Jam di dinding kamar menunjukan pukul 02.00 WIB, aku bergegas bangun dari kasur dan segera mandi. Hari ini adalah jadwal pertama ku terbang sebagai seorang pramugari, setelah melewati masa-masa training. Setelah mandi aku bersiap-siap, ku buka lemari pakaian dan ku ambil seragam kerja ku yang sudah ku gantung rapi.. setelah selesai memakai seragam dan berdandan, aku berdiri di depan cermin kamar ku yang cukup besar yang memperlihatkan semua tubuh ku. Ku tatap diri ku di depan cermin yang sedang menggunakan seragam yang aku perjuangkan "Akhirnya aku bisa melewati ini semua, ini hari pertama ku, aku seorang pramugari sekarang, ternyata aku bisa melewati masa-masa kemarin, aku berada disini sekarang, aku bisa bertahan di rantau, Terimakasih tuhan, aku yakin ini semua rencana mu" tak terasa air mata ku mengalir, dan segera ku hapus dengan tangan ku. "Huffttt.. bismillah" ku tarik nafas sambil tersenyum dan segera keluar dari kamar ku untuk menunggu jemputan. Setelah mobil jemputan datang aku pun masuk ke mobil dan menuju ke bandara.
Ku tarik kopir ku sambil berjalan dengan lembut menggunakan hells ku memasuki bandara, rasanya bangga sekali bisa menggunakan seragam ini, hampir semua orang-orang di bandara ini melihat ku, "aku menjadi pusat perhatian sekarang" ucap ku dalam hati sambil terus berjalan menuju ruangan crew. kita mulai briefing bersama teman-teman pramugari dan juga pilot. Ku lihat jam di tangan ku yang ku pakai tali nya berwarna coklat, jam menunjukan pukul 03.00 WIB. Setelah selesai briefing kita menuju ke pesawat. Aku berjalan menarik koper ku bersama crew lain nya. Aku sampai di depan burung besi ini, aku menghentikan langkah ku, ku pandangi burung besi itu. Lagi-lagi aku tak percaya aku berada disini sekarang, aku akan setiap hari berada di dalam burung besi itu, aku masih berdiri dan mentap pesawat itu, inilah tempat kerja ku, aku akan bertemu dengan banyak orang yang berbeda setiap hari nya, aku akan pergi ke tempat berbeda setiap hari nya, aku akan melintasi aman di atas sana. "Terimakasih tuhan, semoga ini jalan terbaik ku berada disini" ucap ku dalam hati sambil menahan haru. "Mbak kok belum naik ke atas" ucap seseorang pria yang tiba-tiba ada di sebelah ku. Aku kaget sambil melirik ke arah nya "mas nya, siapa ya ? Oh teknisi ya ? Maaf mas maaf.. iya ini lagi liatin pesawat ini gede banget ya" ucap ku grogi dan salah tingkah. "Saya tebak mbak nya pasti baru terbang ya ? Pertama kali ya ini ? Hayooo" ucap nya sambil tertawa kecil. Oh iya.. senyum mas nya manis juga hahahaha. "Iya mas, tau aja" ucap ku sambil ikut tertawa kecil. "Yauda mbak cepetan naik, ntar di marahin sama pilot nya" ucap nya sambil mempersilahkan aku untuk naik ke tangga pesawat. Aku pun spontan langsung mulai menaiki tangga pesawat sambil tersenyum ke mas nya. baru beberapa langkah aku menaiki tangga tiba-tiba mas teknisi nya manggil in aku "mbak... mbak.. mbak pramugari" ucap nya sambil teriak kecil. "Nama ku Rezs Satria, nama mbak siapa kalau boleh tau" ucap nya dari bawah tangga pesawat. "Aku Dilla" balas ku sambil tersenyum dan membalikan kembali badan ku dan masuk ke dalam pesawat.
Setelah pesawat siap menerima penumpang untuk masuk ke dalam pesawat. Aku berdiri tepat di hadapan pintu masuk pesawat ini, ku sambut satu persatu penumpang yang masuk. Bermacam-macam orang dengan karakter berbeda-beda pastinya. "Hallo selamat pagi"
"Selamat pagi"
"Selamat datang"
"Silahkan masuk"
Kata-kata itu yang terus ku ucapkan kepada satu-persatu penumpang yang masuk, mengucapkan nya sambil tersenyum ramah kepada mereka. Ada yang membalas senyuman ku, ada yang fokus dengan tas dan koper yang mereka bawa. Ada juga yang hanya diam saja, bahkan ada yang menunjukan wajah acuh. Untung saja selama training kemarin aku sudah belajar untuk tidak baper kepada penumpang-penumpang yang kurang mengenakkan.
Penumpang sudah pada masuk semua ke dalam pesawat, aku mulai mengecek kembali satu persatu penumpang untuk memastikan bahwa mereka duduk di kursi mereka dengan benar, karena di pesawat tidak boleh duduk di tempat yang mana saja yang kamu inginkan, karena semua ada data nya jadi tidak bisa sembarangan. Setelah semua aman, aku lapor ke pilot di cockpit pesawat ini bahwa semua sudah aman dan siap untuk terbang. Ku tutup pintu pesawat dan ya akhirnya tertup juga, butuh tenaga untuk menutup pintu pesawat yang lumayan berat ini hahaha.
