26 |스물여섯 SEUMULYEOLSEOT

3 0 0
                                    

Untuk pertama kali Ruby dan Yasa pergi berlibur di luar lingkup Richvreiden, status mereka sekarang bukanlah anak SMA lagi, melainkan mahasiswa. Lulusan Angkatan 14 telah mendapatkan perjalanan masing-masing, Ruby mendapatkan jalur undangan dari Universitas Nasional Korea dan langsung menerimanya, sedangkan Ruby belum mengetahui Yasa akan ke mana setelah lulus.

Sejak lulus, Yasa menjadi sulit menahan rindu, akhirnya ia mengajukan perizinan Luan jika akan sering bermain ke kediaman Hong meski sebentar, apalagi alasan meminta persetujuannya sangat absurd.

Masa iya Yasa tidak malu mengatakan ‘bernapas satu jengkal sama dengan merindukan Ruby' di depan Luan , saat itulah Yasa membahas foto berbingkai kecil yang berdiri di atas laci Ruby. Padahal Ruby hanya mengatakan ia merindukan keluarganya berlibur di lotte world, kemudian terbitlah destinasi kencan pertama mereka di Lotte world Seoul.

Dua belas menit lalu keduanya sudah berangkat, playlist lagu Yasa di mobil menjadi peneman mereka agar tidak bosan, nyatanya Ruby tidak tahu seluruh musik yang didengarkan pacarnya, namun Ruby tidak menyerah, setiap menit akhir dari lagi ia memandangi layar di depannya lagu apa selanjutnya.

Intro musik perfect milik One Direction membinarkan mata Ruby.

“And if you like—“

“GOING PLACES WE CAN'T EVEN PRONOUNCE,” sambung lirik lagu Ruby bervolume tinggi, Yasa sedikit terkejut sambil menolehkan pandangannya ke kanan.

Cowok itu hanya menyunggingkan senyum tipis kembali fokus ke depan.
Sesampainya di Lotte world, pasangan itu disambut perfomance ice skating. Tarian wanita di atas es terlihat memukau, sayangnya tidak lama pertunjukan tersebut. Alih-alih berpindah ke hall utama wisata ini.

Pandangan pertama Ruby tertuju ke wahana balon udara. Berhubung wahana lainnya ramai, tepat sekali barisan penumpang balon udara sedikit, Ruby menggiring langkah Yasa ke tempat yang ia inginkan.

Di tengah ayunan kaki Ruby menceletuk, “boleh nggaak?” Ruby menunjuk balon udara seperti anak kecil. Menggemaskan.

“Anything for you love.” Yasa tersenyum.

Usai mengelilingi atap indoor Lotte world menggunakan balon udara.

“Lucu banget orang-orang di bawah kayak semut—Yasa kamu kenapa?!” Ruby berteriak terkejut memandangi Yasa terduduk lemah, wajahnya juga nampak mengernyit. Tidak ada balasan dari Yasa, cewek itu kemudian merasa bersalah, tangan ia mulai membelai punggung Yasa.

“Maaf...maaf Sa, aku nggak tau kamu takut tinggi. Kalau kamu nggak mau, nggak ya enggak, iya ya iya, jangan nurutin segalanya buat aku Sa.”

Wajah Yasa kembali normal. “No problem, memang itu mau ku kok, chill babe. Makan yuk katanya kakek kamu belum sarapan.” Yasa menggandeng erat tangan Ruby memasukkan tangannya ke saku jaket.

***

18:30
Jamsil Hanggang park.
“Eoh, eonak lwo swa, cohain deh.” [Eh, enak loh Sa, cobain deh]

Mulut Ruby menggembung memasukkan satu bungeoppang ke dalam mulutnya. Yasa terkekeh pelan. “Makan pelan-pelan...”

Ruby menelan gigitan lembutnya. Sadar, sedari tadi riak resah membaluti wajah pacarnya. Yasa pun sama, dia tahu bahwa Ruby mengerti ada yang ingin dia sampaikan. Cowok itu mencantumkan rahang, mengepalkan tangan berusaha menelan kasar salivannya.

Lidahnya kelu ingin mengatakan sesuatu, jika tidak sekarang, kapan lagi?

“Maaf...gue harus terbang ke Belanda demi kuliah di sana sambil nerusin yayasan papa malam nanti—dan kemungkinan besar gue jarang ke korea,” gumam Yasa pelan.

Deg! Ekspresi Ruby berubah drastis, bohong kalau hatinya tidak berdenyut sakit. Bohong kalau ia langsung menerima karena hak Yasa sendiri. Rasanya tidak rela saja harus berjauhan dengan pasangannya, Ruby juga tahu ada pepatah jauh dari jarak dekat dalam hati.

Tapi Ruby masih susah untuk menerima itu. Air mata di pelupuknya meluncur begitu saja, sementara Yasa berpindah ke tempat duduk Ruby memeluknya yang sedang bergeming di tempatnya. Ruby pun melingkarkan tangan ke leher Yasa, alih-alih menyembunyikan wajah di bidang dada sang pacar.

“I let you go, i'll miss you Sa, but make a promise you’re not cheating—and me too.” Ruby menunjukkan kelingkingnya di sela is akan.

Cowok itu membalas kelingking Ruby, tetap menunjukkan senyumnya meski mata tidak bisa bohong. Senja di hari itulah yang menjadi saksi mereka tidak akan saling bermain belakang. Keduanya berharap selalu seperti itu. Ya, seperti itu.



NEPENTHE✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang