallo.. kemana aja kamu tu loh, aku rindu ayo pulang" ucap bibi sambil nangis tersedu-sedu.
"Aku juga rindu.. makasih ya kamu sudah mau mengurus dilla. Aku banyak berhutang budi pada mu" ucap ibu kepada bibi.
"Ga apa-apa, dilla ini kan ponakan ku juga, jadi ga masalah. Sehat-sehat disana ya kalian" ucap bibi yang masih saja menangis.
"Yasudah ibu akhiri dulu ya dil telpon nya, nanti malam ibu telpon lagi ya.. sehat-sehat disana, nurut sama nenek, kakek, paman dan bibi mu, yang akur sama sepupu mu ya.. maafkan ibu ya dill" ucap ibu sambil menangis kencang. Aku dan bibi mendengar suara ibu yang menangis jadi ikutan nangis.
"Iya bu, dilla maafkan.. yang penting ibu sehat ya.. " ucap ku sambil bicara terbata-bata.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Telpon pun sudah terputus, aku dan bibi saling berpelukan.
"Heii kenapa mata mama & dilla kaya habis nangis?" Tanya sepupu ku yang sudah pulang dari membeli seblak ravael.
"Ibu ku tadi nelpon dill, seneng nya aku sampe terharu" ucap ku.
"Ibu mu pasti nyariin aku kan? Yah nelpon nya pas aku ga ada sih" ucap nya dengan bibir manyun ke atas
"Idihhhh PD banget sih.. ibu ku sama sekali ga nyariin kamu, kaya nya sih udah lupa sama ponakan nya" ucap ku sambil tertawa & bibi pun ikut tertawa.
"Udah ayo mana seblak nya, ga sabar nih pengen makan seblak viral" ucap ku sambil menadahkan tangan
"Eh masih di motor, lupa heheh" ucap sepupu ku sambil memegang rambut nya dan tersenyum.
"Hu.. masih muda dah pelupa, kebanyakan mikirin gebetan sih" ucap bibi ku sambil tertawa.
"Idih apaan sih ma" ucap sepupu ku kesal dan langsung balik lahi ke motor yang sudah di parkirkan nya di sebelah rumah.
"Nih.. aku ambil mangkok sam sendok dulu" ucap sepupu ku dan langsung pergi ke dapur.
Ku buka plastik itu dan aroma nya itu enak banget.. setelah kami coba makan, dan ya ternyata rasanya enak banget, pantes aja viral..
"Pantes viral ya bi, Enak" ucap ku sambil menikmati seblak itu.
"Kalo enak emang enakk dill, tapi kalo sampe viral itu udah jalan nya, ga semua makanan enak yang di jual orang pada viral, hanya orang-orang terpilih saja yang beruntung. Karena memang sudah jalan nya." Ucap bibi sambil meminum air Putih sepertinya kepedasan, karena seblak memang harus pedes kan.
"Dil kamu pasti seneng banget ya hari ini karna ibu telpon kamu" ucap sepupu ku.
"Ya jelas lah, senang banget" ucap ku yang masih Menyantap seblak.
"Kalau aku jadi kamu ga kuat aku dill jauh dari kedua orang tua, salut aku sama kamu" ucap sepupu ku.
"Nah itu tadi, ga semua orang itu berjalan di arah yang sama, semua sudah ada jalan nya masing-masing, seblak ini bisa viral Karena memang sudah jalan nya, sama kaya dilla ini sudah jalan nya, karena Tuhan tau dilla kuat dilla bisa makanya dilla di kasi jalan yang ini" ucap bibi ku
"Iya yaa.. alhamdulillah" ucap ku tersenyum
"Ngomong-ngomong ini kembalian nya mana ya" bibi bertanya kepada sepupu ku..
"Ga ada dong. Kan pake ongkir ma" ucap nya tertawa
"Eh masa pake ongkir juga sih, kan ini kamu juga ikutan makan" ucap bibi juga sambil tertawa
"Ya beda ma.. udah ma ikhlas kan aja ini sudah jalan nya kembalian memang di takdirkan masuk saku ku" ucap nya lagi dengan ketawa yang lebih nyaring
"Bisa aja kamu loh" ucap bibi ku dan aku pun juga tidak tahan menahan tawa ibu dan anak nya yang satu ini..
KAMU SEDANG MEMBACA
Trauma Pernikahan
Random"Mengapa harus ada pernikahan" itulah yang selalu Dilla tanyakan dalam setiap lamunan nya. Dilla yang memiliki trauma di masa kecil karena perceraian orang tua nya itu, ternyata Setelah dewasa mencoba melawan rasa trauma itu dengan mulai mempercayai...