Pesawat mulai menyala, dan mulai pelan-pelan berjalan, aku memperagakan Safety Demo ke para penumpang. Setelah selesai melakukan Safety Demo aku kembali duduk di kursi ku. Pesawat pun mulai berjalan dengan kecepatan yang lumayan tinggi.. dan "bismillah" ucap ku dalam hati. Dan pesawat mulai terbang.. semakin lama semakin terasa tinggi.. "wah aku berada di atas sekarang, aku benar-benar sudah menjadi pramugari, Terimakasih Tuhan" ucap
Ku dalam hati yang masih tak menyangka aku akan berada disini. Suara lampu sabuk pengaman telah menyala, tandanya penumpang & awak kabin boleh membuka sabuk pengaman untuk ke toilet atau sekedar berjalan. Aku dan salah satu crew ku mulai membagikan makan & minum untuk para penumpang, ini salah satu service kami di pesawat.
Saat tengah duduk sambil melihat awan-awan di luar dari kaca jendela pesawat ini, indri ( pramugari senior ) yang duduk di samping ku bertanya, "gimana mbak terbang nya hari pertama ini ? Senang pasti kan ? Saya juga dulu begitu loh seneng banget dan bangga terhadap diri sendiri. Ucap nya sambil senyum-senyum. "Iya mbak seneng banget, masih gak nyangka bisa kerja disini, alhamdulillah" ucap ku juga sambil menunjukan wajah yang terlihat senang. "Kamu dari mana asal nya ?" Harus kuat-kuat ya kerja disini, cobaan nya banyak, mesti kudu memilah memilih juga bergaul disini" ucap nya lagi. "Saya dari Kalimantan mbak, tapi di kampung nya banget. Oh iya mba.. Terimakasih masukan nya" ucap ku sambil menganggukan kepala. "Mbak nya asal nya dari mana" tanya ku kembali kepada mbak indri. "Saya dari jogja, saya tinggal di kota jogja nya. Saya bekerja sudah 8tahun di maskapai ini. Jawab nya. "Oh sudah lama sekali ya mbak, hebat. Semoga karir saya juga bisa sama seperti mbak indri. Mbak sudah menikah ?" Tanya ku. "Saya baru saja cerai" ucap nya sambil tersenyum seperti senyuman yang lepas sekali. "Oh ya.. maaf ya mbak, saya bertanya terlalu jauh" ucap ku sambil memegang tangan mbak indri, karena aku merasa bersalah atas pertanyaan ku tadi, karena ku pikir di usia nya sekarang mungkin sudah menikah. "It's ok, dunia pernikahan itu berat, tidak semua orang bisa melewati nya, tapi banyak juga orang-orang hebat yang mampu melewati nya, termasuk saya. Dia selingkuh dengan sepupu sendiri. Hahaha sakit nya double loh, karena selingkuhan nya orang terdekat saya, bahkan keluarga. Makanya berat banget rintangan dalam pernikahan, saya gak kuat, saya putuskan pisah saja, tapi tidak semua orang begitu ya, ujian nya pasti beda-beda tiap rumah tangga, kebetulan saya dapet nya ujian nya begini, benar-benar gak kuat. Alhamdulillah sekarang saya lebih merasa bahagia sendiri, tidak ada beban dan tekanan, ya itulah perjalanan hidup, tidak ada yang tau" ucap nya sambil tersenyum lepas menandakan dia benar-benar sudah lepas dan mulai bahagia. "Mbak punya anak? " tanya ku lagi. "Syukur nya belum, karena kalau sudah punya anak dihadapkan dengan situasi seperti ini pasti pemikiran saya gak akan seperti ini, banyak hal yang saya pikirkan pasti untuk sebuah keputusan berat seperti ini" ucap nya. "Hmmm.. mbak hebat mbak bisa kuat melepaskan apa yang bikin mbak gak bahagia" ucap ku tersenyum sambil memegang tangan mbak indri. Tiba-tiba aku terbayang masa kecil ku, orang tua ku bercerai karena ayah selingkuh.
Pesawat ku mendarat dengan selamat di bandar udara Ngurah Rai Bali, para penumpang satu persatu turun, aku dan crew lain nya berdiri di sebelah pintu keluar pesawat, mengucapkan "selamat datang, Terimakasih" kepada para penumpang satu persatu. Senang rasanya bisa mengantar orang-orang ini dengan selamat sampai ke tujuan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trauma Pernikahan
Ngẫu nhiên"Mengapa harus ada pernikahan" itulah yang selalu Dilla tanyakan dalam setiap lamunan nya. Dilla yang memiliki trauma di masa kecil karena perceraian orang tua nya itu, ternyata Setelah dewasa mencoba melawan rasa trauma itu dengan mulai mempercayai...