votement please.Jaemin dan Haechan berjalan menuju pintu utama setelah berpamitan pada Renjun di kamar tadi, setelahnya mereka langsung berjalan keluar pagar untuk menunggu taksi.
Dari bawah mereka dapat melihat dua balkon rumah yang terbuka, di atas sana di sebelah kiri ada Chenle yang bermain ponselnya, di balkon sebelah kanan ada Jeno yang bermain gitar, Haechan dan Jaemin hanya memandanginya aneh.
"Mereka kayak ga akrab banget dah" ucap Haechan di balas anggukan Jaemin.
"Gapapa, yang penting kita akrab chan hehe" ucap Jaemin yang hendak menyenderkan kepalanya di pundak Haechan, namun meleset, Haechan tau pergerakannya, ia lebih dulu mendahului Jaemin.
"Demit, dosa lo" kesal Jaemin mengikuti Haechan yang sudah masuk ke mobil.
.....
Disinilah mereka berada.
Rumah sederhana namun terlihat elegan, berwarna putih kecoklatan peninggalan sang ibunda.Haechan berjalan memasuki perkarangan rumah, ia berjalan ke bagasi rumah, terlihat mobil mewah berwarna putih yang tertutup di sana.
"Kak"
Panggilan Jaemin membuat Haechan menoleh ke arah pintu yang sudah terbuka, dengan segera ia menghampiri nya dan menepuk pundak Jaemin.
Dalam yang kosong dan gelap, empat pintu kamar yang tertutup. Jaemin dan Haechan berjalan masuk dan melihat rumah yang sudah berdebu.
"Bersihiin bentar kali ya" ucap Haechan di angguki Jaemin. Setelahnya mereka membersihkan rumah itu tanpa melihat waktu.
Pukul 22.34 PM
Jaemin membantingkan dirinya ke sofa yang sudah bersih, tak lama kemudian ia menoleh kala mendengar suara pintu terbuka dan menampilkan Haechan yang menenteng dua kresek berisikan makanan dan minuman.
"Nih ambil"
Jaemin dengan segera mengambil kresek itu dan membukanya, dan mulai memakannya bersama Haechan di sofa rumah itu.
"Kak?"
"Apa?"
"Lo udah nerima mereka?" tanya Jaemin membuat Haechan menghela nafas dan terdiam sementara.
"Belum"
"Kenapa?"
"Cuman butuh waktu" jawab Haechan final membuat Jaemin memgangguk, dan melanjutkan makanya lagi.
"Gue kangen bunda"
Haechan menoleh ke arah Jaemin dengan pelan, ia melihat adiknya itu makan dengan wajah tertunduk, ia dengan segera menaruh minumannya dan mendekat ke arah Jaemin.
"Gue kangen bandung, meski baru beberapa hari, gue udah ga nyaman disini" ujar Jaemin.
"Iyalah kita ga nyaman disini, orang rumah kita bukan disini, rumah kita itu jauh dari sini, siapa sih yang nyaman kalo jauh dari rumah?" tanya Haechan.
"Bukan rumah aja yang jauh, bunda juga jauh, makanya kita ga nyaman." sambung Haechan.
"Tapi pertahanin dulu dek, kita ini dalam proses pembuatan rumah baru, kita harus bisa bangun kenyamanannya lagi, bentar lagi, tunggu bentar lagi"
"Kak Renjun lagi berusaha buatin kita rumah baru, hargai dia"
"Kakak yakin kita bakal ke bandung lagi?" tanya Jaemin.
"Yakin ga yakin sih, yakin nya ya pasti kita bakal ke bandung lagi, ga yakinnya?" ucap Haechan memotong kalimatnya.
"Ga yakin kita bisa kembali ke bandung bertujuh"
.....
Waktu menunjukan pukul 01.35 AM.
Renjun berjalan bolak-balik di kamarnya, sesekali ia membuka pintu kamarnya untuk mengecek apakah Jaemin dan Haechan sudah pulang."Kemana dua bocah itu?"
"Pulang-pulang, habis lo berdua"
Renjun beranjak dari sana dan memasuki kamar Jisung, ia hanya melihat Jisung yang sudah terlelap dalam tidurnya, dengan segera ia keluar dan berjalan pelan menuju pintu utama.
Gelap dan sunyi, semua lampu sudah di matikan, hanya cahaya remang-remang dari lampu luar yang Renjun dapat, ia berjalan pelan hingga suara isakan membuatnya menoleh.
Renjun menghentikan langkahnya, ia mendengar seseorang sedang terisak tak jauh dari tempatnya. Ia menoleh ke ruang keluarga dekat tangga, dan berjalan pelan ke arah sana.
"Perkara lo berdua, gue harus ketemu setan, ga elite" monolog Renjun pada dirinya.
Renjun tetap diam, ia berjalan mendekati sofa besar itu. Ia sudah berdiri di belakang sofa besar itu, ia berjalan kedepannya dan melihat seseorang sedang meringkuk dengan suara isakan yang kecil dan pelan.
"Chenle"
[ stock gue beneran habis hehe, sabar ya satu hari aja absennya, waiting for me ]
ZERA 22/04/2023
11.00 AM
KAMU SEDANG MEMBACA
Tujuh Halaman || NCT DREAM
RandomSatu lembaran yang terobek dan terbagi menjadi tujuh bagian, tertiup angin melewati dua haluan. "Gue yakin kita bakal balik lagi ke bandung, tapi gue ga yakin kita bakal balik bertujuh" - Haechan "Sudah cukup usahanya, waktunya kita rehat" - 7dream...