08. Hit

1K 120 3
                                    

Hari ini anak kecil bersurai merah bangun lebih dulu. Atau mungkin terlalu pagi, karena langit bahkan masih gelap.

Setelah beberapa saat mengerjapkan mata untuk menyesuaikan penglihatannya, surai merah mendongakkan kepalanya guna melihat wajah tidur sang kakak yang tengah memeluknya.

Kemudian satu tangannya ia bawa untuk mengusap pelan pipi milik Tenn, lalu Ia memberikan ciuman di pipi sang kakak dengan penuh penekanan.

Namun hal itu tidak membangunkan Tenn sama sekali.

Ini kakaknya tidur atau pingsan? Karena Tenn bukan tipe orang yang susah dibangunkan.

Riku menatap sekeliling sekilas dan langsung mengalihkan pandangannya kembali menatap kakaknya.

Cahaya dikamarnya sangat redup, membuat dirinya tidak bisa melihat sekitarnya. Mau membangunkan Tenn juga sedikit tidak enak.

Tapi dirinya takut.

Tiba-tiba tubuhnya tersentak saat mendengar sesuatu seperti suara benda jatuh.

Spontan Riku merapatkan tubuhnya pada Tenn dan menepuk dengan brutal pipi kakaknya berniat untuk membangunkannya.

"Tenn-nii!" panggilnya dengan nada cukup keras.

"..."

Nihil, tidak ada respon.

Ini kenapa kakaknya menjadi susah dibangunkan sih! Dirinya sudah takut setengah mati loh.

Dengan sangat tidak berdosanya Riku menghempas tangan Tenn yang memeluknya, kemudian dia bangun dari posisi tidurnya menjadi berdiri.

Hal selanjutnya yang ia lakukan adalah melompat keatas tubuh Tenn dengan sekuat tenaga sambil berteriak nyaring.

"Tenn-nii!!"

Tenn yang mendapat serangan dadakan seperti itu langsung membuka matanya lebar, bahkan jantungnya berdetak tidak karuan.

Sedikit linglung karena bangun secara tiba-tiba- lebih tepatnya bangun karena terkejut, Tenn membawa pandangan matanya kearah dadanya sendiri.

Disana terlihat sebuah kepala bermahkota merah sedang menduselkan wajahnya dengan tangan kecilnya bertengger manis tepat diwajah Tenn.

"Riku?!"

Tenn mendudukkan dirinya dengan tangan memegangi punggung adiknya. Agar adiknya tidak terjungkal.

"Riku ada apa?! Kenapa?! Ada yang sakit?!"

Riku menatap wajah kaget bercampur khawatir milik Tenn dengan tatapan polos, lalu menggelengkan kepalanya.

"Gelap, Riku takut" adunya dengan suara pelan namun masih terdengar oleh Tenn.

Selesai mengatakan apa masalahnya Riku kembali menduselkan wajahnya pada tubuh Tenn.

Oh tuhan.. Jantung Tenn bahkan rasanya berpindah tempat karena terkejut waktu dihantam tubuh adiknya.

Bahkan belum sepenuhnya sadar otaknya ia paksa untuk berpikir dengan panik.

Apa ada masalah? Apa adiknya terluka? Apa asma adiknya kambuh?!. Itu semua adalah pertanyaan beruntun yang ada diotaknya.

Namun semua rasa paniknya menguap seketika- mungkin bisa dikatakan semua rasa paniknya itu sia-sia, karena ternyata Riku hanya mengadu bahwa dirinya takut gelap.

"Hahh.. " helaan nafas keluar dari bibir Tenn mengetahui adiknya tidak sedang dalam masalah serius.

Bukan bermaksud menyepelekan ketakutan adiknya, tapi- Tenn sedikit melebarkan matanya saat mengingat sesuatu.

"Riku apa tubuhmu baik-baik saja? Ada yang sakit? Mana yang sakit? Dadanya? Tangan tangan? Kaki?" tanya Tenn bertubi-tubi seraya melonggarkan pelukan mereka dan mengecek tubuh adiknya secara menyeluruh.

