votement please.Renjun menatap adik-adiknya sekilas yang sedang asik memakan masakannya dengan senyuman yang tidak pernah pudar dari tempatnya.
Ia ikut tersenyum, bagi Renjun saudaranya ialah hal yang paling berharga, entah hanya mereka bertiga atau yang lainnya, dia bersyukur karena mengikuti haluan bunda.
Bunda selalu mengajarkan hal yang ia tak tahu, tentang dunia, dan hal yang lain. Bunda juga membesarkan mereka dengan penuh kasih sayang, ia tak salah pilih haluan. Pikirnya, bukan pikir yang lain.
"Jangan ada yang pergi dulu, kakak mau bicara" Ucap Renjun yang mendapati semua adiknya sudah menghabiskan makanannya.
Mereka menoleh ke arah Renjun, memperbaiki posisi duduk mereka dengan tatapan mata fokus kepada Renjun. Itu sudah menjadi ajaran bunda sejak beberapa tahun silam.
"Bukan kakak sih yang mau bicara, ya kan dek?" ucap Renjun dengan mata menuju Jaemin yang sedang menunjuk dirinya dengan tatapan bingung.
"loh? gue kak?"
"iyalah, lo udah di kasih tau bunda kan?"
"Oh, iya"
Yang lain menoleh pada Jaemin dan Renjun secara bergantian, Jaemin yang awalnya ragu akhirnya mendongak menatap yang lain berkat tepukan Renjun di punggungnya.
"Jadi?" tanya Haechan penasaran.
"Kita bakal ke Jakarta" ucap Jaemin pelan.
Setelah ia mengatakan itu, hanya ketenangan yang ia dapatkan, ia kembali menatap Haechan dan Jisung, terlihat jelas raut wajah Haechan yang berubah drastis, sedangkan Jisung yang biasa saja.
BRAK
"HAECHAN! KAKAK GA NGAJARIN GITU" teriak Renjun kala Haechan tiba tiba menggebrak meja dan menatap saudaranya yang lain.
"Gue tau alasan kita pulang ke Jakarta, lo mau balik sama saudara lo itu kan? terus lo ninggalin bunda disini? tempat ini? bandung? tempat yang udah nemani kita tujuh tahun? waras ga lo?" ujar Haechan emosi.
"ITU JUGA PERMINTAAN BUNDA"
Renjun memijat pelipisnya, ia menatap Haechan dan Jaemin bergantian yang sudah saling emosi.
"YA KENAPA GA DISINI AJA? KENAPA MEREKA YANG GA KESINI?"
"YA GUE GATAU!"
Masih terus beradu mulut di meja makan, Renjun menghela nafas dalam, ia membiarkannya sebentar, namun lama kelamaan ia ikut terpancing, sedangkan Jisung hanya diam memandang sang kakak kakaknya, jarang sekali ia melihat pemandangan di depannya.
"DUDUK!"
Renjun berucap, Jaemin dan Haechan menoleh arah Renjun yang sudah memerah, dengan segera Haechan dan Jaemin duduk dengan kepala di tundukan, mereka kembali mengingat ajaran bunda kalo sang kakak tertua sudah berbicara, sebaiknya turuti.
"Kakak pernah ajarin kalian bertengkar di meja makan? sejak kapan lo pada jadi kayak gini? sopan begitu?"
"Maaf kak"
"Dengerin kakak dulu"
"Kita tetap bakal pulang ke Jakarta, ini udah nasihat bunda, terpaksa kita kembali ke haluan pertama, maaf ya" ujar Renjun yang mendapat helaan nafas dari saudaranya yang lain.
"Besok lusa kita berangkat, pendidikan kalian juga pindah disana, rumah ini tetap bakal di jaga, kakak titipkan ke paman"
"Kakak tau ini susah, tapi terkadang kita harus keluar dari zona nyaman kita, kalo selamanya kita ada di zona nyaman, ya ga bakal ada proses untuk kehidupan lebih baik, kakak bakal jagain kalian di sana" ujar Renjun.
"Kita bakal hadapin masalah tujuh tahun yang lalu, kita bakal ketemu mereka lagi, jadi tolong siapin lembaran baru kalian, atau lembaran kalian yang lama, kakak yakin kalian masih nyimpan di dalam memori lalu" Ujar Renjun berdiri dari kursinya.
"Nanti kita bakal kembali kesini, suatu saat, tapi bukan berempat, bertujuh."
Renjun menghampiri saudaranya dan membuka tanganya, mereka yang paham langsung memeluk Renjun dengan damai, sedangkan malam ini menjadi saksi bisu keharmonisan saudara 'Chandratara' tersebut.
"Percaya ya?"
ZERA 11/04/2023
14.00 PM
KAMU SEDANG MEMBACA
Tujuh Halaman || NCT DREAM
RandomSatu lembaran yang terobek dan terbagi menjadi tujuh bagian, tertiup angin melewati dua haluan. "Gue yakin kita bakal balik lagi ke bandung, tapi gue ga yakin kita bakal balik bertujuh" - Haechan "Sudah cukup usahanya, waktunya kita rehat" - 7dream...