03 || Weird

55 9 7
                                    

November 2014

Selain harus datang pagi dan pulang untuk menjalankan orientasi pengurus OSIS baru, Tresna tidak bisa lagi menikmati saat-saat istirahatnya untuk sekadar jajan tenang ke kantin. Setiap istirahat, kepala perempuan berkucir kuda pasti muncul di depan pintu kelasnya.

"Ayo, kumpul!" Dua kata yang tidak pernah absen selama beberapa hari ini dari hidup Tresna. Meskipun laki-laki berambut hitam itu biasa mendengar dua kata yang sama dari kakak kelas yang mengorientasi pengurus OSIS baru, suara dan ekspresi wajah yang berbeda akan memberi rasa yang berbeda. Bayangkan saja, wajah (sok) sangar dari kakak kelas dengan wajah penuh senyum dari Manda.

"Gue mau beli dimsum dulu," ujar Tresna sambil mengusap-usap perutnya.

"Ikut, Res!" Hanan, yang sudah duduk di lingkaran kecil perkumpulan anak acara pelaksanaan kampanye akbar, menggerakkan badannya untuk berdiri.

"Stop."

Larangan dari Manda membuat Hanan berhendi saat baru setengah berdiri.

"Kamu jangan ikut. Nanti rapat kita nggak dimulai-mulai. Yang mau jajan, nitip aja ke Tresna. Biar efektif pakai jam istirahatnya."

Tresna mengangkat alis. "Kok jadi gue?"

Senyuman dari Manda hanya membuat Tresna semakin mengerutkan dahi. Tiga anak acara lain, selain Manda dan Hanan tentunya, mulai mendaftar titipan jajanan mereka sambil menyetorkan uang pada Tresna. Rasanya ingin menolak, tapi itu justru membuang waktu Tresna untuk segera menikmati dimsum yang enak luar biasa di kantin. Alhasil, dengan pasrah ia terima pesanan teman-temannya dan bergegas ke kantin.

Jam istirahat tentu saja membuat kantin sangat ramai. Mau tidak mau, Tresna perlu mengantre beberapa kali di beberapa penjual makanan untuk memenuhi pesanan dari teman-temannya. Namun, kerja kerasnya itu justru dibayar dengan selesainya rapat tim acara tepat saat ia kembali.

"Makasih, ya, Tres!" ujar anak-anak acara yang menerima pesanan jajanan kantin dari Tresna.

"Bisa-bisanya kalian udah selesai pas gue dateng?" Tresna sedikit kesal dan membuat suaranya meninggi.

Hanan menepuk bahu Tresna. "Sorry, gue duluan, ya. Masih ada PR Matematika dari Bu Juwi yang belum selesai. Lo tau, kan, Bu Juwi gimana?"

Embusan napas panjang keluar dari mulut Tresna. Ia menatap Manda yang masih duduk di lantai sambil mencoret-coret buku catatannya. "Jadi, gue harus ngapain?" tanyanya pada si perempuan berkucir kuda itu.

"Hubungin kesiswaan buat minta supaya kampanye akbar bisa dimulai dari jam 10 sampai selesai." Manda tidak memalingkan muka dari catatannya.

"Lho, bukannya dulu baru mulai habis istirahat kedua di jam 1 siang?"

"Aku juga nggak tahu, ini request dari kelas 12."

"Kenapa nggak mereka aja yang ngomong ke sekolah. Dasar, memanfaatkan senioritas," omel Tresna dengan suara mengejek dan gerak bibir yang tak karuan.

Manda mengangkat wajahnya dan sontak tertawa melihat Tresna yang mengomel penuh penghayatan. "Kamu ngomelnya kayak cewek, deh."

Tresna melotot.

"Hahaha, bercanda, ih." Manda menggoda sambil memukul bahu lelaki yang sudah duduk sambil memakan dimsum di sampingnya itu. Ia lalu merangkul Tresna dan berbisik, "Besok harus udah ada kepastian, ya."

Mulut yang sedang menikmati dimsum super enak, versi Tresna, itu mendadak berhenti mengunyah. "Gini, nih. Jadi tumbal kalo nggak dateng rapat. Padahal bukan gue juga yang nggak mau ikut rapat."

"Lah, kan, kamu yang mau jajan dimsum. Padahal bisa juga habis rapat."

"Nggak bisa, Man. Kalo sekarang gue baru ke kantin, gue bakal kehabisan ini." Tresna menyodorkan salah satu dimsum dengan sumpitnya.

Love's Overdue ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang