Tenn berhasil menangkap tubuh Riku, sekarang anak kecil itu berdiri sejajar dengan kakinya sambil tertunduk dalam.
Bahkan adik kecilnya itu sempat menahan nafas sesaat. Bagaimana mau nafas, Tenn saja menatapnya dengan pandangan membunuh.
Riku mati kutu dibuatnya.
"Riku kenapa kau sangat nakal?! Apa kau tidak bisa diam?! Itu tinggi Riku! Kalau jatuh bagaimana?!!" marah Tenn hebat pada pemilik surai merah dibawahnya.
Jika saja ia tidak sigap menangkap tubuh adiknya pasti tubuh kecil itu akan membentur lantai dengan keras.
Yang lebih parah kepalanya bahkan bisa menghantam sesuatu dan terluka.
Tenn benar-benar dibuat hilang kesabaran saat ini!
"Bagaimana jika aku tidak menangkapmu?! Bagaimana jika kepalamu itu terluka?!!"
"Apa kau mau seperti itu?!" lanjutnya tanpa jeda sedikitpun.
Tenn terus menerus menyudutkan adiknya, tanpa memperdulikan sekitarnya.
Tapi kebetulan sekali ditempatnya sepi, hanya ada satu dua orang disekitarnya. Itu pun berjarak cukup jauh.
Tenn juga tidak meninggikan suaranya sedikit pun, dia berbicara dengan nada rendah yang malah memberi kesan sangat dingin dan tajam.
"Jawabanmu?!" desaknya.
"Ma- af" jawab Riku yang bahkan tidak sampai pada telinga Tenn.
Wajahnya sudah basah penuh air mata, pemilik surai merah itu menangis tanpa suara.
Jujur dirinya juga takut saat hampir terjatuh tadi, tapi rasa takutnya jauh lebih besar pada sosok didepannya.
Ujung bajunya bahkan sudah lusuh karena Ia genggam erat. Ingin sekali mendekat kearah kakaknya, tapi itu tidak mungkin.
Tenn saja marah seperti itu.
Riku hanya bisa terus menangis dalam diam sembari sesekali menggumam tidak jelas, "Maaf Tenn-nii, jangan marah" lirihnya.
"Riku takut" yang satu ini terdengar oleh Tenn.
"Astaga!"
Tenn buru-buru berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan adiknya, "Riku hey" panggilnya dengan nada suara yang kembali normal.
Sedangkan Riku refleks memundurkan langkahnya karena terkejut saat Tenn tiba-tiba berjongkok dihadapannya.
"Sayang.. " panggil Tenn hati-hati dengan nada sangat lembut.
"Kau bodoh Tenn!!" batinnya marah pada diri sendiri.
Tentu saja respon tersebut yang didapatkannya, Riku pasti sangat sakit hati. Apalagi sekarang tubuh dan emosinya setara dengan anak berusia empat tahunan.
"Riku.. sini sayang" Tenn mendekati Riku secara perlahan, berusaha menggapai adik kecilnya itu.
Kali ini Riku tidak menghindar, namun tetap menunduk tidak berani menatap kakaknya sama sekali.
Perlahan tangan Tenn tergerak untuk mengangkat wajah adiknya agar bertatap muka dengannya, "Lihat Tenn-nii"
"Maaf, hm?"
Hatinya benar-benar teriris sakit melihat adiknya yang menangis tanpa suara, terisak saja tidak.
"Uhm.. hiks" isak tangisnya akhirnya lolos saat bertemu tatap dengan manik mata milik kakaknya.
"Maaf hiks.. Riku.. mau Tenn-nii.. hiks hiks"
Mendengarnya Tenn langsung mendekap erat tubuh adiknya, mengelus punggungnya dan memberi kecupan pada mahkota merah Riku.
"Maaf, maaf.. Tenn-nii minta maaf" sesal Tenn
"Maaf karena marah pada Riku"
"Maaf berbicara seperti itu pada Riku"
"Tenn-nii minta maaf" permintaan maaf Tenn begitu tulus kepada adiknya.
Riku juga sangat menyadari ketulusan dari kakaknya, Ia menggelengkan kepalanya lalu merenggangkan pelukannya untuk sedikit memberi jarak dari Tenn. Namun masih dalam dekapan Tenn.
Tangan kecilnya Ia bawa untuk menangkup wajah menyesal Tenn, "Tenn-nii jangan minta maaf"
"Riku- nakal" ujarnya sesenggukan dihadapan Tenn.
Mendengar itu Tenn menggelengkan kepalanya cepat dan meluruskan segalanya, "Sayang dengar"
"Riku tidak nakal, hm"
"Riku sama sekali tidak nakal"
"Riku adik Tenn-nii sangat baik" Tenn memberi jeda perkataannya untuk memberi kecupan ringan pada kedua mata adiknya.
Setelahnya tangan itu mengusap kedua pipi adiknya dengan lembut, "Tadi Tenn-nii terlalu khawatir, Tenn-nii takut Riku kenapa-kenapa. Jadi Tenn-nii tidak sengaja marah"
"Mengerti sayang?" jelas Tenn menatap dalam kedua manik crimson adiknya.
Riku tidak sepenuhnya mengerti, tapi dirinya tetap mengangguk karena tau apa yang dikatakan kakaknya adalah hal yang tulus.
Disatu sisi Tenn juga tau adiknya tidak mengerti akan maksud perkataannya, namun dirinya tetap memberikan senyuman disertai sebuah apresiasi.
"Anak pintar"
"Sini peluk lagi, cium juga" Tenn membawa kembali tubuh kecil adiknya kedalam dekapan hangatnya beserta banyak ciuman diberikannya.
•
•"Riku kembalikan itu"
Perempatan imajiner menghiasi wajah tampan Tenn atas kejadian didepannya.
Bukan tanpa alasan, itu adalah bungkus permen keduabelas yang Riku masukkan pada troli.
Siapa memang yang mau menghabiskan permen sebanyak itu, kalau mau merontokkan gigi disatu waktu ya jangan gini caranya.
"Riku taruh kembali, jangan banyak-banyak. Ambil satu bungkus" perintah Tenn berniat mengembalikan lagi beberapa bungkus permen ketempat asalnya.
"Jangan!"
"Nggak mau Tenn-nii!" cegah Riku menahan tangan kakaknya.
"Ambil satu, nanti giginya sakit kalau kebanyakan" nasehat Tenn berharap adiknya mengerti.
"Nggak mau!" Riku menatap sengit kakaknya.
Tenn benar-benar tidak habis pikir dengan adiknya, kok keras kepala dia?
Tenn menghela nafas sebentar lalu menampilkan senyuman manis- yang sebenarnya memiliki makna tidak baik, "Ambil satu atau kita tidak beli" tekannya mempertahankan senyuman iblisnya.
"Nggak mau Tenn-nii.. Riku mau itu semua"
"Itu semua juga beda-beda" Riku memberi penjelasan kepada kakaknya dengan suara pelan.
Oh tentu saja ekspresi wajah yang sialnya sangat imut itu tidak terlupakan.
Ingin sekali Tenn memaki-maki orang yang menaruh berbagai macam varian permen disini. Membuat adiknya kalap mengangkut seluruh dagangannya saja.
Tenn tidak mempermasalahkan uangnya, tapi jika membeli itu semua Tenn yakin Riku dirumah pasti tidak bisa berhenti memakannya.
Membujuknya juga pasti susah, yang ada rewel terus jika tidak dituruti.
"Riku dengar, ambil satu oke? Nanti kalau sudah habis Tenn-nii janji ajak Riku beli lagi" bujuk Tenn.
"Sekarang ambil yang paling Riku mau"
"Dua" negosiasi Riku dengan kakaknya disertai tatapan puppy eyesnya.
"Sialan! Adik siapa sih"
"Oke dua" final Tenn
"Yatta!!"
✧✧ ✧✧
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Chibi
FanficTenn menatap kebingungan pada dua orang dihadapannya, terlebih pada anak kecil digendongannya. "Dia adikmu Kujo-san, Nanase Riku" "Hah?" Tenn sedikit membuka mulutnya terkejut. Lantas mengalihkan pandangannya menatap lekat anak kecil yang digendongn...