01 | 하나 HANA

5 0 0
                                    

Ruby menatap tidak mantap pada orang tua bercak rambut abu-abu yang tengah asik menikmati hidangan malam. “Kakek izinkan aku mundur dari dunia memanah,” ucapnya mengangkat topik. “Aku ingin bebas seperti remaja pada umumnya,” sambung Ruby.

“Kamu kan sudah hidup bebas seperti remaja lainnya...hanya saja kamu seorang Atlet, cucuku.”

“Ya maksudku tidak perlu mengikuti apa pun dan cukup menjalani seperti biasa kakek...” ucap Ruby terlontar pelan berusaha mengontrol emosi menjawab pertanyaan sang kakek.

“Ya sudah. Boleh keluar dari dunia memanah tapi dengan satu syarat yaitu kamu wajib mengikuti ekskul kendo.”        

  Ruby menyergah napasnya kasar. “Hah? HAHAHAHAHAH.” Cewek di depan Luan kini membelakkan mata tidak habis pikir. Bisa bisanya si tua bangka ini menyuruh mengikuti semua bidang olahraga. Apalagi disamakan dengan robot tanpa henti. Bahkan setiap tahun dia berganti profesi, pertama kali diasuh oleh Luan Ruby dikenalkan dengan dunia bulu tangkis. Tahun kemarin perenang. Sekarang? Kendo.

Tubuhnya meloncat dari kursi makan sampai mengejutkan sang kakek. Iris mereka saling bersitatap kemudian kakek memalingkan wajah karena takut dengan pelototan belati cucunya

“Aku nggak akan mencoba kendo.”

“Kalau begitu kakek akan mengirim pesuruh dan mendaftarkan kamu.”

“Seharusnya aku tidak mengatakan ituuu,” ucap Ruby bernada mulai jauh dari meja makan. Lalu dijawab lagi oleh kakek.

“Syukurlah cucuku mengatakan ituuu” tidak sekali dua kali Luan Hong mengikuti gaya bicara cucu dia. Itu teramat menjengkelkan bagi Ruby. Langkah menaiki anak tangga terdengar keras lantaran Ruby menghentakkan sepatu pada tangga. Suara pintu kamar berdebum. Cewek itu menyibak rambutnya dengan kasar karena percakapannya dengan Ayah dari almarhum sang Ibunda begitu sangat menguras emosi.

Tok tok tok.

“Kamu nggak kembali ke asrama? Balik saja kasihan kalau cucuku kena hukuman.”

“Betapa susahnya aku tadi meminta perizinan semalam pulang. Sekarang di usir.”

Eitss kamu sendiri loh ya yang berargumen kakek mengusir. Baguslah kalau sudah izin.”

“Stop omong kosong kakek Luan Hong yang terhormat, sekarang silakan kembali.”

“Selamat malam cucuku sayang.”

“Selamat malam kakek sialan...” Senyum Ruby  tertarik ke atas secara tak ikhlas. Ia menutup pintu kamar dengan malas.

Jari-jari lentik itu meraba saku rok menelusuri handphonenya, ia menekan gambar lensa cembung mengetik nama kontak Renata.

Tujuannya adalah ingin tahu bagaimana cara mendaftar kegiatan kendo. Begitulah Ruby mengatakan tidak di depan kakeknya tapi setelahnya menjalani. Bagaimana mau menolak, Luan yang tua saja bisa mengambek pada cucunya jika tidak dituruti, lagi pula Luan juga menjaga Ruby dari kecil, kehidupan pun sudah enak jadi mungkin ia turut perintah sebagai timbal balik.

NEPENTHE✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang