Selesai membersihkan peralatan makan juga membersihkan diri, Tenn dan Riku sekarang sibuk memakai sepatu. Atau lebih tepatnya Tenn yang sibuk memasangkan sepatu dikedua kaki mungil adiknya.
"Sudah siap, boy?" ujar Tenn setelah memastikan adiknya sudah rapi dan cantik. Cantik dalam arti manis.
"Siap Tenn-nii!!" balasnya riang pada sang kakak.
Jangan lupa dengan kedua tangan yang ia rentangkan bermaksud meminta untuk digendong.
"Tumben sekali," pikir Tenn.
Karena biasanya adiknya itu selalu memberontak jika digendong, selalu ingin jalan sendiri katanya.
Apalagi hari ini penampilan Riku sangat perfect, jadi kemungkinan besar adik kecilnya pasti ingin jalan kaki sendiri.
Tau lah pemikiran anak kecil, pasti mau menyombongkan diri dan pamer karena tampil keren. Tenn juga sangat hafal tabiat adiknya itu.
"Riku udah dandan keren, mau jalan!" katanya. Bahkan itu berlaku walaupun mereka hanya di apartemen seharian!
Tenn heran kepada siapa adiknya itu pamer, kepada dirinya? Tapi kan yang mendandaninya hingga terlihat keren dan cantik manis Tenn sendiri. Jadi opsi ini tidak mungkin.
Sesungguhnya Tenn hanya berpikir terlalu jauh, memang kepada siapa lagi Riku menyombongkan diri kalau tidak ke dirinya sendiri.
Anak kecil, jangan ditanya.
Dan untuk yang satu ini digoda sedikit tidak apa-apa kan?
"Riku jalan sendiri saja ya," perintah Tenn pada adiknya yang masih setia merentangkan tangan.
Luar biasa respon yang didapat, Riku menggelengkan kepalanya ribut serta menghentakkan kakinya kesal dengan wajah memelas.
"Gendong Tenn-nii!" pintanya dengan sedikit berteriak.
"Tidak mau, jalan sendiri." Tenn tetap melanjutkan aksi menjahili adiknya itu. Dia menolak tegas dengan wajah dibuat serius.
"Gendong!!" Riku semakin ribut dibawah Tenn, kakinya menghentak dengan gelisah.
"Tidak mau, biasanya Riku kan mau jalan sendiri" protesnya benar.
"Ayo berangkat, jalan." Tenn berbalik berjalan meninggalkan adiknya yang tetap setia meminta untuk digendong.
Tawanya sedikit terlepas kala wajahnya sudah tidak terlihat adiknya, tapi hal itu tetap tidak disadari oleh Riku.
Gimana mau sadar, Riku sibuk gelisah sendiri karena kakaknya tidak mau menggendongnya.
Aduh, kan Tenn jadi susah menahan tawa kalau begini.
"Aaaaaaa Tenn-nii" Riku sedikit berlari menyusul langkah kakaknya.
"Riku gendong"
"Tenn-nii!!"
"Tenn-nii, Riku mau gendong!"
"Huwaaaa Tenn-nii!!!"
"Nggak mau jalan! mau gendong!!"
Rusuhnya lari terbirit-birit mengejar sang kakak. Disertai dengan lengkingan vokal high note tanpa kontrol yang memekakkan telinga.
Sebenarnya Tenn berjalan dengan pelan, bahkan mereka masih didalam apartemen. Di lorong depan pintu masuk.
Tapi memang Riku saja yang lagi menyusut, jadi satu langkah Tenn seperti menjadi lima langkah untuk Riku.
Setelah sudah cukup dekat dengan Tenn, Riku dengan cepat memeluk erat kedua kaki kakaknya hingga kakaknya berhenti melangkah.
Dan disana Riku kembali menggelengkan kepalanya ribut dengan kaki menghentak tidak beraturan.
"Mau gendong, mau gendong!"
Cukup, Tenn tidak tahan lagi. Sekarang tawanya benar-benar terlepas. Dirinya tertawa sangat keras hingga sudut matanya sedikit berair.
Dengan cepat Tenn menghapus air matanya, kemudian berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan Riku.
Namun sebelum itu, Tenn memegang kedua sisi bahu adiknya agar terlebih dahulu melepas pelukan pada kakinya.
Sedangkan disisi Riku, sewaktu menyadari tubuh sang kakak yang akan merunduk spontan langsung menerjangnya dengan pelukan erat ketika Tenn sudah berada tepat dihadapannya. Dirinya juga langsung menenggelamkan wajahnya pada leher kakaknya itu.
Tenn yang tidak siap jatuh terduduk karena terjangan Riku. Sakit? Dirinya bahkan kembali tertawa, meskipun tidak selepas tadi.
"Aduh Riku.." keluhnya sembari mengusap punggung dan juga bagian belakang kepala adiknya lembut.
Riku mengangkat kepalanya, membawa pandangan matanya menatap kedua manik indah milik Tenn dengan lekat.
"Gendong!" paksanya dengan bibir mengerucut lucu.
Bukannya menanggapi, Tenn malah dibuat kembali tertawa kala melihat raut wajah adiknya. Itu benar-benar tidak bisa dijabarkan. Tenn bertanya-tanya, sudah berapa kali tawanya lepas hari ini.
Kesal, marah, sedih, memohon, memelas, bahkan sekilas ekspresinya menunjukkan rasa ingin menangis dan kecewa.
Mata crimson itu menatap Tenn dengan tatapan sangat tajam tapi terselip sebuah permohonan.
Lagian menatap seperti itu bukannya jadi galak malah jatuhnya terlihat lucu, mata Riku sangat tidak cocok untuk mengintimidasi pada saat ini.
Tenn juga malah memainkan pipi adiknya itu dengan kedua tangannya dan mengecupnya gemas.
"Iya iya, Tenn-nii gendong" putus Tenn setelah puas mengecup pipi Riku hingga sedikit basah. Tenn mengusapnya pelan.
Namun jika ditelisik lagi wajah adiknya itu benar-benar berantakan, rambut Riku bahkan acak-acakan karena tadi sangat rusuh ketika menempeli kakinya.
Tenn meringis dibuatnya, hilang sudah tatanan cantik yang Tenn buat penuh usaha sejak tadi.
"Lihat, rambutmu sangat berantakan." Adu Tenn dengan tangan yang bergerak lincah merapikan rambut adiknya.
Riku tidak menanggapi keluhan Tenn, ia menatap kakaknya sekilas lalu kembali menyembunyikan wajahnya di bahu Tenn.
"Belum selesai Riku," protes Tenn ketika kegiatannya merapikan rambut adiknya itu terhenti secara mendadak.
"Eerhmm!" protes balik sang adik dengan gelengan kepala pelan.
Tenn menghela nafas pelan, "Ya sudahlah, nanti saja." Batinnya pasrah.
"Ugh- " Tenn berdiri dari duduknya, kali ini bersama dengan adiknya itu didalam gendongannya.
"Berangkat boy?" Tanya Tenn dengan salah satu alis terangkat menatap pada manik crimson Riku.
"Em!" Riku mengangguk semangat menatap berbinar pada wajah tampan Tenn.
✧✧ ✧✧
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Chibi
FanfictionTenn menatap kebingungan pada dua orang dihadapannya, terlebih pada anak kecil digendongannya. "Dia adikmu Kujo-san, Nanase Riku" "Hah?" Tenn sedikit membuka mulutnya terkejut. Lantas mengalihkan pandangannya menatap lekat anak kecil yang digendongn...