20 [Takdir kita harus selesai]

2.2K 235 5
                                    

votement please.

Takdir yang selalu membimbing di belakang, yang memang bisa kita kecoh sementara, tapi akhirnya akan tetap sama.

Semuanya yang tak sesuai dengan ekspektasi sendiri, membuat kita lelah dan berhenti memikirkan hal-hal yang menarik namun dapat membuat luka yang dalam saat memikirkan bahwa kita akan gagal.

Kita semua lelah, lelah ber-ekspetasi, lelah membuat mimpi, lelah berharap, lelah terdiri tegak hanya untuk melawan takdir dunia.

Sejujurnya kita hanyalah manusia ber-pundak rapuh yang di paksa membawa ekspektasi dunia dan meninggal ekspektasi diri sendiri.

Disini Renjun mengusap wajahnya kasar, memijat pelipisnya, sedangkan saudara yang lain tak jauh beda dengan dirinya.

"Terus kita harus gimana?" tanya Renjun pada akhirnya membuka obrolan di antara mereka ber-enam.

"Kita tunggu sampai seminggu, seminggu Chenle ga di bawa pulang, terpaksa gue ambil dia, itu yang gue bilang sama dia tadi" jelas Haechan.

"Gue tau rumahnya, nanti biar gue sama Haechan yang ambil Chenle disana" ucap Jeno.

"Sudah, percaya sama mereka, mau gimana pun, dia tetap orang tua kita, masih ada kewajiban kita untuk percaya" jelas Mark.

"Gue harap dia memang baik-baik aja" gumam Jaemin.

....

Hari berganti, matahari sudah beberapa kali muncul, begitupun dengan bulan yang tampaknya lelah dengan hari-hari saudara Chandratara yang berubah drastis.

Hari ke-7 tiba, jam menunjukan pukul 23.10 malam, yang harusnya Chenle sudah kembali sejak beberapa jam lalu, namun belum saja ada tanda-tanda dari manapun.

Mereka ber-lima duduk di sofa dengan lamunanya masing-masing hingga Haechan menghel nafas dan beranjak berdiri.

"Gue sama Jeno bakal kesana, kalian jaga disini" ucap Haechan membuat Jeno ikut bangkir dari duduknya dan mengambil kunci mobil.

"Gue bakal jagain Jisung di kamar, kalian hati-hati" ucap Renjun menepuk pundak Jeno dan Haechan bergantian, lalu berjalan pelan menuju kamar Jisung, sedangkan Haechan dan Jeno sudah meninggalkan kediaman mereka.

Langkah pelan mendominasi di lorong rumah itu, salah satu pintu terbuka, menampilkan seorang pemuda yang asik menutup matanya.

Renjun berjalan mendekat, duduk disisi kasur, memandang Jisung yang sudah tertidur beberapa jam lalu.

"Dek, besok ke rumah sakit ya? udah semingguan ini lo sakit terus, emang ga mau sembuh dek?" ucap Renjun sembari menatap Jisung yang tak menjawab pertanyaan nya.

"Nanti main sama kakak, janji, tapi sembuh dulu, bangun dulu, minum obatnya, dari sore tadi lo tidur" ucap Renjun yang beranjak mengambil obat dan kembali mendekat ke arah Jisung.

"Jisung? bangun."

Renjun menaruh nampan di meja sebelahnya, lalu memegang kening Jisung yang panas, lalu tangan nya betalih pada tangan Jisung yang dingin.

Pikiran nya berputar, menjelajah sesuatu yang membuatnya merasa dejavu. Dia kenal peristiwa ini, dimana saat itu Chenle juga mengalaminya.

Tujuh Halaman || NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang