09. Supermarket

1K 115 4
                                    

Don't be a silent readers

⁠✷

"Hm.. pakai ini atau ini?"

Riku hanya menatap sebal kakaknya kemudian mencebik kesal.

Lihatlah, bibirnya saja sudah monyong beberapa centi yang malah membuat wajahnya terlihat lebih bulat.

Menggemaskan.

"Heh!" tegur Tenn menepuk pelan bibir adiknya yang ada disampingnya.

"Mulutnya! Tidak boleh" Tenn memberikan tatapan mengintimidasi pada Riku ketika mendengar cebikan keluar dari mulut kecilnya.

Dari mana adiknya belajar hal itu.

Dan untuk tatapan itu.. Riku tidak takut! Dirinya bahkan merebahkan badannya sedikit kasar lalu setelahnya berguling-guling.

"Tenn-nii lama huwaaaa" rengeknya dengan terus berguling diatas sofa.

"Riku! Nanti jatuh!" Tenn dengan sigap mengangkat tubuh adiknya dan membawanya pada pangkuannya.

"Huh! Ayo berangkat Tenn-nii!!" ajaknya pada sang kakak dengan kekesalan yang menumpuk.

"Se- "

"Aaaaaa Tenn-nii nyebelin!!!" tangannya ia bawa untuk memukul-mukul dada bidang kakaknya dan terus bergumam tidak jelas.

Ah!! Riku sangat ingin menangis!

Sejak tadi- setengah jam mereka diruang tamu dengan Tenn yang sangat ribet hanya karena masalah memilih topi.

Masalah topi!

Mengapa Tenn jadi se-fashionable ini sih!

Riku bahkan sudah mati kebosanan akibat kakaknya itu yang tidak segera mengajaknya berangkat.

"Baiklah baiklah, kita berangkat" putus Tenn cepat ketika tau adiknya sudah tidak bisa diam, merengek dan terus menggeliat dipangkuannya.

Tenn lantas memasangkan sebuah Beanie Hat berwarna merah senada dengan warna rambut milik adiknya, kemudian mengusap pelan mata adiknya yang sudah berair.

"Nah sudah cantik" celetuk Tenn dengan senyuman lebar.

Bolehkan Riku menampar wajah kakaknya yang sayangnya sangat tampan itu?

"Riku Tampan!!" marahnya dan mencubit pipi kakaknya dengan kuat.

"Ahahahahaha!"

Mungkin setelah ini hobi baru Tenn adalah mengusili adiknya, dia bahkan sampai dibuat tertawa keras karena wajah memerah marah milik Riku.

cup

Selesai dengan tawanya Tenn memberi kecupan pada pipi Riku, dengan kedua tangan Riku yang masih setia mencubit pipinya.

Lalu setelahnya Tenn memeluk gemas tubuh adiknya sebelum beranjak melangkahkan kaki keluar dari apartemennya.

"Iya iya Riku manis"




"Tenn-nii haus"

Tenn menatap Riku digendongnya lalu menolehkan kepalanya kesekitar mencari tempat duduk.

Setelah mendapat tempat duduk dan mendudukkan dirinya, Tenn mengambil botol minum dalam tasnya yang memang sudah ia sediakan dari rumah untuk berjaga-jaga jika adiknya tiba-tiba haus.

Seperti ini contohnya, mereka bahkan baru saja masuk supermarketnya.

Tenn lantas melepas topi yang dipakai adiknya sebentar, kemudian mengipasi wajah Riku yang sedikit berkeringat.

"Sudah" Riku menyerahkan kembali botol minumnya pada Tenn.

Setelah memasukkan kembali botol minum tadi pada tasnya, Tenn kembali memasangkan topi milik Riku.

Menggendong kembali Riku bersamaan dengan sebuah permintaan yang tiba-tiba terdengar oleh kedua telinganya, "Riku mau jalan"

"Tidak" jawab Tenn cepat, Riku saja belum menutup mulut.

Disini lumayan ramai, tidak mungkin Tenn membiarkan Riku berjalan.

Lagi pula, jika Tenn melepaskan Riku pasti adiknya itu akan berlarian dan tidak bisa diam. Membayangkannya saja Tenn tidak mampu.

Tenn tidak mau repot disini ya.

Menyadari adiknya yang cemberut lesu Tenn memberi penawaran, "Bagaimana kalau naik itu?" tanyanya sembari menunjuk sebuah troli belanja.

Sebenarnya Riku tidak berminat, kan dia maunya jalan kaki. Tapi sepertinya naik troli tersebut tidak buruk.

"Uhm" jawabannya sambil mengangguk.

Tenn kemudian membawa langkahnya menuju troli yang dimaksud, lalu mendudukkan adiknya kedalam troli tersebut dan mulai berjalan mendorongnya.

Sedangkan Riku hanya diam sembari menolehkan kepala kesana kemari menatap antusias benda-benda disekitarnya.

"Uwah!"  matanya mendapati sesuatu yang menarik.

"Tenn-nii mau jeruk!!"

"Hm?" Tenn membawa pandangan matanya ketempat yang ditunjuk Riku.

Lalu ia mendorong troli belanjanya kearah stan buah-buahan.

Sesampainya distan buah, Riku sedikit mengangkat badannya mengambil satu jeruk yang diinginkannya.

Tunggu, itu apel.

"Riku tadi katanya mau jeruk?" tanya Tenn heran.

"Mau apel" balasannya disertai cengiran lebar memperlihatkan deretan giginya.

Tenn terkekeh ringan dan menangkup wajah adiknya gemas sampai kedua pipi chubby itu tergencet.

"Tidak mau jeruk?"

"Mwau" jawab Riku sedikit aneh karena ulah tangan kakaknya.

Tenn melepaskan tangannya dari wajah Riku dan mulai mengambil beberapa apel, jeruk, dan buah lain yang diinginkannya. Lalu melanjutkan langkahnya.

"Mau itu!!" pekik Riku heboh, bahkan hampir sepenuhnya berdiri seraya mengarahkan tangannya menunjuk beragam permen.

"Riku jangan begitu, duduk" Tenn memegangi tubuh adiknya dan membawanya untuk kembali duduk.

Sedangkan adiknya tidak peduli dengan teguran Tenn, ia bahkan berdiri untuk meraih beberapa bungkus permen yang jauh dibawah jangkauannya.

"Ah!" jantung Riku seketika tidak berdetak normal saat dirasa tubuhnya seperti terjun kedepan.

Riku menutup matanya erat, namun disaat bersamaan tangan Tenn menangkap tubuhnya dengan cepat.

"Riku!!" serunya ikut maraton jantung.

✧⁠✧ ✧✧

Catatan penulis:

Entah mengapa aku merasa tidak nyaman dengan apa yang kutulis di chapter 13 nanti.


⁠✷⁠✷ ✷✷

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⁠✷⁠✷ ✷✷

Little ChibiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang