Sekian banyaknya orang kenapa harus aku? Kenapa harus aku yang menerima penderitaan ini
Skay langit naya
Hai Hai Hai udah masuk puasa ke 17 aja nih, masih pada kuat kan puasanya?
Mau curhat dikit gapapa kali ya.
Jadi gini, selama ini aku kan gak punya instagram jadi gimana kalau aku donwload terus buat akun, mau nggak kalian mampir?
Gitu aja sihh hehehe. Yaudah yuk kita lanjut.
Happy Reading guys 👊
Prangg
Suara tersebut berasal dari pecahan piring kaca yang sengaja jatuh dibuat oleh jaka.
"Kenapa kenapa kamu bisa kalah dari anak baru itu. Kenapa skay!!" Marah jaka.
"Skay udah belajar, skay juga udah berusaha semampu skay." Bela skay.
"Ayah malu skay ayah malu, ayah malu punya anak seperti kamu!"
"Ayah, tapi abang, dia bahkan tidak masuk sepuluh besar, kenapa cuma skay yang dimarahin?"
"Dia anak laki-laki, beda dengan kamu."
"Bedanya dimana yah?"
Plakk
Satu tamparan berhasil meleset ke pipi skay. "Kamu anak tidak berguna skay, kamu anak pembawa sial, andai saja kalau kamu tidak lahir mungkin ibu saya masih hidup sampai sekarang."
Pandai sekali jaka mengalihkan pembicaraan, bahkan berusaha mencari kesalahan skay yang lain.
"Ayah itu bukan salah skay, itu udah takdir."
"Arrgghhh sini ikut ayah!" Ucap jaka sambil menarik tangan sang putri dengan kasar.
"Skay gamau ayah, skay takut."
"Saya tidak peduli, ini itu pantas buat kamu."
"Ayah bisakah skay mendapatkan hukuman yang lain? Skay takut kegelapan ayah, skay mohon."
"Apasih susahnya kamu nurut!"
"Tapi ayah, kali ini saja."
Sia sia skay memberontak dan membujuk ayahnya untuk tidak mengurungnya digudang, tapi hasil nya tetap nihil, jaka tidak memperdulikan nya.
Bruk
Jaka mendorong tubuh skay ke tumpukan kardus yang berada di sudut ruang gudang.
"Ayah, jangan tinggalin skay sendiri disini. Di sini gelap, dingin, skay gak suka yah." Bujuk skay sambil menangis.
"Saya akan membukakan pintu besok pagi! Berhentilah merengek dan menangis skay!"
Setelah mengatakan itu jaka langsung mengunci pintu gudang dari luar dan meninggalkan skay yang masih tengah menangis.
Benar saja ruangan di situ sangatlah gelap, hanya ada bulan yang menerangi dari arah jendela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Yang Tidak Adil [END]
Spiritualaku hanya gadis lemah yang di beri nyawa, dunia tak pernah sekalipun berpihak kepadaku. aku kecewa, mau tidak mau aku harus menuruti perintah. hidupku seperti permainan catur, yang akan maju jika di atur. di dalam cerita ini, aku ingin mengajak kal...