votement please.
Bandung pada akhirnya
menjadi tempat terakhir kita...Renjun melihat sekeliling nya dari dalam mobil sembari fokus menyetir, ia melaju melewati jalanan basah di kota Bandung.
Angin malam dan sejuk menemaninya menyetir malam ini, ia sesekali melihat ke kaca mobil hanya untuk melihat yang lain sedang berada di alam mimpinya.
Renjun menghela nafasnya pelan, ia membelokan setirnya memasuki komplek dimana tempat seharusnya dia berada.
"Bunda, kakak berhasil bawa ketujuhnya"
Renjun menginjak rem mobilnya tepat di depan rumah sederhana namun lumayan besar itu, lalu ia menoleh ke belakang.
"Sampai"
Renjun membuka pintu mobil dan keluar begitu saja setelah membangunkan yang lain, sedangkan mereka yang mendengar suara pintu mobil segera membuka matanya.
Terutama Chenle, Mark dan Jeno.
Mereka menatap sekelilingnya, udara yang sejuk langsung menyelimuti mereka ketika baru saja menampakan kakinya di tanah itu.Sedangkan, Haechan memeluk Jaemin, sesekali mengguncangkan badan Jaemin pelan sembari menunjuk rumah diamana ia di besarkan.
"Jaemin, kita berhasil" ucap Haechan yang langsung di balas senyuman Jaemin untuk kesekian kalinya.
Renjun membuka pagar rumah, dan memasukan mobilnya, lalu ia menyuruh yang lain mengikutinya ke depan pintu rumah itu sembari tangannya yang memegang sebuah kunci.
"Welcome to our home" ucap Renjun yang mulai memutar kunci itu, lalu setelahnya ia kembali berucap.
"Maaf kalau kurang nyaman, karena penghuni sesungguhnya sudah kembali ke rumah aslinya yang lebih nyaman" ucap Renjun lalu membuka pintu itu lebar lebar.
Setelah pintu terbuka lebar, Mark, Jeno dan Chenle dapat melihat foto tujuh anak kecil terpajang besar di ruang tamu.
"Masuk" ucap Renjun membuat mereka semua masuk, terutama Haechan yang sedari tadi berbinar-binar.
"Bunda, kakak pulang" ucap Haechan sembari menatap bingkai foto sang bunda yang terpajang indah.
"Kalian istirahat ya, Mark, Jeno sama Jisung di kamar gue, Chenle, Jaemin di kamar Haechan" ucap Renjun di angguki mereka.
"Terus lo dimana bang?" tanya Chenle
"Di kamar bunda" ucap Renjun tersenyum tipis setelahnya lalu pergi dan menghilang di balik pintu berdesain elegan itu.
"Kalo butuh apa apa bilang ya" ucap Haechan setelahnya pergi begitu saja ke kamarnya di ikuti yang lain.
....
Jam menunjukan pukul 02.45 AM
Rumah itu sudah gelap dan hanya di sinari cahaya rembulan yang lewat dari sela sela ventilasi.Chenle terbangun dari tidurnya, melihat sekeliling nya, kamar yang gelap yang hanya di terangi oleh lampu tidur dan jendela yang langsung menunjukan suasana malam. ada Haechan dan Jaemin yang tertidur di sampingnya.
Ia berdiri, mencoba ke toilet.
Ia membuka pintu perlahan dan menuruni tangga dengan pelan, dan pergi ketoilet dengan cepat.Setelah selesai, ia hendak beranjak kembali, namun cahaya bulan yang masuk dari sela sela pintu terbuka itu membuat Chenle menghampiri pintu tersebut.
Ia dapat melihat seseorang membelakangi nya, duduk di pinggir kasur dan menatap bulan yang bersinar terang di jendela besar di depannya.
Chenle masuk perlahan, menatap punggung Renjun yang tak bergerak sedikitpun.
"Duduk sini" ucap Renjun yang langsung menepuk sebelahnya tanpa menoleh kebelakang.
Chenle menurutinya, ia berjalan ke arah Renjun, saat melewatinya Chenle dapat melihat mata yang merah dan bengkak dan suasana yang tidak bisa ia deskripsikan.
"Lo sayang bunda?" tanya Renjun tiba-tiba tanpa mengubah posisinya sedikitpun.
"Sayang"
"Gue juga sayang, melebihi rasa sayang gue ke diri gue sendiri"
"Beberapa tahun lalu, gue sama bunda berjuang jagain adek-adek, ekonomi kita yang ga baik waktu itu, keadaan yang ga baik waktu itu, dan roda yang rusak waktu itu, bunda coba baikin semuanya"
"Gue merasa bersalah karena bikin bunda menderita, harusnya gue bisa bersikap dewasa waktu itu"
"Jangan terlalu cepat dewasa bang" sahut Chenle membuat Renjun menoleh pelan ke arahnya dengan senyumnya.
"Iya, jangan jadi dewasa sebelum waktunya, tapi .." ucap Renjun menjeda kalimatnya.
"Kadang kita harus berpura-pura menjadi dewasa, bukan karena kita yang mau tapi karena dunia yang minta"
Renjun mengelus surai Chenle pelan dengan senyum yang tak luntur dari wajahnya.
"Kalau tugas gue udah selesai, kalau gue butuh istirahat, kalau gue kangen bunda, jangan kaget kalau lo yang hidup ya"
Chenle menatap netra Renjun, ia terdiam dan mencerna perkataan Renjun, namun sebelum ia bisa memahami nya, Renjun lebih dulu berkata
"Sudah, tidur aja sama gue sini"
Chenle mengangguk dan mulai memejamkan matanya di samping Renjun, sedangkan cahaya bulan masih saja menyinari malam yang panjang ini.
[end]
(canda bang, tapi beneran keknya)
23/05/2023 01.30 AM
VAZERA KALINGGA
KAMU SEDANG MEMBACA
Tujuh Halaman || NCT DREAM
RandomSatu lembaran yang terobek dan terbagi menjadi tujuh bagian, tertiup angin melewati dua haluan. "Gue yakin kita bakal balik lagi ke bandung, tapi gue ga yakin kita bakal balik bertujuh" - Haechan "Sudah cukup usahanya, waktunya kita rehat" - 7dream...