votement please.
Jaemin membuka matanya paksa, ia melihat sekeliling nya sudah gelap karena matahari mulai tergantinkan oleh bulan.
"Pada akhirnya cuman mimpi"
Jaemin memukul kasur itu untuk meluapkan emosinya sementara, lalu ia berjalan keluar, meninggalkan rumah yang menjadi saksi mimpi idahnya.
....
Rumah mewah Chandratara yang sedang di sinari bulan itu tidak sebaik di luar nya, makan malam yang canggung mulai terjadi, dari haluan pertama maupun haluan keduan.
Setelah kepergian Jisung yang menuju rumah sakit untuk menemani Chenle, disinilah mereka berada, Jeno, Mark, Renjun dan Haechan yang sesekali diam dengan keadaan canggung, fokus pada makanan nya masing-masing.
Tidak hangat seperti biasanya.
Saking sunyinya, mereka bisa mendengar suara pintu utama sedang di buka oleh seseorang, lalu sesaat kemudian, muncul sosok Jaemin dengan wajah lelahnya dengan menenteng jaket di pundaknya.
Ia melwati ruang makan begitu saja, mengabaikan saudaranya yang menatapnya bingung.
"Dari mana jaem?"
"makan dulu"
"Ga perlu" Jaemin masuk ke kamarnya, membanting sedikit pintunya.
Beberapa menit kemudian ia keluar dengan baju baru dan hendak melewati meja makan yang masih ada saudaranya di sana.
"Jisung di rumah sakit kan? gue nyusul, kalian di rumah aja, ga nerima penolakan." ucap Jaemin.
Hendak ia pergi, Renjun memanggilnya membuat ia kembali menoleh.
"Mata lo jaem, merah. lo gamau istirahat?" ucap Renjun.
"Ga usah kak, gue udah dewasa, lo ga perlu kayak gini"
"Jaemin, coba dengerin dulu, sopan banget lo?" ucap Haechan membuat Jaemin menoleh padanya, jujur ia malas berdebat sekarang.
"Emang lo sopan? renungin sifat lo dulu chan, baru lo boleh nilai gue."
"Gue lagi? apaan dah sama lo berdua, demen banget ganggu kedamaian gue, udahlah"
"Oh jadi kita berdua ganggu lo gitu? mau lo apa? apasih, ini bukan lo banget" kesal Jaemin.
"Gue harus jadi kayak mana? lo ga tau gue jaem." ucap Haechan.
"Kalo gue ga tau lo, terus kita hidup dari lahir sampai sekarang ini untuk apa? gue ini apa untuk lo? orang asing?" sahut Jaemin.
"Lo juga bukan Jaemin yang gue kenal, impas kan?" tanya Haechan.
"Sudah, jangan berantem" lerai Renjun.
Mark dan Jeno hanya memandangi mereka bertiga aneh, yang awalnya kedatangan mereka membuatnya takjub akan keharmonisan nya kini pandangan itu berubah.
"Serah lo chan, gue cabut" ucap Jaemin keluar dari rumah itu begitu saja, tak lama di ikuti Haechan yang baru keluar dari kamarnya dan menuju keluar rumah, memakai mobil yang baru aja ayahnya berikan.
Renjun hanya menghela nafasnya dalam, dan menatap Mark dan Jeno yang masih menatap tempat Haechan dan Jaemin bertengkar tadi.
"Sorry ketidaknyamanannya, lanjutin makannya aja, gue cabut duluan" ucap Renjun pergi kemarnya.
Mark dan Jeno bertatapan - tatapan sebentar lalu merenungkan sifat mereka awalnya.
"Kita kayak gini ya dulu? berasa nonton masa lalu" ucap Mark di angguki Jeno.
"Masalah Chenle kita harus kasih tau ayah bang?" tanya Jeno
"Engga perlu, bukanya gue ga peduli, tapi ayah liat lo sakit aja kagak di jenguk, gimana sama chenle? lo kan tau dulu Chenle yang paling di didik keras sama ayah, Chenle mungkin juga ga mau" ucap Mark.
"Terus gimana? udah dapat gitu solusi penyakit Chenle?" tanya Jeno
"Frustasi gue, bunda itu pasti sakit banget dulu nahan sakit jantungnya ya? gue juga bingung, kata dokter kagak bisa di sembuhin, terus gua harus apaan? ngiklasin? engga lah" ucap Mark kembali frustasi.
"Ga ada gitu donor jantung?"
"Gatau, jantung siapa?"
"Kalo gini masalahnya, kita harus ngasih tau ayah bang"
"Terus berharap dia donorin jantungnya?" ucap Mark di balas acungan pundak Jeno.
"Renjun pasti udah tau tentang ini, karena dia yang di kasih gau dokter pertama kali, tapi kenapa dia diem aja?" ucap Mark.
"Karena dia udah ngalamin kejadian itu bang" sahut Jeno.
.....
Jaemin membuka ruangan Chenle, terdapat Jisung yang bermain ponsel di sofa dan Chenle yang asik menutup matanya.
"Kak?"
"Chenle beneran sakit yang bunda alamin?" tanya Jaemin ragu.
"Iya kak... gue berasa dejavu, yang dulunya jagain bunda, sekarang kembaran gue sendiri" ucap Jisung.
"Jisung, kalau rumah kita beneran hancur, ikut kakak ya? kakak buatin lagi rumah yang lebih nyaman"
"Haha, apaansih, ini udah nyaman kali kak, ga perlu repot-repot" ucap Jisung sembari tersenyum.
Jaemin hanya tersenyum menanggapi, lalu ia kembali melihat Chenle, ia genggam tangan sang adik.
"Le, kalo nanti ketemu bunda, bilangin ya, panggil kakak. Kakak juga mau menemin kalian di sana, biar kalian ga berdua aja" ucap Jaemin, Jisung yang mendengarkan memilih untuk membalik badanya menghadap dinding sofa agar Jaemin tak melihat air matanya mulai turun.
"Kalau bisa, ambil kita semua, kita mulai hidup yang baru di sana, atau di kehidupan selanjutnya tanpa adanya perpisahan"
[ FOLLOW YA MAU S2 SOALNYA, anjay double up ]
VAZERA 05/05/2023
20.20 PM
KAMU SEDANG MEMBACA
Tujuh Halaman || NCT DREAM
RandomSatu lembaran yang terobek dan terbagi menjadi tujuh bagian, tertiup angin melewati dua haluan. "Gue yakin kita bakal balik lagi ke bandung, tapi gue ga yakin kita bakal balik bertujuh" - Haechan "Sudah cukup usahanya, waktunya kita rehat" - 7dream...