Takdir sepertinya memang selalu bermain-main dengan Tresna. Saat ia ingin menenangkan diri pasca pernyataan cinta pada Manda—yang tentu saja masih menggantung dan membuatnya was-was—ia malah ditelepon oleh ibunya untuk segera pulang.
"Keluarga Pak Bagus mau ke rumah."
Satu kalimat pesan itu sukses membuat Tresna mendengkus kesal dan merutuki nasibnya. Ia tahu bahwa Pak Bagus sangat bersemangat menjodohkan putrinya dengan Tresna. Selain karena Pak Bagus dan ayahnya bersahabat baik, keduanya pun rekan bisnis yang saling berpengaruh satu sama lain.
Agak sedikit menjadi beban bagi Tresna jika ia menolak perjodohan dan memikirkan kemungkinan melonggarnya kerja sama antar dua pebisnis itu. Namun, bukan salahnya juga jika ia mencintai perempuan lain dan itu bukanlah putri Pak Bagus. Sialnya, putri Pak Bagus ternyata adalah kakak kelas Tresna sewaktu SMA, yang juga kenal dekat dengan Manda. Takdir sungguh lucu mempermainkan ketiganya.
Tidak.
Berempat.
Ada Hanan dalam hubungan yang rumit versi Tresna ini. Meski peran Hanan masih terasa pasif, Tresna tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Manda yang menganggap Hanan sebagai gebetan, bisa saja berbalas dengan Hanan yang juga memiliki rasa pada Manda. Siapa yang tidak suka sama Manda?
Selama mengenal Manda sejak SMA, Tresna sudah menjadi tempat sampah dari segala tangis, caci maki, bahkan kebahagiaan sesaat yang dirasakan sahabatnya itu. Banyak laki-laki mengantre jadi pacar Manda. Sayangnya, kebanyakan yang akhirnya menjalin hubungan dengan Manda adalah laki-laki brengsek yang berujung putus hubungan. Lucunya, Manda menganggap semua itu hanya main-main dan coba-coba padahal Tresna sudah pasang badan untuk membela Manda. Mungkin itu yang namanya keuntungan menjadi sosok cerdas secara otak, cantik secara fisik. Entahlah. Kadang ini hanyalah stereotip belaka.
Toh, mereka tidak tahu ada struggle apa yang dihadapi sahabat Tresna itu setiap kali menjalin hubungan dengan laki-laki baru.
Inilah mengapa Tresna bisa percaya diri menyatakan perasaannya. Baginya, mengenal Manda selama bertahun-tahun bisa meluluhkan hati perempuan yang sempat menghilang selama enam tahun itu. Setidaknya, meluluhkan prinsip tidak mau pacaran dengan sahabat sendiri yang dideklarasikan Manda saat keduanya duduk di bangku kelas 11.
Sedangkan Hanan, laki-laki yang juga supel, tetapi jarang terdengar memiliki pacar karena terlalu sibuk dengan organisasi. Tidak pernah sekali pun Tresna melihat Hanan dekat dengan Manda selain di sore hari beberapa waktu lalu. Hanan bilang, ia hanya mengantar Manda ke RSUD untuk kontrol. Namun, kenapa pakai gandeng-gandeng segala?
Tresna malas memikirkan asumsi yang mungkin terjadi. Satu-satunya yang ia pikirkan untuk menjaga rasa optimis dalam dirinya adalah Hanan menggandeng Manda karena perempuan berkucir kuda itu sedang pusing atau lelah atau ... entah yang jelas butuh bantuan.
Tapi, kalo Hanan beneran ada rasa sama Manda gimana? Kemungkinan besar mereka bakal jadian dong? Gue gimana?
Tidak hanya hati, tetapi tampaknya seluruh tubuh Tresna diliputi keragu-raguan. Mau bangkit dari duduknya pun ragu karena merasa masih banyak hal yang perlu dipikirkan. Mau diam di tempat pun ragu karena ponselnya sedari tadi berbunyi, menampilkan beberapa pesan dari bundanya lewat pesan grup maupun pesan pribadi.
Hingga ponselnya kembali berdering dan menunjukkan kontak Bunda di layar, barulah Tresna bangkit dan keluar dari kafe tempatnya menenangkan diri. "Iya, Bun. Ini on the way ke rumah."
"Titip beliin camilan atau kue kering, ya, Tresna. Bunda lupa kalo camilan di rumah habis."
"Siap. Laksanakan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love's Overdue ✔
RomanceTidak ada akhir bahagia untuk rasa yang selalu dipendam. Apalagi mengabaikan rasa yang hadir sejak pertama. Tidak ada akhir bahagia untuk rasa yang dipaksakan. Apalagi terpaksa karena takut pada kepastian. Tresna menyadari hal itu justru saat batas...