Jujur saja perutnya sedikit sakit saat ditimpa Riku tadi, dan tidak mungkin adiknya yang notabene sang pelaku insiden tersebut tidak merasakan sakit juga.

Kepanikan yang semula menghilang kini mulai kembali lagi.

"Riku- tidak sakit Tenn-nii!" jawab Riku sedikit kesusahan karena kakaknya membolak-balikkan badannya dengan tidak elitnya, bahkan kedua kakinya diangkat Tenn dan membuatnya hampir terjungkal kebelakang.

"Tenn-nii!!" pekiknya takut dengan tangan refleks menggenggam erat lengan baju Tenn mencari pegangan.

"Ah! Maaf"

Tenn menghentikan aksinya lantas membawa Riku kembali kedalam dekapannya. Kemudian mengusap pelan punggung adiknya bermaksud memberi kenyamanan.

Setelah beberapa saat hening Riku mulai bersuara, bercerita mengenai alasannya merasa takut. "Tadi ada suara."

"Suara?" tanya Tenn bingung.

"Uhm.. tadi ada suara.. ada yang jatuh" jawab Riku memejamkan matanya erat.

"Riku takut" lanjutnya.

"Oh mungkin itu" batin Tenn mengerti.

Hal yang ditakutkan Riku yang katanya seperti benda jatuh sebenarnya suara dari arah balkon kamarnya.

Tenn juga tidak mengerti, tapi sepertinya ada beberapa kerusakan disekitar balkon kamarnya. Lebih tepatnya pada area atasnya.

Entah itu disisi luar, atau dibagian pintunya. Yang Tenn tau hanya suara itu berasal dari sana, dan suaranya memang seperti benda jatuh.

Mulai sekarang sepertinya Tenn harus segera memperbaikinya, mengingat kini dia sedang tidak tinggal sendiri.

Apalagi dengan Riku yang dibuat takut karena masalah itu.

"Tidak apa Riku, itu bukan hal yang menakutkan" jelas Tenn dengan lembut.

"Tenn-nii disini"

"Uhm" gumam Riku sedikit tenang.

Setelahnya hanya ada keheningan kembali, tidak ada yang membuka suara.

Keduanya menikmati sensasi hangat dan juga nyaman dalam pelukan masing-masing.

"Tenn-nii jangan, nanti Riku tidur" protes Riku menjauhkan dirinya dan menahan kedua tangan Tenn.

Yang Riku maksud adalah usapan dari Tenn dipunggungnya dan tepukan ringan pada pantatnya. Terlalu nyaman, membuat Riku kembali mengantuk.

"Tidak masalah, nanti Tenn-nii bangunin" jawab Tenn santai dan melepaskan tangannya yang ditahan Riku.

"Tenn-nii ih!" Riku merengut kesal pada kakaknya

"Haha"

"Uh.. Riku sangat manis~" gemas Tenn sembari memberi banyak ciuman manis diseluruh wajah adiknya.

Bahkan wajah Riku menjadi basah karena ulah Tenn.

"Aaaaa Tenn-nii" Riku rasanya ingin menangis saja, kakaknya kenapa usil begini sih.

Tenn menghentikan aksinya melihat Riku cemberut, "Hm.. Riku mau keluar?" tanya Tenn tiba-tiba.

"Kemana? Mau! " jawab Riku langsung merubah ekspresi wajahnya dan menatap penuh binar kakaknya.

"Itu.. belanja, kita ke supermarket. Tak apa?" Tenn sedikit tidak enak hati, takutnya Riku mengira ia mengajaknya keluar untuk main.

Tapi sepertinya Tenn salah. Riku malah mengangguk semangat dan berseru, "Mau mau!!"

"Ayo, ayo mandi!" ajak Riku heboh langsung berdiri memeluk leher kakaknya.

Tenn hanya tertawa kecil melihat reaksi senang adiknya.

"Ini masih terlalu pagi Riku, kita memasak dulu baru setelah itu mandi"

Kemudian Tenn menggendong adiknya membawanya kearah dapur.

✧⁠✧ ✧✧

Little ChibiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang