Tenn adalah Tenn, tidak peduli tekanan apa yang dia hadapi wajahnya akan tetap tidak menunjukkan banyak ekspresi. Layaknya seperti yang terjadi saat ini, ditatap tanpa celah dari segala sudut pandang. Mungkin sebenarnya bukan dia yang menjadi pusat perhatian, meski begitu Tenn tidak bisa tidak merasa sedikit tertekan.
"Apa.. Riku selalu meminum susu dengan cara seperti ini?" Pertanyaan yang diajukan oleh satu orang itu membawa keenam pasang mata melihat kearahnya serentak, yah bagaimanapun dari garis wajah mereka Tenn mengetahui bahwa itu adalah pertanyaan semua orang.
Tenn mengusap pelan sudut bibir adiknya. Riku sedikit berantakan saat meminum susu, dan Tenn selalu sigap dengan saputangannya. Tapi saat ini dia tidak mengantongi benda tersebut, sepertinya saputangan itu masih berada didalam tasnya. "Tidak. Mungkin ini dimulai dari beberapa hari yang lalu." Jawabnya dengan menatap Yamato sekilas, karena pertanyaan itu berasal darinya.
Meski mendapat jawaban seperti itu, tentu saja tidak satu pun dari mereka merasa puas. Tapi apa yang bisa mereka lakukan, mendesak Tenn? Hah! Jangan bercanda, hanya memikirkannya saja mereka hanya dapat melihat suasana tidak bersahabat.
Tentu saja bukan bermaksud mengatakan sang center aneh atau apapun itu. Hanya saja.. diusia mereka saat ini dengan kesibukan layaknya orang dewasa dan remaja, pemandangan seperti ini merupakan hal baru. Alasan, seakan mereka tidak pernah melihat bayi saja!
Mereka hanya terkejut karena ini adalah Riku, rekan kerja yang sudah cukup lama berada disisi mereka.
"Tapi, bagaimanapun Riku terlihat sangat imut." Mitsuki tidak bisa mencubit kedua pipi yang menggembung saat menyedot susu itu sembarangan. Walaupun rasa gemasnya sudah meledak-ledak.
Jelas sekali jika Mitsuki tidak akan mampu menghadapi Tenn, bahkan disaat mereka bekerja sama menghadapi Tenn mereka hanya mendapati kekalahan telak. Alhasil yang bisa Mitsuki lakukan hanya memekik gemas serta memandang berbinar center kecilnya.
"Rikkun ayo bermain setelah ini." Sebagai yang pertama, Tamaki adalah orang dengan santainya menyentuh tangan kecil yang sedang sibuk dengan beberapa jari sang kakak.
Ajakannya tidak sia-sia, terbukti ketika Riku melepas hisapannya dan berbalik menjawab dengan antusias. "Ayo! Riku mau main." Tentu Tenn tidak membenarkan tindakannya, tangannya kembali mengarahkan botol susu mendekat kebibir sang adik. Sedikit menekan, "diam Riku. Habiskan susumu dulu, dan kau bisa bermain setelahnya."
Semua member i7 tidak bisa tidak tertawa, disuguhkan dengan sosok imut dengan segala tingkahnya sedang mengerucutkan bibir. Sedikit kesal kepada sang kakak, namun tetap kembali menyamankan posisi dalam pangkuan dan pelukan Tenn. Tangannya meraih kembali tangan Tenn, menghisap dengan kekuatan penuh susu yang tinggal sedikit.
"Pelan-pelan, nanti tersedak." Tentu saja tetap mendapat teguran! Tenn ini, mungkin meskipun semua orang telah menjalankan tugasnya dengan benar dan akurat bibirnya akan selalu mengeluarkan protes.
Baiklah, beberapa menit sudah berlalu dan ada sesuatu yang sedikit mengusik pikiran Tenn. Ia sama sekali tidak mendengar suara pemuda yang selalu bermusuhan dengannya.
Ini bukan rindu oke, untuk apa Tenn merindukan orang yang selalu merebut perhatian adiknya. Hanya saja, aneh tidak mendengar suaranya diantara semua kebisingan akan rasa gemas yang terjadi di ruangan ini.
Bukan tipe orang yang suka berbasa-basi dan cenderung to the poin, Tenn secara langsung mengalihkan perhatiannya pada pemuda yang dicurigainya.
Air muka yang semula tenang seketika berubah dalam sepersekian detik. Sangat keruh, bagaimana dia menatap pemuda yang sering dipanggilnya Izumi muda itu sibuk dengan handphone dan mengambil potret adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Chibi
FanfictionTenn menatap kebingungan pada dua orang dihadapannya, terlebih pada anak kecil digendongannya. "Dia adikmu Kujo-san, Nanase Riku" "Hah?" Tenn sedikit membuka mulutnya terkejut. Lantas mengalihkan pandangannya menatap lekat anak kecil yang digendongn...