"Disini sebentar" Tenn berniat menurunkan adiknya pada salah satu kursi meja makan.
Sedangkan adiknya menahan tangan dan kakinya pada tubuh Tenn, memeluknya erat.
"Nggak mau" tolak Riku.
"Mau gendong Tenn-nii.. " lanjutnya merengek pada sang kakak.
Yah Tenn juga tidak bisa berbuat apa-apa, dirinya kembali memeluk adiknya yang tidak mau diturunkan.
"Tenn-nii hangatkan susunya sebentar ya" izin Tenn takut jika adiknya tidak sabar ingin segera meminum susunya.
"Um" Riku hanya mengangguk memberi persetujuan pada Tenn.
Lagian meminum susu yang bersuhu normal itu terkadang membuat mual, lebih mending jika susunya hangat atau dingin.
Sambil menunggu susu yang dihangatkan Tenn, Riku menyenderkan kepalanya di bahu Tenn dan menatap lekat pada perpotongan leher kakaknya.
Bukannya mesum, tapi badan kakaknya itu sangat wangi. Apalagi kalau menciumnya langsung dari bagian tubuhnya, bukan dari perantara pakaiannya.
Sangat wangi
Riku suka
Dan secara perlahan namun pasti wajah kecil itu mendekat pada leher jenjang Tenn, bersamaan dengan mulutnya yang terbuka.
Hal selanjutnya yang terjadi adalah gigi-gigi kecil itu sudah menempel sempurna pada leher milik Tenn. Riku menggigitnya, atau lebih tepatnya..
Mengunyah?
Tenn juga dibuat terkejut saat mendapati adiknya yang secara tiba-tiba menggigit lehernya.
Namun bukannya protes atau menjauhkan wajah Riku Tenn malah mengusap belakang kepala adiknya dengan penuh perhatian.
Kemudian Tenn melontarkan pertanyaan, "Ada apa, hm?"
Riku menjeda kegiatan menggigit leher kakaknya, menggeleng pelan sebagai jawaban lalu kembali melanjutkan aktivitas menggigiti leher Tenn.
Mendapat jawaban seperti itu Tenn hanya bisa menghela nafas pelan. Surai baby pink memilih diam membiarkan adiknya berbuat sesuka hati.
Memang kenapa? Takut perbuatan adiknya itu menimbulkan bekas aneh pada lehernya?
Ha! Bekas apanya, yang ada lehernya hanya penuh air liur. Jadi jawabannya adalah tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Kalaupun berbekas juga Tenn tidak peduli, mungkin lebih parahnya dia malah-
Bangga.
Memang brocon
Pada saat bersamaan susu yang dihangatkannya sudah siap, "Ini susunya Riku"
Yang dipanggil menolehkan kepalanya menatap susu menggugah selera yang disodorkan oleh sang kakak.
Namun bukannya mengambil Riku malah menggelengkan kepalanya.
Tenn menatap heran atas respon adiknya, "Tidak mau susu?" tanyanya.
"Mau" cicit sang adik pelan.
"Ini" Tenn kembali menyodorkan susunya kembali, kali ini Ia bawa mendekat pada bibir adiknya.
Mengira jika mungkin adiknya tidak ingin memegangnya, tapi yang didapat adalah sang adik memalingkan wajahnya. Dan sebuah gelengan kepala kembali Ia dapatkan.
"Tidak mau susu?"
"Mau"
Helaan nafas kedua kalinya Ia lakukan, tapi Tenn tetap tersenyum dan sabar menghadapi adiknya.
"Ini susunya sayang, minumlah" tawarnya lagi dan gelengan kepala kembali yang Ia dapatkan.
"..."
"Ada apa ini"
Tenn merenung heran menghadapi tingkah adiknya kali ini, tapi dirinya juga tidak terpikirkan apapun.
"Apa Riku sakit?! Tidak tidak, dia baik-baik saja"
"Suhu tubuhnya normal, pernafasannya juga tidak bermasalah"
Tenn benar-benar berpikir keras menerka seluruh kondisi yang mungkin terjadi pada adiknya.
"Lalu apa?"
Disaat sibuk berperang batin, dia merasakan pergerakan lagi pada area lehernya.
Ternyata Riku menggigit lehernya kembali dengan nyamannya, tapi tunggu-
"Hm?" sekelebat pemikiran secara tiba-tiba terlintas di benaknya.
Tenn sontak membuka lemari kabinet diatasnya kemudian mengeluarkan beberapa benda dari sana, lalu memindahkan susu digelasnya pada benda yang diambilnya tadi.
Selesai memindahkan susu strawberry permintaan adiknya Tenn meraih kursi kemudian mendudukkan tubuhnya.
"Ini" setelahnya Tenn kembali menyodorkan susu ditangannya dengan tempat minum yang berbeda.
Riku menjauhkan wajahnya dari leher Tenn dan menatap lekat sesuatu yang ada digenggaman kakaknya.
Pandangannya lalu beralih menatap sang kakak dengan penuh tanda tanya, "Um?"
Tenn hanya tersenyum dan membalas, "Coba minum dari sini" beserta tangannya yang mendekatkan benda tadi kearah mulut adiknya.
Bukannya membuka mulut Riku malah menyentuh ujung dot yang diberikan padanya dan mengernyit heran.
Iya, Tenn mengganti tempat minum susunya dari gelas menjadi dot bayi.
Sebenarnya ini juga pertaruhan, apa adiknya mau meminum dari dot bayi atau tidak. Mengingat apa yang dilakukan adiknya tadi pada lehernya, jadi tidak salah Ia mencoba.
"Buka mulutnya, hisap, minum." arahannya pada Riku yang terdiam bingung.
Meskipun masih kebingungan Riku kemudian membuka mulutnya secara perlahan, setelah sejenak menatap intens dot bayi didepannya.
Setelahnya ia memasukkan ujung dot bayi itu kedalam mulutnya, namun tidak ada pergerakan lagi. Karena bagi Riku benda itu sedikit aneh?
"Hisap sayang" Tenn memerintahkan dengan tutur kata yang sangat lembut.
Hingga sosok kecil dalam pangkuannya terhipnotis untuk melakukan apa yang diperintahnya.
Pelan tapi pasti mulut kecil itu berangsur-angsur menghisap secara perlahan, namun dengan tatapan mata sepenuhnya terpaut pada paras tampan kakaknya.
Disisi lain Tenn hanya tersenyum manis menatap adiknya, lalu sedikit mengubah posisi duduk Riku pada pangkuannya agar lebih nyaman.
Satu tangannya Tenn gunakan untuk menopang tubuh Riku yang menyender menyamping dengan satu jarinya pada tangan tersebut digenggam erat oleh sang adik.
Sedangkan satu tangan yang lain Tenn gunakan untuk menepuk pelan pantat adiknya.
"Enak?"
Anggukan pelan Tenn dapatkan, bersamaan dengan sebelah tangan kecil Riku yang terangkat seakan ingin menggapai sesuatu.
Tapi tangan kecil itu Tenn tangkap dan Ia bawa kedalam genggamannya.
Riku juga semakin menyamankan tubuhnya dalam dekapan hangat milik kakaknya.
Dan apa yang dihisapnya juga walaupun sedikit terasa aneh tapi itu enak, Riku menyukainya.
✧✧ ✧✧
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Chibi
FanfictionTenn menatap kebingungan pada dua orang dihadapannya, terlebih pada anak kecil digendongannya. "Dia adikmu Kujo-san, Nanase Riku" "Hah?" Tenn sedikit membuka mulutnya terkejut. Lantas mengalihkan pandangannya menatap lekat anak kecil yang digendongn...